23. Takdir Atau Sebuah Kebetulan

1.3K 82 5
                                    

----------
---------- FLASHBACK ON ----------
----------

Angin sejuk menerpa helaian rambut gadis kecil yang sedang di hias rambutnya oleh seorang wanita paruh baya yang sangat cantik dan terlihat anggun.

Mereka sedang duduk di kursi taman yang teduh dan penuh pepohonan, banyak anak kecil berlarian menikmati permainan mereka.

"Ishana, apa gapapa kalau Ibu selalu memasangkan tali pita ini di rambut kamu?" Tanya wanita paruh baya itu dengan senyum lembutnya.

Gadis kecil bernama Ishana itu tersenyum.
"Gapapa, pita yang Ibu buat untuk rambutku, semuanya cantik. Aku jadi cantik berkat pitanya. Aku suka"

Seorang anak laki-laki berlari menghampiri mereka.
"Bibi, aku boleh ajak Ishana main? Disana sedang ada pertunjukkan badut" ucapnya dengan nafas terengah.

"Boleh Daniel" jawab Ibu pada anak yang bernama Daniel itu.

Ishana berdiri.
"Aku main dulu sebentar ya bu sama kak Daniel"

Ibu menganggukkan kepalanya.
"Hati-hati ya kalian. Ibu tunggu disini"

"Ayo" ajak Daniel menggandeng tangan mungil Ishana.

Ishana menyambutnya dengan senyum yang sangat ceria. Mereka berlari menjauh meninggalkan Ibu.

Ibu Ishana tersenyum melihat kedua anak kecilnya yang bermain.

Daniel adalah kakak kelasnya Ishana yang rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah Ishana.

Daniel berumur 9 tahun sekarang, 2 tahun lebih tua dari Ishana.

Mereka berteman sejak saat selalu pulang sekolah bersama.

_____

Langit yang cerah berbanding terbalik dengan suasana sekitar. Layaknya awan mendung mengitari mereka, suara tangisan pilu terdengar seperti suara gemuruh langit yang pertanda akan turunnya hujan.

Seorang anak laki-laki berumur 14 tahun, dengan setelan jasnya sedang menyaksikan pemakaman kedua orangtuanya.

"Juna, simpan bunga ini di sana" seorang pria tua yang rambutnya sudah mulai memutih, menyuruh anak bernama Juna itu untuk menyimpan beberapa tangkai bunga di atas gundukan tanah dihadapannya.

Dengan wajah yang sendu, Juna menyimpan bunga di atas makam Ayah dan Ibunya.
"Sampai jumpa lagi Ibu, Ayah"

Setelah semua orang disana mengusap kepala Juna untuk sekedar berbela sungkawa, mereka pergi perlahan meninggalkan pemakaman itu.

"Ayo" ajak pria tua itu.

"Iya kek" jawab Juna.

Saat melangkah pergi, Juna sempat menengok ke belakang melihat makam kedua orangtuanya lagi untuk terakhir kali sebelum dia benar-benar menjauh.

Mata Juna memanas ingin menangis. Tapi dia tidak boleh cengeng.

*

Juna terus memandang ke arah luar jendela mobil dengan sendu.

"Jangan berlarut dengan kesedihan. Mulai sekarang, kamu ikut kakek ke Jakarta" ucap kakek Juna yang duduk di sebelahnya.

Juna hanya terdiam merenung.
Kecelakaan mobil yang menimpa kedua orangtuanya membuat Juna harus kehilangan mereka dalam satu waktu.

Mobil yang di tumpangi Juna dan kakeknya tiba-tiba saja berhenti.

"Ada apa?" Tanya kakek pada supirnya.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang