11. Sandiwara

1.2K 100 10
                                    

Ishana menarik nafasnya dalam-dalam, lututnya terasa lemas. Dia melangkah menuju kursi dan duduk di sana.
Matanya melirik pada secarik kertas yang tadi Juna simpan.

Tangan Ishana meraih kertas tersebut dan langsung membacanya.

'Besok temui Saya di tempat yang sama saat ulang tahun anjing Saya. Saya akan menunggu. Atau kalau kamu tidak mau pergi, hubungi Saya... biar Saya yang datang'

Tertera nomor telpon Juna di sana.

Ishana lagi-lagi menghela nafasnya, dia menggenggam erat secarik kertas itu.

Seketika Ishana teringat jika Juna tadi menyebutkan nama lengkapnya. Darimana dia tau?

"Pria gila... dia benar-benar pria gila" gumam Ishana.

Setelah merenung beberapa saat, Ishana merasa dirinya harus berdiskusi sebentar dengan bibinya. Kemudian dia memutuskan untuk kembali ke rumah.

Saat membuka pintu, Ishana membelalakkan matanya.
"Bibi!"

Bi Maryam tergeletak di sebelah sofa. Ishana segera berlari dan langsung berlutut mendekati bibinya.

Ishana mencoba memeriksa denyut nadi hingga memeriksa wajah bi Maryam. Dia panik, tangannya gemetar dan raut wajahnya penuh dengan kebingungan. Akhirnya yang Ishana lakukan terlebih dulu adalah menelpon Wafa.

Tak lama setelah menunggu dengan rasa cemas, akhirnya Wafa dan Lala datang.

"Kita bawa ke rumah sakit yang dekat dulu ya" ucap Lala yang di angguki Ishana.

Wafa segera mengangkat tubuh bi Maryam dan membawanya menuju mobil.

Mereka pun bergegas menuju rumah sakit.

_____

Ishana, Lala dan Wafa menunggu dengan raut wajah penuh kekhawatiran, menunggu hasil pemeriksaan dokter.

"Keluarga Ibu Maryam" seruan suster menyadarkan Ishana.

"Ya? Saya" Ishana beranjak berdiri.

"Ibu Maryam akan menjalani rawat inap, mohon segera di urus administrasinya ya bu. Ruangannya ada di sebelah kiri" ucap suster itu dengan senyum ramahnya.

Ishana mengangguk.
"Terima kasih"

Ishana pun mendekati Lala.
"Aku ke administrasi dulu sebentar ya" ucapnya yang di angguki oleh Lala.

Setelah berada di bagian administrasi, Ishana mengisi beberapa formulir dan menandatangani semua kertas untuk persetujuan atas tindakan pada bi Maryam selanjutnya.

Saat melihat nominal uang yang akan dia depositkan, Ishana menghela nafasnya.

Sejak awal Ishana menabung sebetulnya untuk berjaga dalam keadaan darurat seperti ini. Dia tidak akan tau, suatu saat ntah dirinya atau bi Maryam pasti akan memerlukan uang untuk kesehatan.

Tapi, setelah mendapatkan beban hutang pamannya, Ishana hanya memikirkan uang tabungannya untuk membayar sebagian hutang.
Namun sepertinya pikiran itu harus benar-benar di hilangkan. Jika membayar uang rumah sakit, artinya tabungan Ishana tidak ada artinya lagi jika di bandingkan dengan total hutangnya.

Untuk sekarang, bi Maryam yang Ishana utamakan terlebih dulu.

_____


Juna tengah berada di taman lantai paling atas di hotelnya.

Seperti biasa, setelah Juna menyelesaikan pekerjaannya, dia akan pergi untuk duduk di taman sembari merokok di sana.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang