54. Kegelisahan

1.2K 132 21
                                    

----------
---------- FLASHBACK ON ----------
----------

Ishana mencoba menahan tangisnya dan mulai beranjak kembali berdiri. Dia perlahan melangkah menuju dapur sembari sesekali melihat ke belakangnya, untuk memastikan jika Juna tidak akan masuk sekarang.

Setelah merasa aman, Ishana membuka pintu belakang dekat lemari dan langsung berjalan cepat menuju jalan raya.

Sebelumnya, Ishana sudah mengingatkan kepada Wafa dan Lala untuk membawa Maryam bersama mereka.

Semalam juga Ishana sudah menelpon pada Maryam perihal keberadaannya di Bandung. Tapi Ishana belum menceritakan semua pada bibinya itu.

Rencana Ishana sebelumnya adalah, dia akan kembali tinggal di Bandung jika Juna memang menghentikannya. Namun jika Juna benar-benar tidak berniat menghentikan pembangunannya, maka Ishana benar-benar akan pergi dari Juna.

Dari awal Ishana memilih bersama Juna karna pria itu mempertahankan rumah kaca milik Ishana. Namun jika Juna meruntuhkan semua milik Ishana, untuk apa lagi dia berada di sisi Juna?

Ishana akan merasa bodoh karna terus mempercayai semua kebohongan Juna yang seolah menjadi pahlawan untuknya. Apalagi menghadapi keluarga besarnya yang memperlakukan Ishana begitu rendah.

"Ishana" seruan Maryam memanggil Ishana, membuatnya menoleh dan segera mendekati Maryam yang berada di mobil Wafa.

Juna sama sekali tidak bisa memilih apa yang di pilihkan Ishana. Dan inilah akhir dari rencana Ishana, pergi menjauh dari kehidupan seseorang yang sudah menipunya.

Wafa langsung melajukan mobil dengan cepat menjauh dari sana.

Maryam membawa Ishana ke dalam pelukannya. Dia menangis karna terus merasa khawatir sejak semalam.

"Kamu gapapa? Lala sudah cerita semua sama bibi" ujar Maryam dalam tangisnya.

"Aku gapapa" jawab Ishana yang kembali berderai air mata.

Lala yang berada di kursi sebelah Wafa, menoleh ke belakang dan mengusap pundak Ishana pelan.

Bibi melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Ishana. Ibu jarinya bergerak menghapus sisa-sisa air mata di wajah Ishana.

"Bibi sudah tau semuanya..." ujar Maryam.

Ishana menunduk, bibirnya bergetar menahan tangis.

"Relakan saja semuanya..." ujar Maryam begitu lirih. Kini tangan Maryam menggenggam tangan Ishana dengan erat.

"Berikan saja apa yang Juna mau. Bibi lebih khawatir sama kamu. Juna akan bertindak apapun sampai dia mendapatkannya..." ucap Maryam.

"Tapi bi..." Ishana menyangkal.

"Bibi juga tidak mau kehilangan satu-satunya kenangan keluarga kita. Tapi kita berhadapan dengan orang-orang seperti mereka. Kita tidak bisa melakukan apa-apa" lanjut Maryam berucap dan kembali menangkup wajah Ishana dengan satu tangannya.

Ishana hanya diam menunduk, seraya mencoba menghentikan derai air mata yang terus keluar dari bola matanya.

"Kamu sedang hamil, kasihan sama anakmu. Bibi tidak mau Juna menjauhkanmu dari bibi. Kamu satu-satunya keluarga terdekat bibi" ujar Maryam.

Ishana kembali memeluk Maryam dengan erat.
"Maafkan aku..."

"Kenapa kamu yang minta maaf Ishana..." Maryam mengusap lembut punggung Ishana.

_____

Wafa mengantar Ishana dan Maryam ke stasiun. Mereka akan pergi ke rumah saudara Maryam di dekat pesawahan, sangat jauh dari kota.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang