Setelah mandi pagi, baik William maupun Killian kembali tertidur. Ishana pun memilih untuk kembali ke kamarnya setelah merapihkan kamar anak-anaknya.
Saat memasuki kamar, Ishana melihat Juna yang sedang berkaca sembari membaurkan gel di rambutnya, menatanya begitu rapih, membuat seluruh dahinya terlihat. Suaminya itu mengenakan kemeja putih dan celana hitam, sudah sangat bersiap untuk pergi.
Ishana terdiam, tersenyum memperhatikan pergerakan Juna.
Juna yang menyadari sedang di tatap pun menoleh sebentar pada Ishana.
"Ada yang salah? Kenapa ngeliatin terus?" Tanya Juna yang masih merapihkan rambutnya.Ishana melanjutkan langkahnya mendekat pada Juna, membuat Juna menghentikan pergerakannya.
"Kamu tidak membantuku berpakaian. Aku kan mau pergi ke acara penting hari ini" Juna mengeluh di depan Ishana.
Ishana meraih jas yang tersimpan di samping Juna, kemudian membantu Juna memakaikannya.
"Mas bisa pakai baju sendiri. Anak-anak kan belum bisa" Ishana merapihkan jas yang sudah terpasang di tubuh Juna.
Juna menghela nafasnya.
"Saingan terberatku bukan pria di luaran sana. Tapi anakku sendiri"Benar, Ishana melahirkan 2 anak laki-laki. Bukan hanya 1 saingan Juna, tapi suaminya itu harus mengalah pada 2 anak laki-laki yang bahkan masih belajar berjalan.
Ishana tersenyum, menahan tawanya.
Postur tubuh Juna yang tinggi, membuat Ishana kini mendongak menatapnya.
Mereka saling menatap dengan sorotan mata yang begitu berbinar.
Tangan Ishana terangkat menangkup wajah Juna dan mengusap kedua sisi wajahnya dengan ibu jarinya. Dia merasakan kulit wajah Juna terasa sejuk dengan auranya yang begitu menyegarkan.
"Kebaikan apa yang sudah aku perbuat, sampai dapat suami setampan mas Juna" ucap Ishana dengan suara lembutnya.
Wajah Juna seketika memerah, jantungnya berdebar lebih cepat. Perlahan kedua sudut bibirnya terangkat, tersenyum masam.
"Boleh aku cium?" Tanya Ishana dengan senyum manisnya.
Juna pura-pura terbatuk sekali, untuk membiasakan suaranya agar terdengar tidak terlalu antusias.
"Boleh, sedikit saja. Nanti rambutku berantakan" raut wajahnya terlihat datar, tapi tidak dapat menyembunyikan semburat merah di wajahnya.Ishana memicingkan matanya.
"Aku bukan mau acak-acak rambut. Kan cuma mau cium pipi"Juna mengerjapkan matanya, dia pikir Ishana akan mencium bagian yang lain.
Ishana pun segera membawa wajah Juna mendekat padanya, lalu mencium pipi suaminya itu cukup lama. Dia hanya merasa ingin mencium Juna karna terlihat begitu menyegarkan setelah mandi, sama seperti pada anak-anaknya. Ishana juga akan mencium mereka yang terlihat segar dan dingin setelah mandi.
"Jangan samakan aku sama anak-anak. Bukankah lebih baik cium bagian lain?" Meski cukup senang, Juna terlihat kecewa.
Ishana kembali merapihkan jas di tubuh Juna.
"Nanti terlambat perginya, udah rapih juga"Ishana tau betul, Juna akan melakukan hal lebih jika Ishana yang lebih dulu menggodanya.
"Oh iya. Mas udah tau belum? Kak Daniel sama Zella sekarang pacaran" ucap Ishana.
Juna menautkan alis matanya.
"Yang aku tau, Zella akan menikah tahun ini. Dan aku kenal dengan tunangannya"Ishana terkejut.
"Tapi kak Daniel kirim foto ke aku. Dia sama Zella waktu di New York, terus pas lagi di Bandung, terus kemarin terbaru lagi di sini" ucapnya memburu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Ribbon
FanfictionJuna Delardo berusia 32 tahun, dia dikenal sebagai pengusaha yang bengis. Apapun yang dia inginkan akan dengan sukarela dia dapatkan begitu mudah. Perangainya yang tajam seperti elang, membuat semua orang segan padanya. Sampai dimana dia bertemu den...