19. Apa Kita Pernah Bertemu? ❤️‍🔥

1.8K 97 5
                                    

Juna menahan kedua tangan Ishana di atas kepalanya, membuat Ishana memberontak.
"Jangan macam-macam. Aku gak akan segan buat teriak" ancam Ishana.

Juna masih dengan raut wajah dinginnya terus menatap wajah Ishana.

Ishana masih berusaha memberontak di saat Juna hanya diam menatapnya.

Sungguh tenaga Ishana dengan tubuh kecilnya, tidak sebanding dengan tangan besar Juna yang di penuhi dengan otot itu. Sia-sia saja untuknya memberontak.

Perlahan Juna mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Ishana. Hidungnya yang tajam menyentuh kulit leher, rahang hingga pipi Ishana. Juna menciumi aroma bunga yang menyeruak disana dengan mata yang terpejam.

Ishana merasakan nafas hangat Juna di kulitnya. Dia memejamkan mata dan menggigit bibirnya.

Ishana mengumpulkan keberanian dan tenaganya.

Sampai dengan satu hentakan lututnya menendang alat vital Juna.

Sontak Juna meringis kesakitan dan menggulingkan badannya ke samping, meringkuk memegangi alat vitalnya.

Ishana juga otomatis mendudukkan dirinya dan melihat Juna.
'Astaga. Apa yang aku tendang barusan?' Batin Ishana menutup mulutnya sendiri.

Perlahan tangan Ishana terangkat untuk menyentuh Juna.
"Maaf..."

Juna hanya terdiam.

"Mas..." Ishana mengernyit.
'Apa sesakit itu?' Batinnya.

"Bukankah lebih baik kamu berteriak sesuai dengan apa yang kamu katakan. Daripada menendang masa depan orang lain?" Gerutu Juna dalam ringkukkannya.

"Aku gak mungkin teriak. Percuma saja" ucap Ishana pelan.

Juna bergerak untuk duduk dan menghadap Ishana. Dia melihat raut wajah Ishana penuh penyesalan.

"Aku gak akan melakukan itu kalau mas Juna gak melakukan hal kaya tadi" ucap Ishana dengan kerutan di keningnya.

Juna menghela nafasnya.
"Aku suami kamu, Ishana"

Ishana terlihat gelagapan sampai dia akhirnya beranjak turun dari ranjang.
"Katanya tadi mau makan?" Ucapnya yang berlalu begitu saja keluar kamar.

Juna melirik ponsel Ishana yang di lupakannya. Dia meraihnya kemudian beranjak turun dari ranjang dan menyimpan ponsel Ishana kembali ke saku celananya.

Segala nafsu makan dan lainnya sudah hilang begitu saja. Dengan gontai Juna melangkahkan kakinya menyusul Ishana.

_____

Keesokan harinya, Juna mengantar Ishana menuju rumah kaca.

Mereka mendapati kabar jika bi Maryam demam semalaman.

Karna bi Maryam yang kesehatannya menurun, halaman rumah tampak sedikit berantakan mengingat Ishana tidak sempat mengurusnya.

Dan hari ini, Ishana sedang merapihkan beberapa bunga di halamannya. Dia sudah berniat sejak kemarin.

Tapi aktifitasnya sedikit terganggu. Karna Juna terus berada di dekatnya.

Juna hanya diam di kursi teras dengan laptopnya. Yang membuat Ishana terganggu adalah asap rokok yang berasal dari pria itu.

Ishana sedikit kesal saat Juna menyalakan rokok, menghisap dan melepaskan asapnya berkali-kali tanpa melihat ke arah Ishana dan hanya fokus pada kerjaannya.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang