53. Terlambat Menyadari

1.2K 131 33
                                    

Dua anak kecil sedang berlarian di hamparan padang rumput yang luas.

Di kejauhan, Juna memperhatikan mereka dengan penuh senyuman. Dia hendak melangkah menghampiri anak-anak itu, namun kakinya seolah tertancap di tanah tak bisa bergerak.

Muncul lah sosok wanita dengan rambut hitam panjang bergelombang yang begitu indah. Sesaat, Juna terpana melihatnya.

Wanita itu menghampiri kedua anak kecil di sana dan di sambut baik oleh mereka, dengan masing-masing dari mereka menggandeng satu tangan wanita itu.

Mereka bertiga melangkah semakin jauh dari Juna. Sedangkan Juna begitu susah payah menghampiri mereka, bahkan untuk berteriak memanggil pun tidak bisa dia lakukan.

Wanita itu menolehkan kepalanya dan menatap Juna begitu dingin. Hanya sebentar, setelah itu mereka bertiga benar-benar pergi menghilang dari pandangan Juna.

"Ishana!!!!"

Mata Juna terbuka lebar, terbangun dari tidurnya. Nafasnya begitu memburu, keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya yang tidak memakai atasan.

Sadar itu hanya mimpi, Juna mulai mengatur nafasnya pelan-pelan. Dia mendudukkan diri dan memijat pelipisnya yang terasa sakit.

Juna melihat ke arah jendela, sebentar lagi matahari akan terbit.

Hari kembali berganti, dan Juna masih terus memikirkan Ishana tanpa henti. Semakin waktu berlalu, Juna semakin khawatir akan keadaan Ishana. Rasa itu terus tumbuh begitu besar menyesakkan dadanya.

_____

Hari ini Juna merasakan lelah yang amat sangat. Begitu banyak pekerjaan di kantornya karna sudah dia tinggalkan beberapa hari.

Tapi tidak biasanya Juna selelah ini hanya karna bekerja. Itu semua karna sekarang pikiran Juna terbagi, antara pekerjaan dan juga pikirannya pada Ishana. Membuat otaknya cepat sekali merasa lelah, dan kepalanya menjadi sangat sering sakit.

Juna sampai di kediamannya saat hari sudah gelap. Dia berjalan begitu gontai memasuki rumah.

Ada Seol yang sudah kembali berada di rumah. Anjing itu berlari menuruni tangga dengan gonggongan yang menggema di tengah keheningan.

Tiba-tiba saja, bayangan Ishana muncul berlari turun dari tangga bersama Seol yang mengikutinya dari belakang. Ishana berlari dengan dress dan senyumnya yang cantik, menghampiri dan memeluk Juna dengan erat.

Namun nyatanya sekarang itu hanya Seol, tanpa Ishana.

Saat Seol sudah di bawahnya, Juna berjongkok mengelus lembut tubuh anjingnya itu.

Juna mendengar gonggongan Seol kali ini berbeda, seolah terdengar kesedihan disana.
"Kenapa? Kamu merasa sepi?" Tanyanya sembari masih mengelus Seol.
"Maafkan aku" gumamnya dengan mata sayu.

Juna seketika teringat dengan ucapan Ishana disini, saat Ishana berlari padanya dengan Seol di belakangnya.

"Selama ini, aku liat kebiasaan mas itu kalau berjalan selalu di depan orang lain. Lalu mengabaikan seseorang di belakangnya. Coba liat deh, jangan samakan semua orang itu seperti Seol. Minimal harus jalan berdampingan ya"

Ishana kala itu memperingatinya, karna Juna selalu membiarkan Ishana maupun orang terdekatnya berjalan di belakangnya.

"Mau makan?" Juna memangku Seol dan membawanya kembali ke lantai atas.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang