Pagi hari, Ishana yang di temani bi Narta sedang memasak di dapur.
"Bu, tumben sekali pak Juna belum keluar dari kamar?" Ucap bi Narta.
Ishana mengalihkan pandangannya ke arah kamar Juna. Tidak ada suara apapun dari sana. Dia juga belum melihat Seol yang biasanya jika semalam tidur di kamar Juna, tiap pagi pasti sudah berada di luar.
"Aku ke kamar mas Juna dulu ya bi" ucap Ishana kemudian beranjak melangkah menuju kamar Juna.
Setelah sampai di depan kamar Juna, Ishana langsung mengetuknya.
"Mas Juna!" Panggil Ishana.
Hening... tidak ada sautan dari dalam kamar.
"Mas Juna?" Ishana terus memanggil sembari mengetuk pintunya.
Karna terus di abaikan, akhirnya Ishana membuka knop pintu yang ternyata tidak di kunci. Dia langsung membukanya perlahan.
"Mas?" Ishana menyembulkan kepalanya ke dalam kamar.
Pandangan Ishana tertuju ke ranjang. Di sana ada Juna yang tidur meringkuk dengan selimut yang menutupinya hingga leher.
Ishana pun masuk ke dalam kamar.
"Mas kok tumben belum bangun?" Dia berucap sembari melangkahkan kakinya ke arah jendela untuk membuka gorden terlebih dulu."Udah siang loh" ucap Ishana lagi setelah mematikan beberapa lampu kamar.
Ishana melangkah mendekati tepi ranjang dimana Juna meringkuk.
"Mas?"Ishana melihat wajah Juna memerah, airmatanya mengalir dari matanya yang masih terpejam, dahinya juga berkeringat dan terus mengernyit.
Tangan Ishana terangkat untuk menyentuh wajah Juna. Dia tersentak saat merasakan suhu kulitnya yang panas.
Ishana kemudian bergegas menuju ke dapur lagi.
"Bi... mas Juna demam. Kayanya buat bubur aja ya" ucap Ishana tergesa mempersiapkan air dan lap.
Bi Narta terkejut.
"Apa demamnya tinggi?" Dia segera mempersiapkan apa yang Ishana suruh."Aku baru mau cek suhunya sekarang bi" ucap Ishana saat mengambil alat cek suhu tubuh di kotak p3k.
"Kalau ada yang bisa bibi bantu, katakan saja ya bu. Bibi buatkan bubur dulu sekarang"
"Iya. Terima kasih bi"
Ishana kembali ke kamar Juna dengan wadah berisi air. Meskipun panik, dia mencoba tenang."Mas..." Ishana mencoba membangunkan Juna. Tangannya juga tergerak untuk melepaskan selimut di tubuh Juna.
"Kenapa gak pernah pakai baju sih kalau tidur" keluh Ishana saat berhasil menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Juna.
Ishana menempelkan alat cek suhu tubuh di ketiak Juna. Dia menunggu sesaat hingga mendapatkan hasilnya.
Setelah mendapatkan hasilnya, Ishana meletakkan kembali alat teh suhu tubuh itu di meja.
"Ishana..." gumam Juna gelisah dengan suaranya yang lemah, matanya terbuka sedikit.
"Aku disini" Ishana mengambil kain lap yang dia celupkan di air. Setelahnya Ishana duduk ditepi ranjang untuk menyeka wajah, lengan hingga tubuh bagian atas Juna.
Juna hanya melenguh dan mengernyit, bibirnya menggigil dan tangannya gemetar.
Setelah selesai, Ishana beranjak untuk mengambil baju di lemari.
"Pakai baju dulu" dengan susah payah, Ishana membantu Juna untuk duduk dan membantu memakaikan bajunya.
Ishana kemudian menyamankan letak bantal dan membantu Juna untuk kembali berbaring dengan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Ribbon
FanfictionJuna Delardo berusia 32 tahun, dia dikenal sebagai pengusaha yang bengis. Apapun yang dia inginkan akan dengan sukarela dia dapatkan begitu mudah. Perangainya yang tajam seperti elang, membuat semua orang segan padanya. Sampai dimana dia bertemu den...