Di tengah Ishana sedang merebahkan diri dengan tenang sembari mengelus perutnya, suara ketukan dari jendela membuatnya menoleh.
"Ishana..." Juna memanggilnya sembari terus mengetuk jendela.
Di luar sudah gelap, gorden jendelanya tertutup membuat Ishana tidak tau apa yang Juna lakukan di sana.
Ishana mengacuhkannya dan kembali memejamkan matanya.
Juna kembali mengetuk jendela kamar.
"Ishana, ayo kita bicara sebentar. Jangan seperti ini"Ishana masih diam di tempatnya tak bergeming.
"Mau sampai kapan kamu marah padaku? Apa kamu tidak kasihan pada anak kita? Mereka pasti merindukanku. Kamu juga kan?" Kalimat itu terlontar dari mulut Juna yang sontak membuat Ishana membuka mata dan mendudukkan dirinya. Ishana mengernyitkan dahi menatap kesal ke arah jendela.
"Percaya diri sekali" gumam Ishana.
Juna tak henti mengetuk jendela.
"Ishana... ayolah... jangan menyiksaku seperti ini""Astaga. Mas berisik tau gak?!" Ishana berucap dengan nada yang meninggi.
"Aku akan tetap disini sampai kamu mau membuka pintu" ujar Juna.
Ishana tidak menanggapinya dan kembali merebahkan diri.
"Terserah" gumamnya kemudian kembali memejamkan mata.*
Niat awal Ishana hanya memejamkan mata saja untuk beristirahat, tapi ternyata dia tak sengaja tertidur.
Suara petir beserta gemuruh di langit begitu mengusik dan membuat Ishana terbangun sepenuhnya.
Ishana terduduk dan tersadar jika ini belum tengah malam. Terdengar suara hujan turun begitu deras di luar sana.
"Ishana..." suara Maryam memanggilnya dari luar kamar.
"Iya? Sebentar" Ishana turun dari ranjang dan melangkah menuju ke luar.
Terlihat Maryam menolehkan diri ke arah jendela dekat pintu.
"Juna masih di luar?" Tanyanya saat Ishana kini sudah di hadapannya.Ishana ikut menoleh ke arah jendela. Di sana ada bayangan Juna yang sedang duduk di kursi teras.
"Tidak tau malu" gumam Maryam mendelikkan mata.
Ishana menatap Maryam, terlihat sekali jika bibinya itu masih kesal pada Juna.
"Kenapa bibi belum tidur?" Tanya Ishana.
"Bibi haus, ini juga mau tidur lagi. Tapi kaget lihat Juna di sana" ujar Maryam.
Ishana kembali menoleh ke arah jendela, hujan turun begitu deras di sertai angin malam yang membuat udara yang masuk ke dalam rumah semakin terasa dingin.
"Kalau kamu mau, suruh dia masuk saja" ucap Maryam ketus.
Ishana menatap Maryam dengan mengangkat alis matanya.
"Bibi masih mau baik karna dia suamimu. Terserah kamu saja" setelah mengucapkan itu, Maryam berlalu kembali menuju kamarnya.
Ishana menghela nafasnya sejenak, kemudian dia berjalan ke arah dapur untuk meredakan hausnya. Setelah menenggak setengah gelas air putih, Ishana menatap lagi ke arah pintu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet Ribbon
Fiksi PenggemarJuna Delardo berusia 32 tahun, dia dikenal sebagai pengusaha yang bengis. Apapun yang dia inginkan akan dengan sukarela dia dapatkan begitu mudah. Perangainya yang tajam seperti elang, membuat semua orang segan padanya. Sampai dimana dia bertemu den...