2. Penagih

2.2K 122 7
                                    

Daniel adalah teman dekat Ishana dari kecil. Dia sudah seperti keluarga bagi Ishana.
Umur Daniel hanya lebih tua 2 tahun dari Ishana. Dia adalah seorang manager di sebuah perusahaan. Orangtuanya menjalani usaha di bidang pertanian.
Di hari ketika libur, Daniel selalu datang membantu Ishana di rumah kaca. Seperti hari ini.

"Terima kasih, datang lagi ke sini ya kak" ucap Ishana begitu ramah pada konsumennya.

Setelah sepi, Ishana merapihkan kembali mejanya yang sedikit berantakan karna bungkusan bucket bunga.

"Kamu jadi gak akan datang ke acara reuni kampus?" Tanya Daniel yang sedang merapihkan beberapa tangkai daun kering pada bunga.

"Males. Bibi juga lagi sakit, aku harus jaga di sini" Ishana ikut merapihkan bunga-bunga kembali.

"Yah lagi pula acara reuni memang tidak akan semenyenangkan itu" ujar Daniel.

"Kakak sendiri tau kan kalau reuni itu cuma jadi ajang pamer"

"Benar. Tapi suatu saat aku akan datang ke acara reuni kalau kamu mau ikut denganku"

Ishana mengernyitkan dahi menatap Daniel.
"Aku?" Dia menunjuk dirinya sendiri.

Daniel tersenyum mendekat pada Ishana.
"Bukankah itu ajang pamer? Kan aku harus pamer kalau ada perempuan cantik yang selalu menemani hari-hariku?"

Ishana menahan tawanya dengan mengatupkan bibir dan mencubit lengan Daniel.
"Emang siapa yang ngebolehin bicara kaya gitu?"

Daniel hanya meringis mengelus lengannya.

*

Kini mereka tengah meminum teh di kursi yang berada di luar rumah kaca.
Ishana asik membaca buku, sedangkan Daniel memandangi Ishana sembari menyeruput teh di gelasnya.

"Minggu depan ulangtahun kamu. Mau kado apa?" Tanya Daniel.

"Berhenti menanyakan kado. Emang ada orang kalau ngado nanya dulu?"

"Ya adaaaa. Ini aku yang nanya" timpal Daniel.

Ishana memutar bola matanya malas.
"Kalau nanya, aku akan jawab, aku mau kado tanah 2.000 hektar beserta rumah 3 lantai"

Daniel meringis menyipitkan matanya.
"Apa kakak-mu ini terlihat memiliki kekayaan sebanyak itu?"

Ishana yang ingin menyeruput teh-nya pun mengurungkan niat, dan malah tertawa sembari memegang perutnya.
"Ya lagian nanya. Aku cuma jawab"

Senyuman kembali muncul di wajah Daniel, dia suka sekali ketika melihat Ishana tertawa.
"Kalau aja kamu bukan penjual bunga, aku udah kasih kamu dari dulu puluhan tangkai bunga di hari ulang tahun. Nyatanya aku gak bisa kasih. Karna buat apa aku kasih bunga ke penjual bunga?"

"Aku bakal seneng kok, asalkan ngasihnya langsung sama potnya" ucap Ishana.

"Strategi yang bagus. Terus aku belinya disini juga?"

Mereka kembali tertawa.

Hari-hari seperti ini sering mereka lewatkan setiap saat bertemu.

Wajar saja jika orang-orang nantinya akan menilai kalau mereka terlihat seperti pasangan kekasih.

Saat kembali ke urusannya masing-masing, datang seorang pria yang memasuki rumah kaca. Ishana segera menghampirinya.

Bittersweet RibbonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang