Empat bulan kemudian ….
Setelah semuanya disepakati, proses syuting film pun dimulai. Pengambilan gambar dilakukan di dua lokasi: Jakarta dan Bandung. Nita begitu antusias menjalankan pekerjaannya. Dia terus mengawasi proses syuting, duduk di samping sang sutradara. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa baginya.
Ternyata proses pengambilan gambar tidak seperti yang Nita kira. Kesalahan kerap kali terjadi, terutama dari artis pendatang baru. Tak jarang sutradara pula beberapa kali turun tangan, mencontohkan gerak bahkan mimik wajah.
Nita terus dibuat terkagum-kagum selama proses syuting. Sang sutradara pula menyarankannya untuk menjadi salah satu cameo. Ide sutradara itu mengingatkan Nita pada Stan Lee–pendiri Marvel Comic–yang selalu muncul menjadi figuran di setiap komiknya yang diadaptasi.
“Gimana?” tanya Abdi–Sutradara Film.
“Saya mau kalo itu nggak memberatkan. Saya nggak bisa akting, Mas.”
“Santai aja. Dialog kamu cuma 2 baris aja, nggak panjang.”
Nita pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Dia menerimanya dengan mantap. Kapan lagi wajah biasanya muncul di layar lebar? Pikir Nita.
Proses syuting membutuhkan waktu lima bulan, selanjutnya maju ke editing. Keseluruhan pembuatan film memakan waktu satu tahun lebih. Nita kira itu hanya akan berlangsung beberapa bulan saja, rupa-rupanya lumayan lama juga. Padahal dirinya sudah tidak sabar ingin segera menontonnya di bioskop.
Kini tiba waktunya peluncuran film. Nita menghadiri pesta meriah yang diadakan sang produser dan perusahaan yang memfilmkan novelnya. Kebetulan yang mendanai filmnya merupakan produser terkenal, sehingga langsung mendapatkan perhatian publik.
Di sana dirinya bertemu dengan beberapa artis dan model papan atas. Nita kalap melihat orang-orang hebat itu berada di lantai yang sama dengannya. Semua itu seperti mimpi bagi Nita. Dia pula bertemu beberapa jurnasil ternama dan sempat meminta foto bersama dengan mereka.
Pengalaman malam ini yang luar biasa tidak akan pernah Nita lupakan seumur hidupnya. Ini merupakan titik tertinggi hidupnya, yang susah payah dia gapai. “Ya Allah, makasih banyak. Alhamdulillah.” Nita tersenyum haru, lalu mengusap bulir air di sudut matanya. Saat itu dirinya tak sengaja melihat satu-satunya wajah yang familier di sana.
Akan tetapi Nita lekas berpaling, pura-pura tidak melihatnya. Dia melanjutkan obrolan dengan beberapa kenalan Abdi. Laki-laki empat puluh delapan tahun itu memperkenalkan Nita pada beberapa teman satu profesinya. Kini lingkaran pertemanan Nita semakin meluas.
Lelah berkeliling mengikuti Abdi dan sang produser, Nita pun mengambil waktu untuk beristirahat. Dia pergi ke balkon, ingin bersantai sejenak merehatkan penatnya. Nita menghirup udara segar seraya menyesap sirup dingin yang manis.
Nita langsung menoleh saat mendengar seseorang mendeham. Dia lekas mematung kala menyedari siapa orang itu. Nita gugup.
“Selamat ya!” Zach menjulurkan tangannya kepada Nita. “Saya nggak pernah tahu kalo kamu seorang penulis.” Dia tersenyum bersahaja.
Nita yang ketakutan pun lantas mengkaku. Manik matanya terbelalak menatap Zach. Dia waspada, enggan menerima tangan laki-laki itu. Nita melihat sekeliling, mencari pertolongan. Dia takut Zach akan berbuat macam-macam lagi padanya.
“Saya minta maaf,” ucap Zach yang membuat Nita menoleh padanya, fokus menatapnya keheranan. “Saya minta maaf untuk kekurangajaran saya di masa lalu.”
Nita mengawasi air muka pria di hadapannya. Mengamati, mencari ketulusan di matanya. Ekspresi wajah Zach terlihat tak acuh seperti biasa. Dia tidak menunjukan emosi apa pun, seperti yakin bahwa dirinya akan dimaafkan tanpa perlu bersusah payah memberikan penjelasan. Sombong, sebagaimana dirinya biasanya.
Nita ingin menerima jabatan tangan Zach, tetapi dia tidak memiliki keberanian. Dia masih takut pada laki-laki itu. Nita belum bisa melupakan kejadian malam itu.
“Saya ngerti kalo kamu membenci saya, tapi saya benar-benar sudah menyesali perbuatan. Saya cuma mau bilang itu. Permisi.” Zach tersenyum kecut lalu berbalik meninggalkan Nita tanpa menoleh lagi ke belakang.
Fatna Yunita
Atharrazkha Zafir
Aliyah Naveeza Zafir
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)
RomanceDari penulis novel online hingga janda di rumah 'Hot Daddy Duda Abadi'! Fatna Yunita alias Nita, kini terjebak dalam dunia asing sebagai ART Zach-vokalis band ternama. Zach mengira Nita: janda kesepian yang mengharapkan belaiannya, hingga pria itu m...