"Gimana, Zsa? Apa mereka masih ada?" tanya Nita pada Jaza yang baru saja kembali dari arah depan. Jaza mengintip melalui jendela rumahnya, melihat halaman yang sudah beberapa hari ini didatangi wartawan. Meskipun tidak banyak, keberadaan mereka cukup membuat keduanya merasa tidak nyaman, sebab para wartawan akan langsung mendekat bila melihat Jaza dan Nita keluar.
“Masih, Ma. Jadi, gimana? Mama, batalin aja janjinya.” Jaza duduk di sebelah Nita, menatap wajah sang ibu.
Nita memejamkan matanya, pusing. Dirinya terlanjur menghubungi Irasa dan membuat janji. Nita merasa tidak enak hati bila harus membatalkannya. “Menurut kamu, gimana? Lebay gak kalo alasannya kuatir diikutin wartawan?”
“Ya, nggak. Lagian itu kenyataannya.”
Nita khawatir para pemburu berita tersebut akan menguntitnya. Dia menarik nafas dalam-dalam, mencoba mencari solusi terbaik di tengah situasi yang rumit ini. Dia harus bertindak cepat, sebab tidak sopan membiarkan Irasa menunggunya tanpa kepastian.
“Baiklah, Mama batalkan aja janjinya,” kata Nita akhirnya, walaupun terdengar ragu.
Jaza mengangguk setuju, menunjukkan pemahamannya atas keputusan ibunya. “Oke.”
Nita membuka ponsel, mengirimkan pesan singkat pada Irasa, pasal pembatalan janji temu hari ini disertai alasannya. Setelah memikirkan tawaran kerja sama itu selama beberapa hari, Nita memutuskan untuk menerima ajakan kerjasama dari Irasa. Zach yang dirinya percaya, nyata hanya mempermainkannya selama ini. Maka dari itu dia enggan mendengarkan laki-laki tersebut untuk tidak berhubungan dengan Irasa. Dia yakin semua akan baik-baik saja bila dirinya bersikap sopan dan menjaga jarak.
Diluar dugaannya, laki-laki itu malah menawarkan bantuan. Dia bersedia menghampiri Nita ke rumah. Karena kebetulan jadwal Irasa sedang lengang siang nanti.
“Gimana ini, Zsa?” Nita menunjukan pesan Irasa pada Jaza.
Gadis empat belas tahun itu membacanya dengan cermat, lalu berkata, “Boleh juga, Ma. Gapapa.”
Nita menatap Jaza penuh keraguan. Ada kekhawatiran dalam hatinya kala harus kembali berhubungan dengan orang terkenal. Baginya cukup Zach seorang, dia tidak ingin terlibat rumor aneh-aneh lagi dengan orang ternama lainnya. Nita takut akan stigma statusnya dan kembali mendapatkan sorotan negatif dari para warga net.
“Tapi, Zsa, gimana pendapat wartawan? Mama, kuatir nanti ada gosip aneh-aneh lagi,” jelas Nita dengan gestur tubuh yang tidak terkoordinasi. Ada kegelisahan yang menghampirinya saat pikiran negatif mulai mendera. Nita selalu khawatir bila akhirnya harus berurusan dengan netizen Indonesia.
“Kalo ada gosip macem-macem lagi, tinggal Mama klarifikasi aja. Toh, selama ini gosip-gosip itu nggak pernah terbukti dan aku yakin netizen juga udah tahu itu.”
Yup, meski gosip hubungan percintaan antara Nita dan Zach kerap kali menjadi topik utama di pemberitaan selebriti, tetapi itu tidak pernah mendapatkan pengakuan dari janda satu anak tersebut maupun Zach sendiri. Bahkan beberapa program tayangan infotainment mengakui, bahwa keduanya tidak pernah memiliki komitmen apa pun tentang jalinan asmara.
Nita berpikir sejenak, daripada pertemuan mereka gagal dan menjauhkan rezeki yang sudah di depan mata, lebih baik dia tidak membatalkan janji hari ini. Toh, Irasa sendiri bersedia datang menemuinya. Itu merupakan poin plus, sebab dirinya tidak perlu keluar rumah dan melewati kerumunan wartawan. “Baiklah,” kata Nita pada akhirnya.
Wanita tiga puluh lima tahun itu pun menghubungi Irasa, memberitahukan alamat rumahnya. Pria tersebut membalas bahwa dirinya akan langsung berangkat saat itu juga. Mendapatkan kabar tersebut, entah kenapa Nita merasa gugup, hingga berdebar-debar. Tidak dipungkiri, ada rasa cemas yang hadir singgah di relung hatinya. Mungkin itu efek dari peringatan Zach yang membuatnya jadi paranoid, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)
Roman d'amourDari penulis novel online hingga janda di rumah 'Hot Daddy Duda Abadi'! Fatna Yunita alias Nita, kini terjebak dalam dunia asing sebagai ART Zach-vokalis band ternama. Zach mengira Nita: janda kesepian yang mengharapkan belaiannya, hingga pria itu m...