80. Gotcha!

200 9 0
                                    

Benny: Aku sudah berhasil menemukan cewek itu.

Zach lekas menelepon Benny setelah membaca pesan singkat darinya. Dia ingin menanyakan banyak hal dan bertemu dengan gadis itu, mencari tahu siapa yang menyuruhnya. Namun, sialnya Zach masih tidak bisa keluar dengan bebas.

“Gimana?” tanya Zach pada Benny di sambungan telepon.

“Kita nggak bisa bicara di telepon. Kamu harus ke sini,” balas Benny.

Selesai berbicara dengan Benny, Zach pun menelepon Yuli, meminta wanita itu menjemputnya seperti malam lalu. Zach dan Yuli janjian bertemu di tempat yang sama–kebun samping rumahnya. 

Ketika malam tiba, keduanya pun bertemu sesuai kesepakatan. Cahaya temaram bulan menyambut kedatangan mereka di tempat tersebut, seperti yang diprediksikan. Zach dan Yuli pun menyelinap dan dapat keluar dari kawasan perumahan itu tanpa ketahuan wartawan.

Sesampainya di tempat tinggal Benny, Zach lekas mengetuk pintu. Setelah beberapa detik, pintu terbuka perlahan, mengungkap wajah serius Benny. “Masuk,” ucapnya mempersilakan.

“Di mana cewek itu?” tanya Zach tidak sabaran. Kemarahan sudah menjalari tubuhnya selama di perjalanan tadi dan kini dirinya merasa takkan kuasa menahannya.

“Dia di kamar atas.” Benny memberi jalan pada Zach.

Laki-laki jangkung itu pun berlari, meniti tangga diikuti Benny dan Yuli. Dia tidak sabar ingin segera bertemu dengan gadis tersebut, lalu mengintrogasinya. Zach ingin mengetahui alasannya serta identitas orang yang memerintahkannya menjebaknya.

Wajah ketakutan berlinangan air mata gadis pelacur itu menyambut kedatangan Zach. Segera dia bersujud, memohon pengampunan untuk tidak melaporkannya ke pihak berwajib. Gadis tersebut tidak mau sampai dipenjara. “Ampuni saya, Mas. Tolong maafkan saya. Jangan laporkan saya ke polisi. Saya mohon,” rengeknya dengan tubuh gemetaran. Dia benar-benar ketakutan.

Zach menatap dingin punggung gadis yang sedang bersujud di kakinya. Kemarahan kian besar menyusupi dadanya, sebak membuat napasnya sesak. Zach mengepalkan sebelah tangannya penuh geram.

“Namanya Derani. Dia punya adik yang lagi sakit keras dan butuh uang banyak buat biaya pengobatan,” jelas Benny yang membuat Zach menoleh padanya. Pria paruh baya itu pun menceritakan masalah hidup Derani pada Zach, pasal adiknya yang sakit keras dan menunggak biaya perawatan rumah sakit. Gadis tersebut terpaksa mengambil pekerjaan malam itu, karena membutuhkan uang.

“Apa tujuanmu memberi tahu saya semua itu?” tanya Zach jengah seraya memijat dahinya, membungkam mulut pria paruh baya di sisinya. Kemudian Zach menunduk, menatap dingin punggung gemetar Derani. “Angkat kepalamu.”

Yuli dapat melihat getaran di bahu Zach yang seketika membuatnya merasa prihatin. Perlahan wanita itu pun mendekatinya, meraih bahunya penuh empati. Namun, lekas terkejut saat Zach malah menepiskan tangannya.

“Angkat kepalamu!” sergah Zach penuh marah. 

Benny pun segera mendekat dan memeganginya yang gemetaran. “Sudah, Zach. Kita tanyai dia pelan-pelan. Kamu harus tenang.”

“Saya harus tenang?” Zach seketika tergelak. Dia sangat marah sehingga tidak bisa mengendalikan emosinya. Baru kali ini dia mengalami gejolak kemarahan demikian dahsyatnya. Zach tidak bisa tenang. “Dia sudah menghancurkan karier dan hidup saya, dan saya harus tenang?” Tawanya kian kencang, terbahak-bahak. Dia frustrasi.

Citranya sudah hancur sejak video asusila sepuluh tahun yang lalu viral di jagat maya. Zach kapok, kini sedang berusaha memperbaiki dirinya. Namun, gara-gara ulah gadis sialan di hadapannya, dia harus kembali merasakan masa-masa tertekan dan panik seperti dulu lagi. Zach benar-benar muak. Dia tidak ingin mengulangi pengalaman buruk itu lagi.

Raut wajah Zach mengeras, lalu menjambak kerah baju gadis itu geram dengan sebelah tangan, kasar memaksanya berdiri. “Sudah saya bilang, angkat kepalamu pelacur!” bentak Zach di depan wajah Derani. Mukanya sudah merah padam dengan tubuh gemetar.

Derani menangis ketakutan, badannya bergetar hebat. Dia menangis tergugu, sesenggukan. “Saya cuma disuruh, Om! Sumpah demi Tuhan, saya nggak bohong!”

“Siapa yang menyuruhmu?” tanya Zach dengan gigi gemerutuk.

“M–mm–mbak Bella.” Derani menjawab tidak jelas.

“Siapa?” Zach menelengkan kepalanya, mendekatkan telinga ke mulut gadis itu.

Kedua tangan Derani meremas bajunya gemetaran, lalu memejamkan mata, mengumpulkan segenap keberanian yang tersisa. “Mbak Bella Nadira.”

Zach terjelengar–terdiam keheranan kala mendengar nama orang yang sudah menghancurkan hidupnya. Dia mematung dengan tatapan yang seketika kosong. Zach terkejut setengah mati. Dia sama sekali tidak menduga sebelumnya, jikalau nama itu yang akan keluar dari mulut Derani. Zach pun menghempaskan tubuh gadis tersebut dengan kasar, hingga tersungkur mencium lantai. Dia masih terlongong-longong, bengong, pikirannya seketika kosong.

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang