50. Menang

227 11 0
                                    

Zach hanya membawa satu ransel berisi pakaian serta laptop. Dia menitipkan barang bawaannya tersebut di tenda Nita dan Aliyah, sebab tidak memercayai teman satu tendanya, Hanum. Entah kenapa Zach merasa bahwa laki-laki berkacamata itu tidak menyukainya. Dia seperti perempuan yang sedang ovulasi, pikir Zach.

Selesai beristirahat dan makan, peserta pun diminta berkumpul di tanah lapang. Akan diadakan beberapa lomba, diantaranya lomba: balap karung, panjat pohon, memanah, menyusun puzzle, menyusun batu, dan tarik tambang. Aliyah dan Nita kira, mereka hanya bisa menjadi tim hore, sebab bukan bagian dari perusahaan tersebut. Akan tetapi, nyatanya mereka diizinkan turut berpartisipasi.

Aliyah dan Nita begitu semangat mengikuti lomba. Hadiahnya pun lumayan, lima ratus ribu untuk juara pertama perorangan, sedangkan untuk juara pertama kelompok, satu setengah juta. Keduanya mengikuti setiap lomba dengan antusias, tiada yang terlewatkan. Aliyah dan Nita menjadi rival untuk lomba perorangan dan satu tim untuk lomba berkelompok.

“Semangat, Mbak Nita!” teriak Aliyah pada lawannya yang lekas Nita sahuti, “Semangat! Kamu siap-siap kalah ya!”

Suasana tengah hari di sana kian ramai. Terik matahari tidak menyusutkan semangat semuanya. Yel-yel penyemangat malah makin keras dilaungkan. Perlombaan pun berlangsung seru dan sengit. Sayangnya Nita kalah dalam lomba menyusun batu, dia kalah cepat oleh Aliyah dan satu orang peserta lain.

Akan tetapi Nita bersorak gembira saat Aliyah keluar sebagai pemenang, setelah tanding satu lawan satu dengan rival serinya. “Uangnya buat kita traktir seblak, Ayi!” teriaknya seraya tertawa.

Aliyah lekas bertos ria dengan Nita saat kembali ke kerumunan. Jaza beberapa kali menutup telinga dengan ekspresi wajah keki, lalu menepi, duduk di bawah pohon memainkan kembali ponselnya. Dia merasa malu melihat tingkah Aliyah dan Nita yang terkinjat-kinjat kegirangan hanya, karena uang lima ratus ribu. Sementara Zach cuma tersenyum kecil sembari bertepuk tangan.

Perlombaan berlangsung selama berjam-jam dan pada pukul empat sore diadakan lomba terakhir: tarik tambang. Nita dan Aliyah bekerja sama dalam satu tim. Peserta dibagi menjadi empat kelompok dengan masing-masing tim berjumlah sepuluh orang.

Setelah melalui perlawanan yang cukup ketat, tim Aliyah dan Nita pun menang di babak pertama. Seluruh anggota dalam kelompok berteriak-teriak kegirangan. Mereka melakukan perayaan dengan menari-nari dan melompat-lompat. Tim itu percaya diri, mereka akan keluar sebagai pemenang.

Mereka diberi waktu istirahat selama tiga puluh menit sebelum akhirnya maju ke babak penentu. Tim Nita dan Aliyah pula melawan kelompok pemenang. Tiada yang mau mengalah, semua berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi pemenang.

“A–ayo tt-tarik, A–ayi!” pekik Nita tersendat-sendat sembari mengerahkan seluruh tenaganya menarik tambang besar itu.

“Mm–mbak juga! Ss–semangaaaat!” seru Aliyah menyahut dengan wajah yang memerah bak kepiting rebus. Kakinya beberapa kali terpeleset, tetapi beruntung dia mendapatkan kembali pijakannya, tidak sampai terjatuh.

Setelah tarik menarik cukup sengit, juri pun mengangkat bendera merah dan menyatakan tim Nita dan Aliyah sebagai pemenang. Sontak pengumuman tersebut membuat seluruh anggota tim melompat-lompat kegirangan, lalu saling berpelukan. Napas mereka sudah terengah-engah, tetapi kemenangan membuat mereka melupakan rasa lelah yang mendera.

Nita berhenti terlonjak saat Zach tiba-tiba menghampirinya, lalu mengulurkan tangan. Janda itu pun tersenyum lebar lalu menerima jabatan tangannya. “Makasih, Mas.”

Zach membalas senyumannya seraya mengangguk, lalu menghampiri putrinya yang masih melakukan selebrasi.

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang