13. Syuting

730 28 0
                                    

“Kemarin aku ketemu Mbak Nita di lokasi syuting, Pa. Kenapa, Papa, nggak ngomong kalo series itu adaptasi novelnya Mbak Nita?” tanya Aliyah. Malam ini ibunya mengizinkan Aliyah menginap di rumah Zach. Gadis itu pula sudah tahu bahwa Nita seorang penulis novel, sewaktu perilisan film Diamanti. Nita berdiri di depan banyak wartawan menceritakan sumber inspirasi untuk cerita tersebut.

Dahi Zach mengernyit. “Nggak. Papa, nggak tahu.” Royan–produser sekaligus temannya Zach–hanya mengatakan kalau dirinya ada proyek baru. Ini merupakan proyek series pertamanya. Sebelumnya Royan hanya fokus pada film layar lebar, tetapi karena series gaya drakor sekarang sedang happening. Dia pun ingin mencoba peruntungan di bidang tersebut.

Aliyah sudah menduganya. Dia mengenal ayahnya yang acuh tak acuh, yang tidak memedulikan apa pun selain Aliyah. “Mbak Nita, tambah cantik loh, Pa. Papa, tahu aku selalu kagum sama independent woman ‘kan? Gak bergantung ke orang lain, punya kontrol emosional yang baik, mampu menentukan jalan hidupnya sendiri, aku ingin jadi seperti itu.”

Zach mengusap kepala anaknya penuh sayang. “Papa, percaya kamu bisa mewujudkan apa pun yang menjadi keinginanmu.”

Aliyah pun kembali menceritakan lebih banyak tentang Nita–wanita yang bekerja keras demi mengumpulkan uang untuk biaya sekolah Jaza. Dia benar-benar mengagumi Nita yang tidak menyerah pada keadaan. Dia terus menekuni dunia literasi, meski hasilnya tidak seberapa. Sama seperti halnya Aliyah yang begitu menyukai fashion. Gadis tersebut pula tidak peduli jumlah uang yang dihasilkan. Yang terpenting dirinya bisa menyalurkan hobinya dengan bebas.

Zach begitu tertarik mendengarkan kisah hidup Nita dari anaknya. Mantan ART yang kini menjelma menjadi penulis terkenal, sungguh cerita yang penuh kejutan. Zach tidak menyangka wanita yang pernah dia remehkan itu mampu terbang setinggi ini. Sepertinya dirinya harus menemuinya lagi lain kali untuk memberikan ucapan selamat–lagi.

Keesokan harinya, Zach mengantarkan Aliyah ke lokasi syuting. Kebetulan jadwalnya kosong hari ini dan dia memilih mengemudi mobilnya sendiri. Zach ingin menghabiskan waktu dengan sang anak. 

Sesampainya di lokasi syuting, orang-orang yang tengah sibuk berlalu lalang mempersiapkan properti, tempat, serta alat-alat kesiapan syuting itu bergerak seperti scene film yang di-slow motions saat melihat kedatangan Zach. Mereka terkejut dan tak menduga akan kedatangan penyanyi sekaligus aktor papan atas tersebut.

“Udah kubilang ‘kan? Papa, anterin doang aja. Jadi, gini ‘kan? Papa itu terlalu mencolok, tahu gak?” gerutu Aliyah. Semula dirinya tidak mau diantarkan oleh sang ayah, karena tidak ingin membuat gaduh lokasi syuting. Namun, akhirnya menerima, karena ayahnya bersikeras ingin melihat, bagaimana Aliyah bekerja dan berbaur dengan orang lain.

Zach hanya mengangkat bahunya tak acuh. Karena dia merasa, bukan salah dirinya orang-orang itu bersikap demikian.

“Ayi, udah dat ….” Nita yang hendak menyapa Aliyah pun membeku kala melihat Zach keluar dari balik punggung gadis itu.

“Mbak Nita!” Aliyah langsung menghamburkan pelukannya dan Zach mengekorinya di belakang.

Nita yang menerima pelukan Aliyah pun tersenyum canggung pada Zach yang berdiri di hadapannya, berusaha bersikap ramah. Namun, wanita itu merasa lebih kikuk kala pria yang dia beri keramahan tersebut, tidak membalas senyumannya, malah menatapnya dengan wajah tanpa ekspresi.

Aliyah melepaskan dekapannya. “Mana Jaza, Mbak? Katanya mau ajak dia ke lokasi syuting hari ini.”

“Nggak jadi, Ayi. Kebetulan udah dapet pengasuh sekarang.”

“Lagian emak abahnya, kenapa nggak tinggal di sini aja sih?” Aliyah membicarakan orang tua Nita yang pulang ke kampung halaman hari ini.

“Sawah dan ladang nggak ada yang ngurusin, Ayi. Mana bentar lagi waktu panen padi.”

Ayah dan ibunya Nita sempat menemani, tinggal di Jakarta selama satu bulan. Mereka tidak pernah mau menetap. Katanya lebih enak tinggal di kampung sendiri daripada di tanah rantau yang dikelilingi orang-orang asing. Nita pun tidak bisa memaksa, tetapi dia menyuruh kedua orang tuanya untuk rutin mengunjunginya dan Jaza bila ada waktu luang.

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang