79. Teman Hidup

227 12 0
                                    

Aliyah terkejut saat melihat wajah Nita di layar televisi, hingga membuat brownies yang hendak dilahapnya, jatuh ke lantai. Aliyah lekas menekan tombol telekendali, menghentikan sebentar siaran langsung itu, lalu memanggil ayahnya dengan terkencar-kencar.

"Mama Nita, Pa!" adunya dengan gelisah saat Zach memenuhi panggilannya. Pria itu lantas terpegan menatap wajah Nita dan Irasa yang duduk berdekatan.

Ayah dan anak tersebut saling pandang dengan ekspresi campur aduk, mencermati setiap detail dari gambar yang tertangkap. Wajah terkejut tergambar jelas di air muka keduanya, seolah tidak percaya bahwa Nita benar-benar berada di sana. Pertanyaan dan rasa ingin tahu mulai muncul, membuat mereka tidak bisa berhenti menatap layar televisi.

Aliyah kembali menekan telekendalinya dan siaran itu pun berlanjut. Nita tampak menikmati acara itu. Dia terlihat gembira dan akrab dengan Irasa. Zach diam menatap wajah janda tersebut di layar televisinya. Dia benar-benar kecewa dan merasa dikhianati oleh janda satu anak tersebut.

"Papa, mau ke mana?" tanya Aliyah kala melihat Zach meraih kunci mobil di atas buffet. Dia pun lekas berdiri, meraih lengan ayahnya. "Jangan, Pa. Jangan keluar. Di luar masih ada wartawan. Sekali Papa tertangkap, Papa nggak akan bisa lepas dari mereka."

Zach yang kesal pun meremas kunci kendaraan di tangannya dengan rahang mengeras. Dia marah dan ingin menemui Nita, menanyakan apa yang terjadi, kenapa perempuan itu pergi bersama Irasa. Namun, lekas dia urungkan, mendapatkan ketenangan, menghela napas panjang, usai Aliyah membangunkan kembali logikanya. Zach pun menaruh kunci tersebut di tempat semula, lalu beranjak menuju kamar tidur.

Hampir saja dirinya melakukan kesalahan bila saja tidak diingatkan oleh sang anak. Ya, Zach tidak mempunyai banyak waktu untuk memikirkan kehidupan percintaannya. Dia harus segera menemukan gadis pelacur itu untuk membuktikan ketidakbersalahannya.

Benny dan orang-orangnya sudah menemui Cindy Yolanda-mucikari gadis pelacur di bawah umur tersebut. Namun, tidak membuahkan hasil, karena usai menerima pekerjaan dari Royan pada malam itu, gadis tersebut kabur dan kini tidak diketahui rimbanya. Dugaan Benny: seseorang menyembunyikannya. Informasi tersebut semakin menguatkan asumsi Zach bahwa seseorang dengan sengaja menjebaknya pada malam itu.

***

Yuli pula sama seperti Aliyah dan Zach: melihat Nita dan Irasa di televisi. Bedanya, dia segera pergi ke rumah Nita untuk memata-matai mereka. Yuli tidak akan membiarkan Irasa merebut kekasih sahabatnya lagi.

Lama Yuli menunggu, hingga tengah malam, dia melihat mobil Irasa memasuki pelataran rumah Nita. Yuli yang mengawasi dari kejauhan pun lekas memotret dengan ponselnya, lalu setelah mendapatkan bukti, keesokan harinya dia langsung menemui Zach.

Yuli tidak bisa langsung melapor semalam, sebab dia memutuskan untuk berjaga di sana sampai Irasa benar-benar pulang. Yuli mengkhawatirkan Nita, takut Irasa akan menyakitinya.

"Gimana, Mas? Mending sewa bodyguard aja buat jagain Mbak Nita, buat jaga-jaga," ucap Yuli setelah menunjukan hasil tangkapan layarnya pada Zach.

"Tidak perlu." Zach tak acuh, mengembalikan ponsel Yuli, lalu kembali fokus membaca dokumen perusahaannya tangan.

"Loh? Kenapa, Mas? Mas, tahu kan, gimana jahatnya orang itu? Kalo dia sampai menyakiti Mbak Nita, gimana?" Yuli menatap Zach keheranan, dahinya berkerut dalam.

"Itu bukan urusan kita."

"Hah!" Yuli menggelengkan kepala, kecewa, tak percaya mendengar jawaban Zach. Dia merasa frustrasi harus mendengar jawaban yang sama untuk kedua kalinya. Lihatlah Bella Nadira, jikalau saat itu Zach mendengarkan Yuli untuk segera melamar wanita tersebut, Irasa takkan berhasil merebutnya dan mungkin kini Zach dan Bella masih menjadi kekasih. Yuli masih ingat, betapa frustrasinya sang sahabat saat itu. Dia hanya ingin Zach tidak mengulangi kesalahan yang sama, seperti pada Bella dulu.

"Kalo Mas Zach, biarin ... ending bakalan sama lagi kayak dulu. Mas, harus memperjuangkan ...."

"Cukup," sela Zach memotong ucapan Yuli. Dia tidak ingin lagi mendengar atau mengetahui apa pun tentang Irasa dan Nita. Zach tidak mau peduli.

"Tapi, Mas ...."

"Cukup, Hamasa." Zach menatap Yuli dingin. Meskipun pria itu tidak membentaknya, tetapi Yuli paham jikalau Zach sedang marah. Bahkan dia sampai tega memanggil Yuli dengan nama panggilan lamanya yang sangat ingin wanita itu lupakan.

Melihat wajah murung Yuli, Zach lantas mengusap mukanya kasar, frustrasi. Dia menyesal telah keceplosan, membuka luka lama wanita itu. "Maaf, saya keceplosan," ucapnya merasa bersalah.

"Saya nggak ridho biarin dia menang lagi, Mas. Mas, harus mulai peduli sama apa yang Mas miliki, harus bisa mempertahankan apa yang sudah menjadi milik, Mas. Kalo Mas, kayak gitu terus. Sampai kapan pun, Mas akan tetap sendiri." Yuli memedulikan kebahagiaan Zach. Dia ingin melihat sang penolongnya itu hidup bahagia. Yuli kerap kali merasa sedih melihat pria itu hidup sendirian. Dia ingin laki-laki tersebut memiliki teman hidup.

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang