24. Alasan

439 21 0
                                    

Yuli menyampaikan tawaran peran film untuk Zach. Dua hari yang lalu wanita tiga puluh delapan tahun itu dihubungi tim produksi salah satu perusahaan perfilman ternama tanah air. "Gimana, Mas Zach?"

"Saya belum tahu. Menurut kamu, gimana?"

"Menurut saya peran ini sangat cocok untuk, Mas Zach. Saya yakin melalui peran ini citra, Mas Zach, akan berubah. Film ini akan membawa dampak positif pada karier, Mas Zach."

"Baik. Akan saya pikirkan."

Pagi tadi Yuli memanggilnya ke kantor management dan menjelaskan tentang penawaran main film pada Zach. Pria itu pernah main di beberapa film sebelumnya, salah satunya genre petualangan dan drama. Bisa dibilang film tersebut merupakan salah satu film terbaik yang pernah dia bintangi.

Sesampainya di rumah, dia meminta pendapat Aliyah. Sang anak tampak senang mendengarnya. Aliyah rindu melihat ayahnya berakting. Dia pun meminta Zach untuk menerima tawaran tersebut. "Jadi, filmnya adaptasi novel Mbak Nita?"

Zach menjawab dengan anggukan kepala.

"Ya udah terima aja, Pa. Aku yakin banget perannya bakalan cocok buat, Papa."

Melihat sang anak antusias, Zach pun jadi tertular semangatnya. Pria itu pula lekas menghubungi pihak management untuk mengkonfirmasi jawabannya. Yuli dan management yang menaungi Zach merasa puas oleh jawabannya.

Tiba-tiba, Aliyah mendapat telepon dari Nita. Dia diundang untuk makan malam sebagai perayaan atas salah satu judul novelnya yang akan segera difilmkan. Nita mengadakan pesta kecil-kecilan.

Zach setuju datang. Sekalian dia ingin tahu apa alasan Nita menginginkannya memerankan peran utama ceritanya. Zach juga ingin tahu garis besar novel karya wanita itu. Dia hanya membaca sekilas prolog novelnya tadi, itu pun tidak terlalu menyimak, sebab disambi mendengarkan penjelasan Yuli.

Sesampainya di rumah Nita, senyuman ramah Hanum menyambut kedatangan mereka. Suasana hati Aliyah yang cerah, seketika berubah muram saat melihat wajah menyebalkan pria bermata empat itu. Dia kira hanya dirinya dan sang ayah yang diundang, nyatanya ada Hanum juga.

Jika seperti ini jadinya, mungkinkah selama ini Nita menganggap mereka sama dengan Hanum? Aliyah tidak suka disetarakan dengan pria munafik itu. Dia merasa dirinya dan sang ayah lebih dulu dekat dengan Nita.

"Tadi siang Yuli kasih tahu saya, kalo saya dapet tawaran peran dari adaptasi novel kamu," ungkap Zach pada Nita.

Nita tersenyum malu-malu, lalu menganggukan kepala. "Terus jawaban Mas Zach, gimana?"

Zach tersengih. "Saya udah lama nggak main film dan agak kangen juga. Jadi, saya terima."

Nita pun langsung kesenangan mendengar jawaban Zach. Spontan dia menjabat tangan pria itu mengucapkan terima kasih. "Makasih, Mas Zach! Peran itu emang cocok banget buat, Mas Zach! Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik!"

Zach menatap kedua tangan Nita yang meraih tangannya dengan raut wajah tanpa ekspresi. "Ya."

"Ah ... " Nita melepaskan cengkramanya pada kedua tangan pria itu dengan kikuk, "ma-maaf, Mas. Saya terlalu senang."

Zach menyeringai tipis. "Gapapa."

Aliyah dan Hanum hanya diam menyaksikan kecanggungan di antara keduanya. Nita terlihat kikuk dan hanya bisa diam, tidak kuasa menjauh. Dia masih berdiri di hadapan Zach, sesekali tersenyum padanya lalu mengalihkan pandangan. Dia kebingungan harus bagaimana setelah spontanitas yang dilakukannya barusan.

Zach tersenyum tipis saat melihat salah tingkahnya. Dia merasa puas. Zach dapat mengetahui isi hati perempuan itu hanya dari tingkah lakunya, karena itu pula, dirinya tidak tertarik padanya. Nita: wanita yang terlalu mudah, sama seperti yang lainnya. Zach agak bosan berhadapan dengan perempuan yang malu-malu tapi mau. Zach lebih suka pada wanita yang agresif dan to the point.

"Filmnya. Kenapa saya? Apa ada alasan khusus?" tanya Zach.

"Karena, Mas Zach, yang paling cocok mendapatkan peran ini. Mas Zach, seorang ayah yang mencintai putrinya dan rela melakukan segala cara untuk membahagiakannya, sama seperti tokoh utama di cerita itu. Nggak ada yang memahami cinta orang tua kepada anak, selain orang tua itu sendiri." Nita menatap mata Zach tegas saat menjawab pertanyaannya. Menurutnya, pemilihan peran, bukanlah hal yang sepele. Maka dari itu dia mencari visual dan karakter yang persis, bahkan nyaris sama dengan tokoh-tokoh di ceritanya. Nita tidak pernah main-main untuk urusan peran di novelnya.

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang