7. Menghindar

975 30 0
                                    

Nita mulai tidak betah bekerja di sana. Dia ingin berhenti. Nita merasa haknya sebagai manusia, tidak dihargai lagi. Dia berada di sana untuk mencari nafkah, memperbaiki hidupnya. Namun, malah menerima perilaku yang demikian tidak sopan. Apakah semua ART artis memang diperlakukan seperti ini?

Nita pun menghubungi yayasan ART yang memberinya pekerjaan ini. Dia berbicara kepada pihak yayasan, memberi tahu mereka bagaimana keadaannya sekarang. Namun, sesuai kontrak, Nita diharuskan membayar penalti bila ingin berhenti bekerja sebelum masa kontraknya habis.

Nita keberatan dengan jumlah denda yang lumayan besar. Bukannya memberikan solusi, pihak yayasan justru malah menyuruh Nita bertahan selama sebelas bulan lagi. Setelah itu, mereka akan mencarikan Nita majikan yang baru.

Nita yang gelisah pun melakukan video call dengan putri semata wayangnya. Berbicara dengan sang anak, selalu berhasil memperbaiki suasana hatinya.

"Hallo, Jaza, anak kesayangan Mama!"

"Hallo, Ma! Ma, aku udah bisa ngedongeng. Aku udah menemukan bakatku," ungkap Jaza yang membuat Nita bangga. Selama ini Nita melatih Jaza supaya menjadi anak yang suka membaca dan gemar bercerita. Tidak sia-sia latihan literasi dan public speaking yang dia ajarkan selama ini. Nita benar-benar bersyukur sang anak telah menemukan bakatnya.

Jaza merupakan anak yang cerdas dan memiliki kepekaan emosional. Dia sangat suka belajar dan kritis terhadap hal-hal baru. Selama beberapa bulan ke belakang, Jaza menunjukan kegelisahannya pada Nita, sebab dia belum mengetahui bakat apa yang dirinya miliki. Jaza begitu giat belajar demi mencari tahu bakat apa yang Tuhan anugerahkan padanya.

"Alhamdulillah. Kamu sekarang udah tahu bakatmu apa. Selamat ya!" Nita tersenyum haru, matanya berkaca-kaca. Dia tahu betapa keras usaha dan rajinnya Jaza belajar demi menggali bakatnya. Syukurlah sang anak tidak akan gelisah lagi dan bisa mengasah kemampuannya mulai sekarang.

"Makasih, Ma! Ohya, buku ceritanya udah kubaca semua. Aku mau buku cerita baru, Ma. Nanti kalo udah gajian, beliin ya."

"Iya. Mulai sekarang, Mama, nggak akan beliin buku cerita bekas lagi. Insyaallah nanti belinya yang baru ya."

Jaza terkinjat kegirangan mendengar perkataan ibunya. Nita yang tidak memiliki penghasilan tetap, hanya mampu membelikan buku bekas. Memang masih layak dibaca, tapi lebih baik memberikan yang baru, supaya anaknya makin semangat lagi membaca. Alhamdulillah usahanya tidak sia-sia untuk membuat anaknya menyukai membaca dan menjadikan membaca sebagai hobi.

Setelah melakukan panggilan telepon dengan Jaza, suasana hati Nita pun membaik. Dia amat bersyukur, karena kini sang anak sudah tegar, tidak lagi berbicara sambil berlinangan air mata. Begitulah anaknya yang membanggakan, tidak ingin membuat Nita khawatir.

Wanita dasteran itu pun membuka laptopnya dan kembali melanjutkan tulisan yang kemarin. Nita menulis hingga kantuknya menyerang.

***

Keesokan harinya Nita kembali sibuk dengan pekerjaannya sehari-hari. Sebisa mungkin dia menghindari berpapasan dan berbicara dengan Zach. Nita tidak ingin mengulangi kejadian-kejadian yang lalu.

Nita menyelesaikan semua tugasnya dengan cepat. Usai membuatkan sarapan, dia pun menatanya di meja makan, lalu kembali bersembunyi di kamar. Kini dirinya sudah tenang dan bisa beristirahat setelah berjuang dari pukul empat dini hari.

Nita kembali menyibukan diri dengan laptop usangnya. Dia menulis disambi membaca dan membalas komentar para pembaca ceritanya. Nita merasa senang melihat ceritanya dibaca banyak orang. "Nambah seribu views lagi hari ini. Alhamdulillah," ucapnya senang dengan wajah berseri bahagia.

Zach turun untuk sarapan, tetapi tidak menemukan keberadaan Nita. Isi rumahnya sudah bersih dan menu sarapan sudah tersaji lengkap di meja makan. Sayang sekali, padahal tangan Zach sudah gatal ingin menggodanya.

Selesai sarapan, dia kembali ke atas. Hiatus membuat Zach memiliki waktu istirahat yang cukup. Tiada yang lebih menyenangkan selain bekerja dari rumah. Sepertinya Zach kian yakin mengenai keputusannya banting setir menjadi pengusaha. Brand fashion-nya pun semakin populer dan diminati gen-Z serta kaum milenial yang merupakan target pasarnya. Keuntungannya kian meningkat dan membuat rekening Zach semakin gendut.

***

Zach tersenyum kecut. Kini dia tahu alasan Nita jarang menunjukan batang hidungnya. Sepertinya wanita itu sedang menghindarinya. Semula Zach merasa tidak masalah. Namun, rupanya hal tersebut berlangsung lama dan itu lumayan mengganggunya. Sudah seminggu lamanya Nita memperlakukan Zach seperti itu.

Zach ingin komplain, tetapi tidak bisa, karena pekerjaan Nita sudah bagus. Bosan berada di rumah, pria itu pun memutuskan untuk mencari kesenangan di luar.

"Hallo brother!" Royan Wirawan atau yang lebih dikenal Royan Wira itu menyapa Zach. Royan merupakan seorang aktor, pembawa acara, penyanyi, pengusaha, selebritas internet, dan produser asal Indonesia. Dia adalah artis papan atas yang menempati posisi ketiga artis terkaya di Indonesia, mengalahkan Zach.

"Hmm whats up?" Zach memeluk Royan sejenak lalu menepuk bahunya.

"Tumben baru ke sini lagi, Bro. Sibuk banget lo?"

Zach terkekeh. "Biasa."

"Oke, karena lo mampir ke klub gue malam ini, lo gue traktir, tapi dengan satu syarat. Temenin gue minum. Gimana?"

Zach yang sudah menyelesaikan pekerjaan dan tidak memiliki kesibukan pun mengiyakan ajakan Royan. Sebab penting baginya untuk menjaga hubungan baik dengan sesama artis.

Royan langsung memanggil beberapa pelayannya dan memesan minum termahal. Keduanya minum sampai puas sambil menikmati musik racikan disk jockey favorit klub tersebut.

Pukul tiga dini hari, Zach kembali dalam keadaan mabuk berat. Nita buru-buru bangun, berjalan terseok-seok menuju pintu. Saat pintu dibuka, bau alkohol yang kuat lekas menyergap indra penciumannya. Namun, dengan sabar dia memapah Zach, membantunya berjalan. Nita berusaha seprofesional mungkin, karena sadar bahwa itu merupakan salah satu tugasnya.

"Hati-hati, Mas. Sebentar." Nita membuka pintu kamar Zach sambil berusaha keras menopang berat tubuh lelaki itu.

Setelah pintu kamar terbuka, Nita pun segera menuntunnya ke dalam. Wanita itu merasa tidak nyaman, sebab sedari tadi Zach terus memandangi wajahnya yang sedang memandu berjalan.

Ketika hendak membaringkannya, tiba-tiba Zach berbalik dan mendorong wanita itu ke tempat tidur, mengurungnya di bawah tubuhnya. Nita yang terkesiap pun lantas terbelalak. Tubuh Zach terus menekan Nita, membuat wanita itu terperangkap dan tidak bisa melarikan diri.



Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang