Di panggung utama, Lyodra Margaretha sedang tampil, menyanyikan lagu hits yang langsung memancing kebingaran dari penonton. Sorak-sorai riuh rendah memenuhi udara saat penonton bernyanyi bersama dan bergerak mengikuti irama musik yang menghentak.
Nita yang duduk di samping Irasa pun tidak mau ketinggalan. Dia ikut bernyanyi dengan penuh semangat, tak memedulikan Irasa yang menatapnya keheranan. Pria itu merasa senang melihat Nita begitu antusias dan tak terbendung dalam mengekspresikan dirinya. Irasa bahkan tergelak melihat Nita begitu terlibat dalam menyanyikan lagu hits yang sedang dipentaskan.
“Sepertinya kamu sangat menikmati acara ini!” seru Irasa yang lekas berhadiahkan senyuman dari Nita. Suara pria itu teredam riuh penonton dan musik dari panggung, sehingga membutuh fokus dari lawan bicaranya supaya dapat mengerti apa yang dia katakan.
“Iya, aku lagi suka banget lagu dia yang ini!” teriak Nita menyahut. Keadaan di sana benar-benar bising, membuat telinganya terasa penuh.
Nita merasa senang dan terhibur. Dia menikmati aksi panggung dari penyanyi muda yang sedang naik daun tersebut. Duduk di samping Irasa–di barisan eksklusif–Nita tak bisa menyembunyikan rasa kagumnya melihat betapa bersinar dan bersemangatnya atmosfer di sana.
Keseruan acara ini tidak hanya dirasakan oleh penonton di gedung konser Anc*l Beach City, tetapi juga oleh pemirsa di rumah melalui layar televisi.
Mereka dapat menikmati berbagai penampilan spektakuler, keseruan kontes interaktif, dan momen-momen menyenangkan lainnya yang disajikan dalam acara ulang tahun HarmoniTV dengan tajuk HarmoniTV 30 Anniversary Celebration Spectacular Flyboard & Fireworks Show.
Suasana penuh semangat dan kegembiraan benar-benar terasa di seluruh gedung konser itu, menjadikan acara ulang tahun ini momen yang tak terlupakan bagi semua yang menyaksikan.
Jam dua belas malam, acara pun selesai. Penonton mulai membubarkan diri dengan teratur, begitupun dengan Irasa dan Nita. Kini keduanya berada di lobi gedung Anc*l Beach City. Di sana lah Nita yang sedang menunggu Irasa–tengah berbicara dengan rekan kerjanya–bertemu Bella Nadira.
“Hallo, Nita!” sapa Bella seraya tersenyum penuh kepalsuan. Dia sangat terkejut melihat Irasa datang bersama janda satu anak itu. Bella tak menyangka, wanita bertampang lugu sepertinya, bisa menggaet laki-laki sehebat Irasa. Bella tidak ambil pusing jika itu Zach, tetapi untuk Irasa, dirinya tidak terima, sebab masih mencintainya.
“Hallo juga, Mbak Bella!” Nita tersenyum ramah. Dia senang, takdir kembali mempertemukannya dengan bintang film cantik tersebut. Rezeki nomplok, pikir Nita bahagia.
“Gak nyangka kita bakal ketemu lagi di sini.” Bella berbasa basi.
Diajak ngobrol oleh artis secantik dan secemerlang Bella Nadira, tentu saja Nita merasa beruntung. Dia rela menukarkan keberuntungannya seumur hidup demi bisa berbincang akrab dengannya. “Iya, Mbak. Saya juga nggak nyangka. Seneng ….”
“Ada yang mau saya tanyakan ke kamu. Ini penting.” Bella tiba-tiba menyela. Wajahnya yang semula berseri-seri, kini menunjukan keseriusan, membuat Nita tergemap, menelan salivanya.“Ada hubungan apa kamu sama Mas Irasa?”
Nita yang terpegun pun lantas tersenyum lega. Dia kira Bella akan membicarakan tentang Zach, rupa-rupanya tidak. “Oh itu. Saya dan Mas Irasa memiliki hubungan profesional, Mbak. Kami sedang ada proyek bersama.”
“Proyek?” Bella bingung.
“Novel saya akan diadaptasi menjadi sinetron di HarmoniTV.”
Dahi Bella mengernyit, masih tidak mengerti. Kenapa Irasa mengurusi adaptasi sinetron? Dia tak pernah tahu jikalau laki-laki itu pula memegang pekerjaan lapangan, sekarang. Apakah semuanya dapat Irasa handle? Pikir Bella.
Sebagai Direktur Utama HarmoniTV, Irasa memiliki tanggung jawab strategis seperti pengembangan konten, manajemen operasional, keuangan, dan pengembangan bisnis. Namun, tugas lapangan seperti adaptasi novel menjadi sinetron sewajarnya dilakukan oleh tim produksi yang khusus terlibat dalam proyek tersebut.
“Nunggu lama, ya?” tanya Irasa pada Nita. Dia lekas menghampiri janda cantik yang sedang berbincang dengan Bella.
“Gapapa. Udah selesai urusannya?”
“Udah.” Irasa menjawab pertanyaan Nita seraya melekukan senyuman ramah. Dia tak mengacuhkan keberadaan Bella. Irasa muak pada wanita yang selalu memata-matainya dan mengirimkan puluhan pesan setiap hari, mengajak bertemu.
Bella mengepalkan tangannya penuh marah, sebab di-tak acuhkan oleh Irasa. Dia pula benci melihat sikap hangat laki-laki tersebut pada Nita. Bella cemburu, tetapi dia berusaha mati-matian menyembunyikan perasaannya, demi menjaga image. Tidak keren cemburu pada janda rendahan yang berpenampilan biasa itu, pikirnya. Bella pun menenangkan hatinya, lalu menyunggingkan senyuman semanis mungkin. Dia mendeham.
Irasa pun menoleh saat mendengar Bella terbatuk-batuk kecil. “Eh, Bel. Apa kabar?” Pura-pura terkejut, seolah baru saja menyadari keberadaan wanita itu di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)
RomanceDari penulis novel online hingga janda di rumah 'Hot Daddy Duda Abadi'! Fatna Yunita alias Nita, kini terjebak dalam dunia asing sebagai ART Zach-vokalis band ternama. Zach mengira Nita: janda kesepian yang mengharapkan belaiannya, hingga pria itu m...