Sepeninggalan Nita dan Aliyah, Zach berjalan-jalan santai di lokasi syuting. Dia berkeliling, melihat-lihat hingga sampai di ruang istirahat. Zach duduk di salah satu sofa, lalu membuka ponselnya.
Dia bosan, tetapi tidak bisa menemui Aliyah yang sedang bekerja. Zach khawatir akan menyebabkan kerumunan yang akan mengganggu pekerjaan sang anak. Alhasil dia pun mencari tempat tersunyi di sana dan ketemu, ruang istirahat itu kosong, karena para artis dan kru sedang mengerjakan tugasnya.
“Mas Zach?”
Zach mendongak, menatap mata yang kini berseri-seri memandangnya. Pria itu hanya memberikan senyuman untuk kesopanan, lalu tidak mengacuhkannya.
“Aku fans-nya, Mas Zach! Aku juga penggemar Code Band. Jo*x-ku penuh sama musik Code Band, loh, Mas,” cerocos Anya Rahman–artis pendatang baru. Jadwal syutingnya siang, tetapi Anya memutuskan datang lebih awal setelah diberi tahu teman sesama artisnya, pasal kedatangan Zach. “Aku Anya by the way. Anya Rahman.” Dia menganjurkan tangan, mengajak bersalaman seraya tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
Atas nama kesopanan, Zach pun menerima perkenalan Anya. Sesungguhnya dia merasa tidak nyaman–ingin berpindah tempat, tetapi dia yakin Anya akan membuntutinya. Dia merasa khawatir ada paparazi atau pemburu berita yang menyamar di sana. Zach yang merupakan seorang artis terkenal dengan pamor yang tidak cukup baik, mengakibatkan dirinya selalu dibuntuti beberapa wartawan.
“Mas Zach, sibuk apa sekarang? Ih, aku sedih banget tahu, pas nonton konferensi pers kemarin. Patah hati banget pas denger pengumuman Code Band mau hiatus.” Gadis seumuran Aliyah itu memasang wajah sedih. Anya teramat menggemari Code Band. Dia tidak pernah mau ketinggalan kabar terbaru mereka.
Nita melihat kecanggungan Zach saat hendak mengambil minum di meja katering. Bahkan Zach sepertinya tidak menyadari Nita melewatinya dan Anya saking risihnya.
“Mas Zach, belum pulang? Apa mungkin Masnya mau nungguin Ayi sampai selesai syuting?” tanya Nita ramah seraya berusaha tersenyum normal. Dia duduk di salah satu sofa yang tidak berhadapan langsung dengan Zach.
Zach tersenyum sopan. “Iya, kebetulan hari ini saya lagi nggak ada schedule.”
Nita mengangguk-anggukan kepala. “Kenapa Mas Zach nggak nungguin di wardrope? Di sini panas, nggak ada AC.” Di ruangan istirahat itu memang hanya terdapat dua kipas angin. Mungkin karena pintunya selalu dibiarkan terbuka, sehingga tidak dipasang pendingin.
“Saya nggak mau ganggu anak saya.” Zach tersenyum ramah. Dia bersyukur Nita menghampirinya, karena dengan begini, dirinya tidak hanya berduaan dengan Anya.
“Mbak Nita, kebetulan banget, Mbak, ke sini. Mau ada yang aku tanyain,” ucap Anya–artis remaja itu selalu antusias. Nita sangat menyukai semangatnya.
“Boleh. Kita bicara di ruangan saya yuk! Saya nggak mau ngeganggu Mas Zach yang lagi istirahat.”
“Ayo, Mbak!” Anya bangun dari duduknya, lalu pamit dengan sopan pada Zach.
Zach merasa beruntung Nita mengerti situasinya. Dia bersyukur pada Nita yang mau membantunya. Zach sudah muak dengan gosip dan skandal yang diada-ada oleh para wartawan. Maka dari itu dirinya teramat berhati-hati. Namun, fans seperti Anya masih yang tersulit untuk dihadapinya. Gadis itu sama sekali tidal peka, terlepas dari profesi mereka yang sama, sama-sama publik figur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)
RomanceDari penulis novel online hingga janda di rumah 'Hot Daddy Duda Abadi'! Fatna Yunita alias Nita, kini terjebak dalam dunia asing sebagai ART Zach-vokalis band ternama. Zach mengira Nita: janda kesepian yang mengharapkan belaiannya, hingga pria itu m...