51. Keluarga Atharrazka Zafir

223 13 0
                                    

Selesai lomba, semua peserta diizinkan membersihkan diri di sungai. Perempuan boleh mandi terlebih dahulu dan laki-laki membereskan sisa-sisa lomba, membersihkan area perkemahan serta menyusun kayu untuk api unggun. Setelah perempuan selesai, barulah giliran para laki-laki.

Aliyah dan Nita duduk di tikar depan tenda usai mengoleskan krim perawatan kulit pada wajah dan tubuh mereka. Keduanya agak menggigil, karena suasana makin gelap, suhu di sana kian menurun. Mereka menyelimuti diri dengan selimut tipis, sedangkan Jaza tengah makan mie instan buatannya, sendirian.

Nita dan Aliyah memprotes Jaza yang asyik sendiri. Mereka mengeluh, seharusnya gadis itu pula menyeduhkan untuk mereka berdua. Namun, Jaza yang tidak terima pun hanya mencebikkan bibir pada ibunya dan Aliyah, lalu kembali fokus pada mie instan dan ponselnya.

“Papamu mandi di mana?” tanya Nita pada Aliyah. Mereka sedang berada di hutan dan jauh dari pemukiman penduduk. Dia penasaran, apakah artis terkenal seperti Zach mau berbaur dan mandi di sungai juga?

“Di sungai dong. Mau mandi di mana lagi? Papa kan, nggak bawa RV–camper van.” Aliyah menuangkan air ke panci, hendak memasak mie instan.

“Emang papamu punya RV?” Nita merasa belum pernah melihat RV di garasi laki-laki tersebut.

Aliyah terkekeh lalu menjawab, “Nggak, sih!”

Nita yang geregetan pun mencubit lengan Aliyah, lalu ikut tertawa. “Etapi, kalo punya RV, enak kali ya. Kalo kemping gini nggak perlu gelar tenda, nggak akan kedinginan, mandi juga nggak perlu di sungai,” jelas janda satu anak itu.

“Ide bagus tuh! Nanti aku suruh papa beli RV, deh. Biar pas kalian bulan madu, aku sama Jaza bisa ikut. Tour keluarga Atharrazka Zafir gitu. Seru kayaknya.” Manik mata Aliyah berbinar-binar bahagia kala mengkhayalkannya.

Nita memukul angin di depan wajah Aliyah, menghancurkan halusinasinya. Janda satu anak itu menggelengkan kepala, tak habis pikir dengan celetukan Aliyah. “Jangan ngomong sembarangan. Nanti kalo ada yang salah paham, terus nyebarin di medsos, lalu viral, bisa rame lagi. Papamu bisa kena darah tinggi kalo masuk berita gosip lagi.”

Aliyah malah tertawa kian lepas saat mendengar nasihat Nita. Dia lupa, bahwa tahun ini sang ayah akan berusia empat puluh lima tahun: pria itu sudah tidak lagi muda. Sebentar lagi wajahnya akan mengkerut dan tubuhnya tidak akan bugar lagi. Namun sangat disayangkan, di usia sedewasa itu, dia belum pernah jatuh cinta.

Ketika tengah asyik bersenda gurau, Zach yang sudah selesai mandi pun menghampiri mereka. Segera para peserta yang menyeduh minuman hangat serta mempunyai cemilan, menghampirinya. Mereka berlomba-lomba mengambil hati dan menarik perhatian Zach.

“Terima kasih,” ucap Zach seraya tersenyum sopan. Pangkuannya sudah penuh oleh tumpukan cemilan dari mulai yang kering, hingga basah.

Nita terpaku saat melihat ada beberapa paket seblak kering di sana. Dia menginginkan satu bungkus, tetapi tidak nyaman memintanya. Nita tidak enak hati pada fans pria itu yang dengan tulus berbagi makanan ringannya.

“Wah, ada mochi! Aku mau, boleh minta gak, Om?” tanya Jaza yang teralihkan dari ponsel.

Belum sempat Zach menjawab, Aliyah sudah menyambar mochi isi es krim itu. “Aku mau! Kita berbagi, yuk?”

Jaza cemberut saat Aliyah mengambil mochi yang diinginkannya, tetapi seketika mengangguk dengan wajah ceria kala gadis dewasa itu mengajaknya berbagi. Aliyah dan remaja tanggung tersebut sudah terlihat bak kakak beradik. Mereka selalu kompak dan tidak pelit pada satu sama lain.

“Nih!” Zach peka saat Nita memerhatikan kerupuk penuh biji cabai di pangkuannya.

Nita menerima pemberian Zach dengan suka cita, tetapi lekas mengkaku saat pria itu tiba-tiba berbisik, “Tour keluarga Atharrazka Zafir, hah? Kamu mau bulan madu ke mana?”

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang