20. Acara

542 27 0
                                    

Vol 3

Satu tahun kemudian ….

“Happy birthday anak imut!” seru Aliyah semangat seperti biasa.

Hari ini merupakan hari ulang tahun Jaza, pula syukuran untuk rumah baru Nita. Janda satu anak itu baru saja membeli hunian. Setelah beberapa novelnya dibuat serial dan film, Nita mendapatkan keuntungan yang cukup untuk membeli rumah di kawasan Kemang. Meski tidak terlalu mewah, tetapi wanita itu merasa bangga, sebab semua itu hasil dari kerja kerasnya.

“Makasih, Ayi!” Jaza yang kini berusia dua belas tahun itu terlihat makin cantik. Tinggi badannya sudah bertambah lima belas sentimeter. Bentuk wajah anak gadis itu kian menyerupai kecantikan ibunya.

Nita begitu sibuk menyambut tamu. Ada beberapa teman dari kalangan: penulis, artis, sutradara, bahkan produser–yang pernah terlibat proyek dengannya–hadir untuk mengucapkan selamat. Sebab semenjak menjadi penulis terkenal, lingkaran pertemanan Nita terus berkembang.

Dia pula mengundang band indie yang sedang viral di Tikt*k untuk memeriahkan acara. Tidak sia-sia, karena semua kenalannya yang hadir, merasa terhibur oleh aksi panggung mereka. Nita sangat puas kala menyaksikannya.

Di sudut lain pesta, Zach sedang kerepotan menghadapi kerumunan tamu. Beberapa dari mereka meminta foto bersama untuk diunggah ke laman media sosial masing-masing. Semua begitu bersemangat saat melihat kedatangan Zach, ingin mengetahui kabar terbarunya setelah vakum dari dunia musik.

Nita dan Aliyah terkekeh melihat Zach yang kewalahan. Dia selalu menjadi pusat perhatian di mana pun berada. Tidak akan ada yang tahu betapa merepotkannya menjadi seorang Zach. Karena alasan itu pula pria tersebut ingin hiatus dari dunia yang telah membesarkan namanya. Dia ingin sedikit menikmati hidupnya dan privasi.

“Di mana-mana, papa selalu terlihat mencolok. Makanya aku nggak suka keluar sama papa, yang ada malah jadi jumpa fans,” tutur Aliyah curhat tentang derita anak seorang selebritis terkenal

Nita tersenyum. “Yang sabar, Ayi.”

Aliyah menghela napas. “Yaaah … Mbak Nita, bisanya cuma nyuruh sabar terus. Kalo di dunia ini ada lomba kesabaran, mungkin aku udah jadi juaranya dari lama. Kurang sabar gimana coba? Dari kecil, aku selalu legowo, loh.”

Nita terkekeh melihat wajah cemberut Aliyah. “Terus aku harus bilang apa? “Marahin aja, Ayi! Ayo, marahin semuanya! Gitu?”

“Ih, Mbak Nita, ngeselin.” Aliyah yang geregetan pun menyenggol lengan Nita lalu keduanya tergelak bersama. Semua sudah tahu pasal persahabatan Aliyah dan Nita. Netizen bahkan teman-teman artis pun mengetahui hal tersebut, karena Aliyah sering mengunggah kebersamaannya dengan Nita di akun Inst*gramnya.

Zach tersenyum tipis kala melihat adegan itu dari kejauhan–Nita dan Aliyah bercanda lalu tertawa bersama. Dia dapat merasakan keduanya makin hari semakin dekat. Aliyah selalu berkunjung ke rumah Nita setiap kali ada kesempatan. Bahkan tak jarang pula keduanya belanja bersama.

“Mas Zach, kenapa nggak nyumbangin lagu?” tanya salah satu teman artis yang tengah mengobrol bersamanya.

“Iya, Mas. Kangen nih, denger Masnya nyanyi.” Seorang teman artis lainnya menimpali.

“Ide bagus tuh, Mas. Itung-itung nyumbang memeriahkan pesta. Ya nggak, teman-teman?”

Sontak teman-teman artis serta produser yang sedang berkumpul dengannya pun mengiyakan. Zach ingin menolak dengan tegas, tetapi tidak jadi, sebab beberapa dari mereka mulai meneriakan namanya. Tak lama kemudian, suasana acara itu berubah makin ramai oleh sorakan yang meminta Zach menyumbangkan sebuah lagu. Orang yang menyerukan namanya kian bertambah banyak, bahkan Nita dan Aliyah pula turut serta, membuat Zach tidak mempunyai pilihan selain mengabulkan keinginan mereka.

Semua tamu menjerit kegirangan saat melihat Zach meniti tangga panggung. Kerumunan mereka berbondong-bondong berpindah ke depan pentas dengan tak sabaran. Segera suasana pula berubah sunyi saat gitar mulai dimainkan. Zach melantunkan salah satu lagunya.

Saatnya ku berkata

Mungkin yang terakhir kalinya

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang