49. Family Gathering

248 12 0
                                    

Nita dan Jaza bertepuk tangan dengan riang seraya ikut bernyanyi bersama peserta family gathering lainnya. Suasana di dalam bus amat seru dan menyenangkan. Beberapa partisipan membawa alat musik: gitar, tamborin, dan kajon. 

“Mbak, minta permennya lagi dong!” seru Aliyah.

“Ini, Ayi!” Nita memberikan sebungkus permen karet pada gadis di sebrang tampat duduknya.

Perubahan lokasi family gathering dari Puncak Bogor ke Karawang terjadi karena adanya longsor di beberapa tempat di daerah Bogor. Hal tersebut membuat pihak penyelenggara merasa khawatir terhadap keamanan di sana. Sekarang sedang musim penghujan dan sudah bukan hal yang aneh lagi jika longsor terjadi di beberapa tempat di daerah tersebut.

Setelah menepuh perjalanan selama kurang lebih tiga jam, tibalah mereka di base camp Sanggabuana. Mereka akan berkemah di hutan tersebut selama tiga hari dua malam. Hutan Sanggabuana merupakan habitat untuk keanekaragaman hayati dan keadaan di sana masih cukup liar, sehingga membutuhkan dampingan tim penjaga satwa guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Beruntung mereka pula tidak perlu susah payah membangun tenda, sebab Hanum mengirimkan utusannya lebih awal untuk mempersiapkan naungan. Dia pengertian, sudah memprediksi sebelumnya, pasal peserta yang akan kelelahan saat tiba di sana.

“Kamu bawa bekal apa, Ayi?” Nita dan Aliyah membongkar bekal makanan masing-masing. Mereka makan bersama, saling berbagi lauk yang dibawa.

“Aku bawa bahan seblak, Mbak Nita. Nanti malam kita nyeblak, yuk!”

Jaza memutar bola matanya saat melihat Aliyah dan ibunya yang begitu bahagia membicarakan seblak. Dia masih tidak mengerti, mengapa mereka menyukai makanan tersebut?

Saat tengah asyik makan, tiba-tiba terdengar keributan, bahkan ada suara jeritan, hingga membikin Nita dan Aliyah terkejut dan panik. Keduanya pun lekas berlari ke arah kerumunan, sedangkan Jaza tak acuh, fokus main game di tenda.

Alangkah terkejutnya Nita dan Aliyah kala melihat kedatangan Zach. Keduanya tak menyangka pria empat puluh lima tahun itu akan menyusul mereka ke sana. Padahal saat Zach diajak tempo hari, laki-laki tersebut tampak tak acuh dan tidak tertarik.

Ramai peserta family gathering yang meminta foto bersama dan berjabat tangan dengan Zach. Semua kegirangan melihat kedatangan selebriti terkenal itu. Tiada yang mau menyia-nyiakan kesempatan langka tersebut. 

Mereka bak tamu ekslusif yang mendapatkan servis khusus. Semuanya kompak berpikir jikalau Hanum luar biasa, sebab mampu mengundang penyanyi terkenal untuk menghidupkan suasana.

Hanum langsung mendekati Zach. Dia kurang menyukai pria itu, karena reputasinya yang buruk. Hanum yang merupakan orang baik-baik dan amat menjaga citranya tersebut, membenci orang yang bermasalah seperti Zach. Dalam pandangan Hanum, Zach merupakan orang yang suka membuat kontroversi untuk menaikan pamor.

“Ada apa, ya? Apa saya mengundang Anda?” tanya Hanum pada Zach yang baru saja selesai melakukan jumpa fans dadakan, merusak acara family gathering perusahaannya yang sakral.

“Nggak. Aliyah dan Nita yang mengajak saya.” Zach tersenyum tak peduli.

Aliyah terpogoh-pogoh mendekati ayahnya, lalu menarik sang ayah ke tendanya dan Nita. “Papa, kenapa ke sini?” 

Dahi Zach mengerut. “Kamu yang ajak. Lupa?” Dia keheranan melihat kebingungan sang anak. Padahal kemarin Aliyah sendiri yang mengajaknya, bahkan Nita pun menimpali, bahwa acara tersebut akan seru dan sayang untuk dilewatkan.

Aliyah menggeleng-gelengkan kepala. Dia ingat ayahnya tak acuh waktu itu, bahkan tampak tidak tertarik sama sekali dengan ajakannya. Dari sanalah Aliyah menyimpulkan bahwasanya sang ayah tidak ingin ikut.

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang