37. Romantis

366 15 0
                                    

Nita menolak. Dia yakin, saat nanti ada berita yang lebih besar, atau adaptasi filmnya rilis, semuanya akan mereda. Nita malas berurusan dengan hukum, merasa itu hanya membuang-buang waktu. Sebab tidak mungkin bagi Nita memenjarakan semuanya, jumlah mereka terlalu banyak.

Meskipun Zach sudah menjelaskan, bahwa itu untuk memberikan contoh dan efek jera, tetapi Nita tetap tidak ingin memperpanjang. “Gapapa, Mas. Mereka cuma salah paham aja.”

Zach tidak dapat memaksa. Semua keputusan ada di tangan Nita sendiri. Dia tidak mempunyai kuasa untuk mendesak kehendaknya pada wanita itu. “Baiklah.”

Sudah waktunya pria itu mengganti perban. Dia ingin meminta bantuan Aliyah, tapi tak tega mengganggu kesenangannya dengan Jaza. Alhasil dia mengganti pembalut lukanya seorang diri, bermodalkan cermin untuk melihat sudut yang sulit.

“Mau saya bantu, Mas?” Nita menawarkan bantuan kala melihat Zach kesusahan sendiri. Telaten dia menolong mengganti perban luka laki-laki itu dengan hati-hati. “Udah lumayan kering. Kata dokternya gimana, Mas?”

“Minggu depan saya boleh syuting,” balas Zach. Dia sudah memberi tahu kabar baik itu pada Abdi. Beruntung syuting tidak dihentikan sepenuhnya. Beberapa pengambilan gambar yang tidak memerlukan kehadiran Zach tetap dilangsungkan.

"Alhamdulillah. Ini kabar baik buat saya," kata Nita sambil tersenyum sederhana. Dia baru saja menyelesaikan tugasnya dengan menempelkan plester terakhir. Ketika dia berbalik, tepat saat itu Zach mencubit gamisnya–menahannya. Janda satu anak itu berpusing, menatap Zach penuh keheranan.

“Saya serius, Nit. Kamu harus laporin mereka,” ucap Zach dengan sungguh-sungguh. Dia agak mengkhawatirkan Nita yang menyepelekan pembenci. Zach sudah pernah beberapa kali menghadapi pembenci dan itu bukanlah hal yang sederhana. Suatu malam pernah ada seseorang yang menyelinap ke rumahnya dan menyerangnya dengan membabi buta.

Kejadian itulah yang membuat Zach enggan membuka pintu sendirian saat pulang larut malam. Dia trauma akibat kejadian tersebut. Alhasil dirinya selalu meminta tolong Yuli untuk membuka kunci pintu dan masuk lebih dulu. Yuli merupakan manajer sekaligus pengawal pribadinya. Wanita itu menguasai ilmu bela diri, sehingga dia bisa Zach andalkan.

Zach melaporkan si penyelinap. Semula orang itu mengaku sebagai fans beratnya, tetapi lama kelamaan motif sesungguhnya terungkap. Dia sakit hati, karena Zach telah mencoreng nama baik artis idolanya. Artis idola pria yang menyerang Zach, terlibat skandal video asusila dan menyebabkan karier si artis meredup.

“Maaf udah bikin, Mas Zach, khawatir. Tapi saya beneran gapapa.” Nita tersenyum santun padanya lalu beranjak pergi, menghampiri Aliyah dan Jaza yang tengah asyik main game.

Zach mengeridip, sengap mendengar tanggapan Nita untuk nasihatnya. Mengkhawatirkannya? Zach kebingungan sendiri menanyakan arti pesannya pada perempuan itu. Benarkah dirinya mengkhawatirkannya? Tapi kenapa? Nita bukan siapa-siapa dan tidak memiliki arti apa pun dalam hidupnya.

Zach menepuk kepalanya, lalu tertawa kala menyadari kebingungannya. Gelisah, karena seorang perempuan, ini tidak seperti dirinya. Kemudian dia berpikir, perasaan aneh itu mungkin disebabkan oleh luka di kepalanya. "Seems like it,” gumam Zach.

“Ma, lihat ini. Romantis banget!” Jaza menjerit kegirangan begitupun dengan Aliyah. Dua anak gadis itu kompak memasang wajah genit.

Nita terpaku pada layar ponsel Jaza. Jepretan gambarnya memperlihatkan dirinya yang sedang membantu Zach mengganti pembalut luka. “Dasar kurang kerjaan!” Nita memijat keningnya, pusing menghadapi kelakuan Aliyah dan Jaza.

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang