Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)

90. Kembali

Aliyah mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan kepulangan ayahnya. Pesta itu dihadiri oleh beberapa teman artis lainnya yang dekat dengan Zach: Royan, Fachry, Viniston, dan Desta. 

“Whats up!” Zach memeluk keempat temannya bergantian.

“Welcome back!” Royan menepuk punggung Zach.

“Akhirnya lo balik juga, brother,” ucap Fachry. Sementara Viniston hanya menepuk bahunya seraya tersenyum.

“Betah banget lo di Jepang,” ujar Dante sembari menyunggingkan senyuman yang membuat Zach terkekeh.

Semuanya terlihat gembira dan antusias menyambut kedatangan Zach. Mereka saling berbincang-bincang dengan penuh keceriaan, tertawa, dan bercanda, membuat semua orang merasa nyaman dan bahagia.

“Gue udah denger soal Zachness. Kenapa lo nggak bilang ke gue?” tanya Royan–orang paling kaya diantara kelimanya.

“Gue gak kepikiran. Sorry.” Zach menepuk bahu Royan seraya tersenyum bersahaja. 

“Sayang banget Zachness dijual ke si Kuncoro. Brand-nya udah terkenal, jadi enak nggak perlu promosiin lagi.” Dante menimpali.

“Emang itu dijual semuanya, sama brand-nya?” Viniston menatap Zach penuh tanya.

“Hmm … gue jual semuanya plus hak guna mereknya,” jawab Zach apa adanya.

“Aduh, sayang banget. Padahal tuh, brand udah gede,” kata Fachry menyesalkan tindakan Zach.

Zach pula berpikir demikian ketika menetap di Jepang. Dia menyesal, kenapa tidak menjual perusahaannya dan brandnya terpisah. Namun, semua kembali lagi, pada masa itu dia benar-benar sedang terdesak, sehingga tidak memikirkan sampai sejauh itu.

“Itu udah lewat. Yang penting gue nggak punya utang.” Zach menyahuti supaya tidak terlarut dalam penyesalan.

Ketika sedang asyik mengobrol, Benny dan Yuli datang. Mereka lekas menyambut hangat keduanya. Benny memeluk erat Zach. Dia teramat merindukan mantan artis papan atas yang pernah bernaung di bawah agensinya itu. Zach merupakan salah satu artis kebanggannya. 

“Gimana kabar kamu?” tanya Benny usai berpelukan dengan Zach.

“Baik, Bang. Makasih udah datang.”

Benny tertawa, lalu menepuk bahu Zach. “Sama-sama. Senang banget akhirnya kita bisa ketemu lagi.”

Zach tersenyum sopan, lalu mengangguk. Benny sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri. Pria itu sudah banyak membantu Zach selama berkarier di industri hiburan, khususnya semenjak Zach menjajaki dunia seni peran. Zach berutang banyak padanya.

Suasana pesta di rumah Zach terasa hangat. Lampu-lampu bercahaya lembut menghiasi taman tempat berlangsungnya pesta, menciptakan nuansa yang menyenangkan. Di meja makan terdapat hidangan lezat yang disajikan dengan indah: hidangan pembuka hingga hidangan penutup, semuanya dipersiapkan dengan penuh perhatian.

Tamu-tamu yang hadir, seperti Yuli, Benny, Royan, Fachry, Viniston, dan Desta, semuanya terlihat antusias. Mereka berbincang-bincang saling melepaskan kerinduan. 

Ketika suasana sudah agak tenang dan Aliyah memiliki kesempatan untuk berbicara lebih privat dengan ayahnya, dia pun membagikan kabar tentang Nita. Aliyah juga menceritakan bahwa kini Nita menjalin hubungan asmara dengan Irasa.

“Aku dapet info kalo Mbak Nita dilamar sama Om Irasa. Mereka kayaknya bentar lagi nikah,” tutur Aliyah.

Zach diam mendengarkan cerita sang anak. Dia merasa bangga melihat perubahan Aliyah yang kini semakin dewasa dan bertanggung jawab. Gadis itu pula tidak menggebu-gebu lagi menjodoh-jodohkannya dengan Nita.

“Papa, gapapa?” tanya Aliyah usai bercerita.

Zach tersenyum tipis, lalu menggeleng. “Papa, gapapa.”

“Papa, nggak patah hati?”

Zach mengangkat bahunya. Dia tak tahu kenapa, tetapi tidak merasakan apa pun saat mendengar cerita dari Aliyah. Zach membebaskan Nita untuk berhubungan dengan laki-laki mana pun. Masih terlalu awal baginya untuk memikirkan tentang janda itu sekarang. Zach ingin fokus pada pemulihan ekonomi dan bisnis barunya di Jepang yang kini tengah membutuhkan perhatiannya.  

Rajin cek percakapan di bawah profilku, ya,
supaya tahu kapan aku update atau nggak.
Biar kalian nggak nungguin.