Usai pesta, Nita dan keluarga, beserta Zach dan Aliyah, membantu membereskan rumah. Sebelumnya mereka sempat berfoto bersama. Nita merasa bangga memperkenalkan Zach sebagai teman kepada keluarga besarnya.
"Uwak, bukde, sama pakde pulang dulu ya, Cah Ayu! Nanti kalo ada kesempatan lagi, Insyaallah kita bisa kumpul lagi," ucap Uwak Naya.
Nita juga mengucapkan terima kasih atas kedatangan mereka, lalu memeluk ketiga sesepuh keluarganya secara bergantian. Nita tidak memiliki lagi kakek dan nenek. Sementara itu, keluarga dari pihak ibunya hanya tersisa dua orang. Yulia-ibunya Nita, hanya memiliki dua saudara, baik perempuan maupun laki-laki.
"Nita!" seru Arini seraya menghamburkan pelukannya. Gadis itu kini sudah naik jabatan dari asisten rumah tangga artis, menjadi asisten artis. Arini telah meraih kesuksesan dan kini dia menekuni rutinitasnya disambi melanjutkan sekolah.
"Semangat belajarnya ya, Rin! Aku yakin kamu bakalan tambah sukses setelah lulus kuliah."
Setelah kepulangan keluarganya, kini tersisa Nita, Aliyah, dan Zach di tengah rumah. Karena ibu dan ayah tiri Nita pun ikut serta, tetap kukuh meski sudah dibujuk untuk menginap semalam saja. Sementara Jaza sibuk dengan komputernya di kamar.
Setelah beberapa waktu melamun, keduanya yang merasa lapar pun sepakat untuk jajan malam. Nita dan Aliyah memesan beberapa makanan di kedai Dapoer Raden yang terkenal.
Setelah menunggu selama tiga puluh menit, ojek online yang membawa jajanan pun datang. Setelah membayar, keduanya langsung membongkar dua makanan tersebut.
"Perasaan kalo jajan di Dapoer Raden, Mbak Nita, selalu beli basreng pedas. Emang seenak itu?" tanya Aliyah saat Nita membuka pesanannya.
"Kalo di Dapoer Raden, aku suka basrengnya, Ayi. Tapi bukan berarti seblaknya gak enak ya." Nita nyengir.
"Oh iya, aku lupa ngasih tahu," Aliyah menepuk keningnya, "aku nemu warung seblak baru. Namanya Seblak Cika. Enak juga itu, Mbak. Sebelas dua belas sama masakan Dapoer Raden. Nanti kita coba beli di sana yuk! Makan di sana juga tapinya."
"Boleh!" jawab Nita antusias. Kalau urusan seblak pedas, dia jadi fomo. Nita tidak mau ketinggalan mencoba seblak-seblak enak.
Sementara Zach lekas menggeleng-gelengkan kepala saat melihat keadaan di meja makan yang dipenuhi makanan pedas, jenis makanan yang dia hindari. Dia tak tahu apa yang menyebabkan Aliyah dan Nita begitu menyukai seblak, karena menurutnya, makanan berbahan kerupuk itu tidak terlalu enak, malahan biasa saja, hanya rasa pedasnya yang menyengat.
"Papa, mau?" tawar Aliyah yang langsung Zach balas dengan gelengan kepala. Bahunya merinding melihat warna merah pada makanan-makanan itu. Sekejap tenggorokan Zach terasa sakit saat membayangkan level pedasnya.
"Kamu nggak akan kepedasan?" tanya Zach mengkhawatirkan putrinya.
"Aku udah biasa, Pa. Pedas seblak ini belum seberapa dibandingin pedasnya hidupku. Eeaaak!" Aliyah tertawa, pun dengan Nita.
"Emang sepedas apa hidupmu, Ayi?" Nita terkekeh.
"Pedas level dewa!" jawab Aliyah lalu terbahak-bahak, begitu pula dengan Nita setelah mendengar jawaban konyolnya.
Zach menghela napas lalu menggelengkan kepala. Terkadang dia merasa tidak mengerti jalan pikiran Aliyah dan Nita. Dua orang itu menjadi aneh jika sedang bersama, pikirnya.
Tiba-tiba terdengar bunyi bel pintu. Aliyah dan Nita pun saling pandang dengan bingung. Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, bukan masanya untuk bertamu.
"Jangan-jangan begal, Mbak," ucap Aliyah yang langsung mendekati ayahnya begitu pun Nita, langsung mepet ke sisi lain Zach. Kedua wanita itu terlihat ketakutan.
Zach menggaruk kepalanya lalu membuang napas kasar. "Mana ada orang mau ngebegal pencet bel dulu? Itu bukan begal. Mungkin jajanan kalian yang lain. Tadi kalian pesan apa aja?"
"Kami nggak pesan apa-apa lagi kok, Pa. Itu udah semua. Cuma seblak, basreng, dimsum, mie ayam, baso aci, sama red velvet doang," jawab Aliyah yang langsung diangguki Nita. Keduanya langsung berpikiran negatif. Mereka yakin jikalau orang di depan pintu itu, bukan manusia baik-baik. Karena orang yang tahu etiket, tidak akan bertamu tengah malam begini. Sudah pasti itu orang yang mau berbuat jahat, pikiran kedua wanita itu.
"Ayo, saya temani kamu buka pintunya!" ucap Zach pada Nita. Semula wanita itu enggan, tapi saat mengingat kediaman ini rumah pribadinya, dia pun mengiyakan.
Nita dan Zach berjalan beriringan menuju depan rymah. Janda satu anak itu melirik Zach terlebih dahulu sebelum membuka pintunya. Ketika pria tersebut mengangguk, barulah Nita memutar kunci lalu menarik kenopnya.
“Mas Hanum?” Manik mata Nita terbelalak saat melihat owner penerbit mayor yang langganan menerbitkan karya-karyanya berdiri di depan pintu.
“Selamat malam, Nita!” Hanum tersenyum manis padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)
RomanceDari penulis novel online hingga janda di rumah 'Hot Daddy Duda Abadi'! Fatna Yunita alias Nita, kini terjebak dalam dunia asing sebagai ART Zach-vokalis band ternama. Zach mengira Nita: janda kesepian yang mengharapkan belaiannya, hingga pria itu m...