12. Aliyah

780 29 0
                                    

Nita sekarang mengontrak rumah di salah satu perumahan wilayah Jakarta Selatan. Dia memboyong sang anak ke sana, menyekolahkannya di sana. Karier Nita sedang bagus, karena setelah salah satu novelnya difilmkan, novel lainnya pun mendapatkan tawaran untuk dijadikan series, yang akan ditayangkan di platform streaming video.

Nita kembali menerima tawaran tersebut. Dia tidak ingin menyia-nyiakan momen emas itu. Nita membutuhkan banyak uang untuk biaya sekolah sang anak, supaya pendidikan anaknya tersebut lebih baik darinya yang hanya lulusan SMA.

“Mbak Nita?” Wajah sumringah bersambut senyuman menyapa Nita saat berpaling.

“Ayi? Ngapain kamu di sini? Apa kabar?” Nita menyapanya, memeluk Aliyah dengan senang hati.

Nita yang selalu bersemangat, tidak bisa diam. Dia ingin selalu melihat proses syuting adaptasi novelnya. Nita juga harus dilibatkan dalam pembuatan skenario, supaya tidak terlalu jauh perbedaannya dengan novelnya.

Aliyah menjelaskan alasan keberadaannya di sini. Katanya, produser yang mendanai series tersebut adalah aktor terkenal Royan Wira. Dia merupakan teman sekaligus rekan bisnis Zach. Aliyah meminta bantuan sang ayah merekomendasikannya pada sang produser untuk memegang wardrobe.

“Kamu keren banget, Ayi! Selamat ya!” Bagi Nita, itu merupakan loncatan yang bagus. Aliyah memang berbakat di bidang fashion. Terbukti dari gaya berpakaian Zach yang selalu kekinian, tidak ketinggalan zaman. Semua itu adalah hasil kreatifitas Aliyah. Gadis itu benar-benar keren. Umurnya masih remaja, tetapi pengetahuan dan keahliannya dalam memadu padankan pakaian sungguh georges.

“Ohya, Mbak Nita. Aku lupa belum punya nomor ponselnya. Boleh minta?”

“Boleh. Nomor ponsel saya 08812327××××.”

“Sip! Udah aku save. Aku ping ya.”

Nita dan Aliyah pun saling bertukar nomor ponsel. Keduanya semakin akrab tanpa ada embel-embel anak majikan dan pembantu. Aliyah tidak pernah berubah. Dia tetap ramah dan memperlakukan Nita dengan sopan.

Usai bertukar nomor ponsel, Aliyah mengajak Nita ke ruangan kerjanya. Di sana terdapat banyak pakaian dari beberapa merek ternama yang mensponsori series tersebut. 

Dari baju biasa hingga yang glamor, semua tersedia di sana. Nita baru tahu kalau series juga menggunakan jasa fashion stylist. Dia kira hanya bisa-bisanya artis saja memadupadankan pakaian. Rupanya menggunakan jasa profesional.

“Mbak Nita, pulang naik apa?”

“Ojek online. Ini baru mau pesan.” Nita sibuk mengotak atik telepon pintarnya.

“Bareng aku aja, yuk! Mbak Nita, sekarang tinggal di mana?”

“Di Kemang.”

“Satu arah dong. Aku juga tinggal di Kemang Village.”

Sesungguhnya Nita merasa tidak enak hati menumpang mobil Aliyah. Namun, seperti kata Zach, anak itu tidak terbiasa menerima penolakan. Aliyah biasa mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Dia tidak akan mau mengalah.

Di tengah perjalanan, Aliyah mengajak Nita singgah di salah satu restoran. Dia ingin makan malam bersama Nita. Karena tidak ada urusan mendesak dan alasan untuk menolak, akhirnya wanita tiga puluh satu tahun itu pun menerima permintaan tersebut. 

Keduanya makan malam sambil berbincang hangat. Aliyah menanyakan, bagaimana kabar Nita setelah berhenti bekerja di rumah ayahnya. Aliyah tahu apa penyebab Nita berhenti. Dia pula sudah memperingatkan sang ayah untuk tidak mengganggu Nita. Namun tidak digubris, membuat Aliyah merasa kesal padanya.

Usai makan, Aliyah pun mengantarkan Nita pulang. Nita mengontrak rumah di kawasan penduduk daerah Pasar Minggu. Saat turun dari kendaraan, senyum gembira Jaza langsung menyambut kedatangan mereka. Nita pun memperkenalkan Jaza pada Aliyah.

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang