48. Bad Mood

223 11 0
                                    

“Maaf, Sayang. Mama dan ayah nggak bermaksud bikin kamu kecewa. Tapi memang seperti itulah papamu,” jelas Sarah pada sang anak.

Sarah lumayan mengenali Zach: laki-laki yang tidak akan pernah jatuh cinta dan selalu berpikiran logis. Menurut mantan suaminya tersebut, cinta adalah perasaan sesaat yang tidak berguna dan memiliki masa kadaluarsa. Zach meyakini, bahwa yang membuat sebuah pernikahan itu langgeng: komitmen yang kuat, bukan cinta. Dan Zach tidak bisa bertahan dengan satu komitmen. Dia tidak ingin menyia-nyiakan hidupnya yang hanya sekali dan berharga itu, berjuang membahagiakan orang lain.

“Apa penyebab Mama dan papa cerai dulu, karena papa nggak sanggup setia sama Mama?”

Sarah tersenyum santun, lalu mengangguk. “Setiap orang itu istimewa. Mereka memiliki cara berpikir yang unik. Masing-masing memiliki caranya sendiri untuk membahagiakan diri. Mungkin dengan tidak menikah, papamu dapat menemukan kebahagiaannya.”

“Kata Mama, cinta papa ada masa kadaluarsanya. Tapi bagaimana papa bisa mencintaiku sampai sekarang?”

“Cinta papamu, padamu, merupakan suatu keajaiban, Ayi. Awalnya Mama mengira, setelah kamu lahir, dia pasti nggak akan peduli. Tapi nyatanya nggak. Papamu sangat mencintaimu dan Mama yakin cinta dia untukmu nggak memiliki batas waktu.”

Ayahnya benar-benar romantis sekaligus payah. Dari mana dia memiliki keyakinan demikian: cinta memiliki masa kadaluarsa, dipikir mie instan kali. Aliyah yakin, suatu saat nanti ayahnya bisa jatuh cinta dan mempunyai wanita yang benar-benar dia cintai. Kini dia hanya belum menemukan belahan jiwanya saja dan Aliyah harus membantunya, memperkenalkan Zach pada cinta sejati.

***

“Sudah aku transfer. Jumlahnya tiga juta dua ratus.”

“Makasih, Mas Hanum. Alhamdulillah akhirnya cair lagi bulan ini,” ucap Nita pada Hanum di sambungan telepon. Pria itu baru saja mentransfer hasil penjualan novel cetak terbaru Nita bulan lalu.

“Sama-sama, Nita. Emm … ngomong-ngomong sabtu besok, kamu sibuk, gak?” Hanum terdengar ragu-ragu.

“Nggak! Emang ada apa, Mas?” Nita tahu pasal Hanum yang sedang mendekatinya. Dia dapat merasakan itu dari setiap tindakan pria tersebut. Nita yang memiliki niatan baik, selalu memberikan kesempatan pada siapa pun untuk mendekati dirinya dan sang putri.

“Aku mau ngajak kamu dan Jaza piknik, mau gak?” Hanum menunggu jawaban Nita dengan gugup.

“Tapi, Mas, aku ….”

“Ng–nggak kita doang. Tapi bareng karyawan-karyawanku. Kami ngadain family gathering,” jelas Harun dengan cepat sebelum Nita menolak ajakannya.

Nita berpikir sejenak. “Boleh, deh. Ke mana, Mas?”

“Beneran?” tanya Hanum memastikan dengan gembira. “Ke Puncak Bogor aja yang deket.”

“Boleh.”

Usai berbicara dengan Nita, Hanum pun terkinjat kegirangan, tetapi segera mengendalikan diri, menjaga wibawanya kala karyawan di kantornya menoleh bersamaan di balik sekat kaca.

***

Nita melihat Aliyah murung, tidak seperti biasanya. Gadis itu bahkan ogah diajak nyeblak dan menolak saat diajak main game oleh Jaza. Aliyah benar-benar aneh hari ini. 

Setelah kelas selesai, gadis itu pulang ke rumah Nita dan dia izin menginap di rumah wanita tersebut. karena merasa suntuk tinggal di kediaman orang tuanya. Aliyah sedang malas bertemu ayah dan ibu kandungnya.

“Mbak Nita, percaya gak, kalo ada manusia yang nggak bisa jatuh cinta?” tanyanya tiba-tiba.

Nita berpikir sejenak, tidak mempertanyakan penyebab Aliyah menanyakan itu. “Percaya. Orang-orang yang lebih mencintai dirinya sendiri, biasa nggak akan sanggup mencintai orang lain.”

Aliyah kembali lemas. Sama saja, padahal dirinya mengharapkan jawaban yang berbeda dari Nita. Pernyataan yang menegaskan bahwa itu mustahil.

“Kamu kenapa, sih? Kalo ada masalah, cerita dong,” tutur Nita penuh perhatian. “Kayaknya kamu lagi jenuh sama rutinitas sehari-hari, ya. Gimana kalo kamu ikut, Mbak?”

“Ke mana?” Aliyah menatap Nita penasaran.

“Ke Puncak Bogor. Mas Hanum ngajak aku dan Jaza piknik family gathering perusahaannya. Kalo kamu mau ikutan, ayo aja! Kayaknya nggak masalah kalo nambah satu orang lagi,” jelas Nita dengan ceria. Dia merasa itu ide yang baik, mengajak Aliyah yang sedang dalam suasana hati yang buruk piknik di alam.

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang