65. Dampak

217 11 0
                                    

Aliyah: Papa, udah jelasin ke Mama Nita kalo pemberitaan itu nggak bener?

Pesan singkat dari Aliyah masuk ke ponsel Zach. Gadis dua puluh lima tahun itu tidak bisa datang langsung dan bertanya pada sang ayah, karena para juru warta pula bertahan di depan gerbang rumahnya. Semenjak skandal ini mencuat ke media televisi dan online, Aliyah dan keluarganya pula ikut terjebak, tidak dapat keluar rumah.

Wartawan dari berbagai media, mengepung kediaman keluarga serta orang-orang terdekat Zach. Mereka bahkan membangun tenda di pematang dan bahu-bahu jalan, membuat lalu lintas di depan rumah menjadi tidak kondusif. Para pemburu berita itu menolak dibubarkan oleh lembaga pemerintahan setempat. Mereka bersikeras menetap, demi mendapatkan materi eksklusif.

Aliyah agak kecewa, karena hari di mana dirinya berkunjung ke rumah Nita–untuk menjelaskan perkara yang sedang terjadi–wanita itu malah menolak menemuinya. Namun, Aliyah tidak dapat menyalahkannya, karena sepertinya Nita amat terkejut oleh pemberitaan buruk ini. Wanita tersebut pasti tengah kecewa pada ayahnya, pikir Aliyah.

Aliyah: Gimana, Pa? Udah ‘kan?

Tak kunjung mendapatkan balasan untuk pertanyaannya, Aliyah pun mengirimkan pesan selanjutnya. Namun, sang ayah tidak jua membalas, membuat Aliyah tidak puas.

Aliyah: Papa, lagi apa, sih?

Konsentrasi Zach tengah bercabang. Dia sedang tidak bisa memikirkan Nita sekarang. Sebab bagi Zach, memperbaiki citranya merupakan yang utama, tiada yang lebih penting dari itu. Karena skandal tersebut tidak hanya memengaruhi dirinya sendiri secara pribadi, tetapi juga merugikan berbagai pihak terkait, termasuk manajemennya, brand yang menggunakan dirinya sebagai duta merek dan ambassador produk, sponsor, serta film No Moral yang dibintanginya yang kini mengalami boikot nyaris di seluruh bioskop Indonesia.

Paw Zach: Kita bicarakan itu setelah semuanya selesai.

Zach benar-benar sibuk hari ini. Bengkel motornya di Bandung dan Zachness–perusahaannya–pun kini sedang berjibaku mengatasi gelombang kejut tak terduga akibat boikot. Seluruh outlet-nya ditutup, karena sudah tiga hari sepi pengunjung, tiada pembeli yang datang.

Zach tidak bisa menghindari kenyataan bahwa skandal ini akan menyebabkan kerugian finansial yang signifikan baginya. Dampaknya tidak hanya terasa pada pendapatan pribadinya, tetapi juga pada berbagai bisnis dan investasi yang telah dibangunnya selama ini. 

Keberadaan skandal ini pula mengancam kerjasama masa depan Zach dengan berbagai perusahaan. Untuk mengatasi situasi darurat itu, pria itu lekas menghubungi pengacaranya untuk melakukan upaya hukum guna menjerat pihak-pihak yang bertanggung jawab atas penyebaran rumor palsu tersebut. Zach pula melakukan rapat darurat via virtual dengan jajaran petinggi dan anggota direksi, karena dirinya tidak dapat keluar dari rumah.

Layar komputer masing-masing memperlihatkan wajah-wajah yang tegang, mencerminkan kekhawatiran akan dampak skandal yang sedang berlangsung. Zach memandang serius ke layar di depannya. "Saya yakin kita semua menyadari besarnya tantangan yang kita hadapi saat ini," ujarnya dengan suara yang tenang, tetapi tegas. "Skandal ini telah memberikan dampak yang luar biasa bagi perusahaan kita, baik dari segi reputasi maupun keuangan. Kita harus bertindak cepat untuk mengatasi situasi ini."

Dewan direksi, yang tersebar di seluruh kota, mengangguk setuju dalam diam. 

"Saya ingin mendengar gagasan dari masing-masing dari Anda," lanjut Zach. "Bagaimana kita bisa meminimalisir kerugian yang sedang kita alami? Apa yang harus …."

Mike–salah satu anggota dewan, angkat bicara, memotong perkataan Zach. "Apa skandal itu benar?”

Zach terdiam, memandang layar komputer, tergemap. Wajah-wajah serius petinggi dan dewan direksi seolah menuntut jawab, ingin mendengarkan konfirmasi langsung dari Zach. Dia merasa muak tetapi, sekuat tenaga dia bertahan, tetap menjaga profesionalitas. “Saya ingin mendengar gagasan Anda semua, bukan ….”

“Apa pun yang kita lakukan, tidak akan memberikan dampak yang signifikan bila skandal itu benar, Pak Atharrazka,” tutur Mike kembali menyela. “Jadi, apakah itu benar?”

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang