32. Selfie

320 14 0
                                    

Nita memegangi perutnya yang terasa nyeri. Sakit magh-nya kambuh dan bekal yang dirinya bawa berada di mobil tim produksi, sebab rencana awalnya, dia ingin mengajak mereka makan siang bersama. Nita segera mengambil obat serta tumbler yang selalu siap sedia di tasnya, lalu lekas meminum obat tersebut.

Wanita itu merasa tidak enak hati bila harus mengadukan sakitnya pada Zach. Obat yang dikonsumsi Nita akan meredakan sakit dan bertahan hingga satu jam ke depan. Nita memperkirakan itu akan cukup sampai dirinya tiba di rumah dan bisa mengisi perut.

Zach melihat obat yang Nita minum dan dirinya tahu itu obat apa. Dia pun melihat jam di tangan, sudah menunjukan pukul satu siang, memang sudah lewat waktu makan siang. “Saya lapar dan kita masih jauh dari rumah. Saya mau mampir, makan sebentar. Gapapa ‘kan?”

Nita pun lantas mengangguk setuju. Kesempatan bagus, dengan begini dia pula bisa mengisi perut dan tidak perlu lagi dihantui asam lambung naik. “Gapapa, Mas. Saya juga sekalian mau makan.”

Keduanya pun mampir ke salah satu hotel. Zach tidak bisa makan di sembarangan tempat. Bila sedang berada di luar, dia biasanya makan di restoran hotel bintang lima supaya tidak ada yang mengganggu. Dia selalu menggunakan tempat yang memiliki layanan eksklusif, demi menjaga privasinya.

Nita telah salah sangka. Dia kira mereka hanya akan mampir ke restoran atau warung sederhana, tetapi nyatanya malah ke restoran hotel bintang lima. Seketika dia pun pusing sendiri menghitung jumlah yang akan dirinya gelontorkan hanya untuk biaya makan siang.

Nita dan Zach makan berdua di ruangan makan pribadi. Nita hanya memesan nasi goreng dan es jeruk agar hemat, sedangkan Zach memesan menu signature di restoran tersebut. 

Zach menyodorkan cumi tumis pedas yang dia pesan. “Makan ini!” ujarnya singkat, lalu kembali fokus pada menu makan sehatnya sendiri–quinoa and lemongrass tofu bowl.

“Tapi itu kan, punya, Mas Zach.”

“Saya nggak bisa makan itu. Itu berminyak,” balas Zach tak acuh.

“Loh?” Nita kebingungan, tetapi dia rikuh bertanya lagi. Nita khawatir akan membuat Zach kesal atau muak jika terlalu banyak bicara. Alhasil dia pun patuh melahap cumi yang pria itu berikan.

Zach tidak mengacuhkan Nita. Khidmat dia menikmati menu makanan sehat yang dihidangkan. Zach tidak terlalu suka makan sambil mengobrol, karena menurutnya itu akan membuat makanan yang dia santap menjadi kurang sedap.

Nita terus menunduk, terasa gugup karena hanya berduaan dengan Zach. Rasanya seperti Nita memenangkan jackpot makan siang gratis bersama seorang artis. Perasaan campur aduk antara antusiasme dan kecanggungan sangat luar biasa.

Nita ingin mengabadikan momen ini, tetapi khawatir Zach akan merasa tidak nyaman dan nanti malah marah padanya. Sangat disayangkan, padahal ini peristiwa yang sangat langka terjadi dalam hidupnya. Nita pun tertunduk lunglai, kehilangan semangat makannya.

Tiba-tiba sebuah ide gila terlintas, bagaimana kalau Zach tidak mengetahui dia mengambil fotonya? Nita berjanji tidak akan mengunggah hasil jepretannya ke medsos. Dia hanya ingin menyimpannya untuk kenang-kenangan dan kelak dipamerkan kepada keluarga besarnya di kampung, bahwasanya dia pernah makan siang berdua dengan artis papan atas Zach Code.

Nita pun mengeluarkan ponselnya, pura-pura sibuk mengetik sesuatu. Namun, sangat disayangkan senter kemarenya menyala, hingga mengakibatkan aksi Nita pun ketahuan.

Nita lekas beralasan ketika Zach melenggak, menatapnya dengan air muka serius. “M–maaf, Mas. Ka–kameranya nggak sengaja kepencet. Ss–saya akan langsung hapus fotonya.” Dia benar-benar merasa bersalah dan cemas. Zach pasti membencinya sekarang. Nita merasa sangat payah, tetapi tidak dapat berkutik, karena dirinya tertangkap basah. Nita pun lekas membuka fitur galeri untuk menghapus foto yang baru saja diambilnya.

Zach langsung berdiri dari duduknya, lalu merebut ponsel Nita. Dia menyalakan kamera depan ponsel tersebut, lantas mengambil selfie dengan ekspresi bengong Nita sebagai latar belakangnya.

“Udah.” Zach menaruh ponsel itu di dekat piring Nita. Sementara wanita tersebut hanya bisa ternganga seraya terlongong-longong. Nita tidak menduga tindakan pria itu sebelumnya. Dia kira Zach akan marah, lalu membanting ponsel hingga hancur berkeping-keping.

“Ma–makasih, Mm–mas,” ucapnya tergagap.

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang