43. Perundungan

259 16 0
                                    

Pagi tadi Zach menemui kedua orang tua Nita untuk meminjam ponselnya. Kemudian dia membuat janji temu dengan Tantowi Nasution–pengacaranya. Dia ingin melaporkan penggemar-penggemarnya yang sudah merundung Nita di media sosial.

Dibantu Yuli, Zach membongkar akun media sosial perempuan itu. Dia tercengang, kala mengetahui ada lebih banyak yang merundung Nita di fitur pesan langsung. Mereka bahkan tak segan melontarkan kata-kata kotor.

Zach memijat dahi, ini lebih buruk dari dugaannya. Dia kira hanya di kolom komentar saja, ternyata tidak. Keyakinan Zach pun semakin teguh untuk mempolisikan mereka. Dia memilah beberapa akun yang menurutnya paling keterlaluan.

“@luna94, @catcollin, dan @mika08, tiga itu dulu untuk sekarang,” kata Zach seraya men–screenshoot pesan-pesan dari mereka lalu mengirimkan ke ponselnya dan Tantowi.

Yuli menggeleng-geleng seraya menatap laptopnya, fokus membaca pesan brutal yang diterima Nita. Beberapa bahkan mengancam akan membunuh dan membakar rumah penulis terkenal itu. Bahkan ada yang meneror akan menculik Jaza lalu memperkosanya. 

“Ya Tuhan! Ini beneran udah nggak bisa dianggap sepele. Tindakan Mas Zach, udah tepat. Mereka benar-benar menakutkan.” Yuli mengusap kedua pangkal lengannya, merinding. Dia ngeri sendiri membaca pesan-pesan itu. Jikalau hal tersebut menimpanya, Yuli yakin dirinya sudah melaporkan mereka ke Polisi dari sejak lama.

Terlintas di pikiran manager Zach itu, pasal Nita yang kuat bertahan membaca komentar, bahkan pesan gila dari mereka. Yuli jadi penasaran, bagaimana bisa perempuan itu tetap tenang menjalani rutinitas tanpa merasa khawatir?

Zach menyesal agak lambat mengambil tindakan. Dia jadi merasa kesal pada dirinya sendiri. Andai dirinya lebih keras mencari tahu dari awal, mungkin sekarang semua sudah teratasi. Fans-nya sungguh bar-bar bila sudah merasa cemburu.

Dahulu pula pernah ada kasus seperti ini, hingga si artis wanita itu meminta bantuan Zach mengklarifikasi kesalahpahaman pada penggemar fanatik laki-laki tersebut. Dari kejadian itu pula sang artis menjadi lebih berhati-hati bila berinteraksi dengan Zach.

Penggemar fanatik Zach dijuluki nir etika se-Indonesia jikalau sudah kontra terhadap suatu pemberitaan. Mereka benar-benar cinta mati pada Zach, menganggap laki-laki itu lebih berharga dari apa pun, merasa mempunyai hak untuk menjodohkan laki-laki tersebut dengan wanita yang mereka inginkan.

“Ini sudah cukup lengkap untuk dijadikan bukti,” ujar Tantowi kala mengecek berkas yang Zach bagikan. Rencananya, hari ini dia akan langsung membuat laporan ke kantor polisi. Nita sedang terluka dan melakukan perawatan di rumah sakit, sehingga Tantowi–selaku pengacara dadakannya–sudah cukup untuk membuat laporan.

Usai mengurusi pelaporan, Zach pun ke rumah sakit. Dia harus mengabari Nita tentang tindakannya ini. Namun, dirinya malah membeku kala pintu terbuka setengah, Zach dapat mendengar obrolan Nita dan Aliyah. Dia diam, menguping seraya menahan kenopnya.

Zach mengiba saat mendengar curahan hati Nita yang mengaku merindukan mendiang suaminya. Zach pula berpikiran sama dengan wanita itu, semua ini mungkin tidak akan terjadi andai Nita masih bersuami. Zach sangat menyesalkan insiden penyerangan dan perundungan wanita tersebut. Nita tidak bersalah dan dia korban dari keganasan para penggemarnya.

Zach mengetuk pintu terlebih dahulu–setelah memastikan pembicaraan kedua wanita di kamar itu selesai–lalu masuk.

“Papa!” Aliyah menghampiri Zach usai mengusap jejak basah di pipinya. Dia meraih tentengan yang dibawa sang ayah, lalu meletakkannya di atas nakas. “Papa, kok, lama. Dari mana dulu?”

Zach merangkul Aliyah, mendekati ranjang Nita. “Gimana keadaan kamu?”

“Udah lebih baik, Mas,” jawab Nita sembari memamerkan senyuman pucatnya.

Zach memberikan senyuman tipis pada wanita berkerudung pendek itu. “Bagus lah. Emmm … ada yang harus saya ceritakan ke kamu.”

“Tentang apa, Mas?” Nita menatap Zach.

Zach pun menghela napas, lalu duduk di sofa–diikuti tatapan penasaran Nita. Laki-laki itu merogoh saku celana jeansnya, menjepit ponsel, kemudian menunjukan benda pipih tersebut pada Nita. “Hari ini saya dibantu pengacara, membuat laporan ke Kepolisian.”

Kedua alis Nita bertaut saat melihat ponselnya berada di tangan pria itu. Saat dia menanyakan keberadaan ponselnya beberapa hari yang lalu, sang ibu menjawab kalau benda tersebut ditaruh di rumah. Lantas, kenapa sekarang ada di tangan Zach? Pikir Nita.

“Saya melakukan yang seharusnya sudah lama kita lakukan,” ungkap Zach tidak menjelaskan lebih dari itu. Dia merasa lelah bila terlalu banyak berbicara. Hari ini sudah cukup, Zach sudah mencapai batas jumlah katanya. Zach tidak bisa berbicara lebih panjang dari ini.

Nita masih belum mengerti. Dalam benak, dia menerka-nerka, mungkinkah maksud laki-laki itu melaporkan perundungan yang terjadi di sosmed?

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang