84. Selesai

193 12 0
                                    

Zach mengalah, meminta maaf pada Bella dan ingin membuat kesepakatan dengan perempuan itu untuk tidak mengganggu hidupnya lagi. Dia tak ingin terlibat konflik lagi dengan siapa pun. Zach ingin hidup tenang dan damai. Dia tak ingin menjadi bulan-bulanan siapa pun.

Akan tetapi Bella yang menangis dirundung kemarahan pun kukuh tidak mau memaafkan Zach. Hatinya teramat sakit untuk memberikan pengampunan pada laki-laki tersebut. Bella tidak terima melihat Zach dapat dengan mudahnya meraih kembali popularitasnya.

Sementara dirinya harus bersusah payah. Bella masih ingat, betapa keras usahanya untuk bangkit dan kembali ke puncak kariernya di tengah cercaan dan pandangan miring publik terhadapnya. Bella tidak akan melupakan semua rasa sakit itu.

“Silakan kalau kamu mau melaporkanku ke polisi. Dengan begitu, aku bisa membencimu sampai mati,” ancam Bella lalu beranjak pergi meninggalkan Zach.

Sepeninggalan Bella, Zach merenung. Dia stress, sebab tidak mendapatkan titik temu untuk menyelesaikan permasalahannya dengan Bella. Zach ingat wanita itu mengatakan berulang-ulang, ingin Zach menghilang dari dunia itu, Bella tidak ingin hidup di dunia yang sama dengannya.

Zach meremas kepalanya frustrasi. Dia bisa saja melaporkan Bella ke polisi dan semuanya selesai, dengan begitu Zach bisa mengembalikan citranya dan membalikan keadaan. Namun, dirinya tidak tega. Jika dia mengambil tindakan itu, sudah dapat dipastikan, Bella akan makin gila membencinya.

Zach bersandar ke belakang kursi, wajahnya menengadah dengan kelopak mata terpejam. Pikirannya benar-benar buntu. Dia tak tahu bagaimana caranya memperbaiki citranya yang rusak tanpa harus menyebutkan nama Bella.

Segera tanya pun berhamburan dalam benaknya. Apa arti popularitas ini untuknya? Apa arti nama besar Zach Code baginya? Apa arti dunia entertainment yang sudah membesarkan namanya? Semuanya menyilaukan. Sesungguh Zach sudah bosan hidup di dunia tersebut, dalam pengawasan publik.

Zach ingin hidup tentram, tanpa harus bersembunyi dari paparazi dan kamera wartawan. Dia sudah muak menjadi badut dunia bintang. Zach ingin hidup normal: menghabiskan banyak waktu dengan sang anak dan berkencan dengan Nita. Terkadang dirinya berpikir semua itu mungkin dapat diwujudkan, tetapi terkadang dirinya merasa semua itu mustahil, mimpi yang terlalu tinggi.

Apakah dirinya sanggup hidup menjadi orang biasa? Pikir Zach. Dalam khayalannya, dunia biasa itu terlihat indah. Namun, apakah dia akan terbiasa? Zach selalu menjadi pusat perhatian di mana pun dirinya berada dan memiliki banyak privilege. Jikalau dirinya menjadi orang biasa, semua itu tidak akan berlaku lagi.

Zach menenangkan diri, mencari jalan keluar logis yang tidak akan menyakiti siapa pun. Dia berpikir cukup lama dan ketika dirinya sudah menemukan jalan keluarnya, Zach beranjak pergi. Ya, dirinya yakin hanya itu solusi satu-satunya untuk permasalahannya ini. Zach terus meyakinkan dirinya di sepanjang perjalanan pulang. Jikalau semuanya akan baik-baik saja.

***

“Apa kamu yakin? Apa nggak ada jalan lain?” tanya Benny usai syoknya mereda.

“Saya yakin, Bang.” Zach mengangguk tegas.

Benny mengusap wajahnya jengah. Bagaimana dirinya tidak akan syok setelah mendengar Zach akan mengundurkan diri dari dunia entertainment? Kini bukan hanya vakum, tetapi Zach benar-benar tidak akan kembali. Pria itu ingin mengakhiri kariernya sampai di sini.

Benny seketika diserang stress. Zach merupakan salah satu talent berbakatnya, sehingga berat bagi pria paruh baya itu melepaskannya. Benny meminta Zach memikirkan ulang dan dirinya berjanji akan membantunya sampai skandal ini tuntas. Namun, Zach tetap keras kepala ingin berhenti.

Sekali lagi Benny dibuat syok oleh cerita Zach pasal Bella. Dia tak menyangka jikalau wanita itulah dalang dibalik skandal Zach kali ini. Benny seketika tersulut emosi. Dia tidak terima Zach harus menerima ketidakadilan ini.

“Gue nggak bisa terima ini. Gue akan telepon wartawan. Gue hancurin tuh, artis psikopat.” Benny merogoh ponselnya dengan tidak sabaran, menggulir layar benda pipih tersebut. 

“Jangan!” Zach merebut ponsel Benny dan mematikan panggilan telepon yang sudah terhubung.

“Kenapa?” seru Benny frustrasi. Dia mengacak-acak rambutnya penuh kesal.

“Saya nggak mau memperkeruh keadaan, Bang. Dia korban. Jika saya diposisi dia, mungkin saya juga akan melakukan hal yang sama,” jelas Zach panjang lebar.

“Anjing!” Benny yang gondok pun memukul meja. Hatinya mangkel, sebab tidak bisa membalas perbuatan jahat Bella. Dia tak menyangka wanita itu memiliki pemikiran yang picik. Padahal dalam kasus video asusila itu, semua juga tahu bahwa Zach merupakan salah satu korban–seperti Bella–dan sama-sama dirugikan secara materiil maupun mental.

Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang