"Gimana? Kamu suka?" tanya Zach, ingin mengetahui pendapat Nita pasal kejutan makan malam romantis dari kedua anak mereka.
"Aku masih nggak nyangka, Mas. Dari mana mereka dapet ide kayak gini?" Nita masih sulit memercayai, jika rencana sempurna ini disusun oleh Aliyah dan Jaza yang masih kanak-kanak di matanya.
Zach terkekeh. "Jangan dipikirkan. Just enjoy it." Dia menatap Nita seraya tersenyum, membuat janda itu salah tingkah.
"Mm-mas Zach, kayak yang nggak keberatan makan malam sama saya," ucap Nita berhati-hati dengan suara yang ciut. Sedari tadi pria itu terus tertawa dan bersikap ramah, membikin Nita merasa nyaman. Apakah Zach sengaja melakukan itu supaya Nita tidak merasa gugup? Pikir janda tersebut.
"Apa kamu merasa keberatan?" Zach mengangkat kedua alisnya, memandang Nita disambi tersenyum simpul.
"Nggak, kok, Mas. Aku nggak keberatan." Nita menjawab pertanyaan Zach cepat, khawatir akan membuat laki-laki itu salah paham.
"Apa mungkin kamu lagi mikirin Irasa, takut membuatnya cemburu?"
"Sama sekali nggak, Mas," tegas Nita, menjawabnya segera. "Aku kan, udah jelaskan, Mas, kalo aku dan Mas Irasa nggak ada hubungan apa-apa. Dia memutuskan semuanya secara sepihak. Aku ...."
"Saya bercanda, Nita." Zach menyela ucapan Nita seraya melekukan senyuman bersahaja. "Dia melamarmu berkali-kali, tapi kamu menolaknya, kan?"
Nita menganggukan kepala dengan raut wajah polos sebagai tanggapan. Pertanyaan Zach tadi memang menyebalkan, tetapi anehnya, dia tidak bisa marah padanya.
"Kenapa kamu menolak lamaran Irasa?" tanya Zach penasaran.
"Karena aku tidak bisa mencintainya." Nita menjawab to the point dengan air muka sendu.
"Kalo saya yang melamarmu. Gimana?"
Nita melengak, menatap telaga mata Zach. Dia terpinga-pinga, tercengang keheranan. Nita terpangah, menganga, debu dan bisu bersaing menguasai mulutnya. Akan tetapi, dia segera terbangun dari angan-angan. Nita tidak boleh terbawa perasaan, karena bisa saja itu sekadar pertanyaan biasa. "Itu mustahil, Mas."
Dahi Zach mengernyit. "Kenapa?"
"Mas Zach, lebih dari mampu buat dapetin wanita yang lebih baik dariku." Nita tersenyum lembut, sorot matanya redup. Hatinya keberatan mengatakan semua itu. Dia mencemaskan jawaban Zach yang mungkin akan sangat jelas dan mematahkan hatinya.
"Kamu wanita yang baik Nita," menatap Nita intens, "hanya saja nasibmu kurang beruntung, karena dipertemukan dengan orang sepertiku." Zach tersengih.
Nita pun lekas menyangkal, "Tidak, Mas! Justru aku sangat beruntung, karena bisa menjadi temanmu. Bisa dekat seperti kita adalah keluarga."
Zach tersenyum simpul. "Kamu benar. Itu sebabnya aku tidak bisa membiarkanmu pergi. Mungkin kamu yang pertama mendatangiku, tapi kamu tidak bisa pergi seperti kamu datang padaku." Melihat Nita tergemap, pria itu pun melanjutkan ucapannya. "Kamu milikku dan hanya aku yang boleh memilikimu."
Nita menengadah, menatap telaga mata Zach dengan berkaca-kaca. Dia sudah memastikan bahwa dirinya tidak salah mendengar. Nita benar-benar terharu mendapati pria yang sudah lama dirinya sukai, mengatakan sesuatu seperti itu. Dia mengusap air mata yang luruh ke sisi muka seraya berkata, "Kamu juga milikku, Mas, dan hanya aku yang boleh memilikimu."
Zach tergelak renyah, terbahak-bahak. Begitu pun Nita yang malah ikut tertawa. Nita merasa lega bisa mengatakan sesuatu yang sulit seperti itu. Setelah tawa mereka reda, Zach mengulurkan tangannya dan menyentuh pipi Nita lembut. Dia lalu menyeka sisa-sisa air mata Nita dengan lembut, memperlihatkan raut wajah penuh kelembutan.
Nita tersenyum, air matanya sudah kering. Dia merasa lega dan bahagia bisa berbagi perasaan dengan Zach.
"Kita menikah minggu depan."
"Apa?!" Nita termangau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Om Duda Love Mbak Janda (Tamat)
RomanceDari penulis novel online hingga janda di rumah 'Hot Daddy Duda Abadi'! Fatna Yunita alias Nita, kini terjebak dalam dunia asing sebagai ART Zach-vokalis band ternama. Zach mengira Nita: janda kesepian yang mengharapkan belaiannya, hingga pria itu m...