Chapter 1 : Yessica Tamara Ecclestone

301 16 0
                                    

Yessica mengerjapkan matanya perlahan. Tubuhnya terasa begitu letih dan sakit. Badannya terasa sangat dingin. Bisa di pastikan kalau saat ini, gadis itu tengah demam. Sejak kecil Yessica memang mudah terserang penyakit. Membuat kondisinya begitu lemah. Namun kelebihan yang dia miliki, Yessica tumbuh menjadi seorang gadis jelita dengan paras yang mempesona. Bahkan jika di bandingkan dengan putri Fiony, Adik Ara. Kecantikan yessica masih jauh di atasnya.

Yessica bangun perlahan dari tempat tidurnya, dia menoleh ke kanan dan kiri. Tunggu! Kamar ini bukan miliknya. Dekorasinya sangat indah meski dari kayu yang di ukir. Kenapa dia bisa berada di sini? Seingatnya, dia sedang menangis di Padang Violet saat Hujan deras. Siapa gerangan yang membawanya kemari? Bagaimana jika orang tuanya mencari?

KRIEET

"Sudah bangun, Gadis manis?" Yessica menoleh pada pintu yang terbuka dari Luar.

Seorang wanita dengan gaun Hitam ala penyihir berjalan dengan santai ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang wanita dengan gaun Hitam ala penyihir berjalan dengan santai ke arahnya. Di tangannya terdapat sebuah mangkok yang beraroma sangat enak.

"Anda siapa? Apa anda yang membawaku kemari?"

Wanita itu tersenyum lembut, dia menaruh mangkuk yang di bawanya di meja kayu dekat ranjang. Lalu wanita itu duduk di tepi dan menaruh punggung tangannya di kening yessica. "Demamu sangat tinggi, beristirahatlah beberapa hari di sini. Kau pasti lapar, aku membawakan sup yang ku buat Untukmu." Wanita itu kembali mengambil mangkuk tersebut dan menyuruh yessica untuk membuka mulutnya.

Entah dorongan dari mana, mulut yessica otomatis terbuka dan menerima suapan dari wanita asing tersebut. "Apa sup-nya enak?" Yessica mengangguk lembut.

"Terima kasih, Tapi anda sebenarnya siapa?"

Wanita itu kembali tersenyum lembut dan mengusap pucuk kepala yessica. "Namaku Nurhayati, kau bisa memanggilku Aya" Ucap perempuan itu.

"Nona Aya, terima kasih atas pertolonganmu. Tapi aku tidak bisa terlalu lama berada di sini, orang tuaku pasti sedang mencariku" Ucap Chika terdengar khawatir.

Aya kembali tersenyum dengan Lembut. "Jangan khawatir, Biar aku yang akan memberitahu mereka. Sekarang kau beristirahatlah."

"Tapi......"

"Shuuutt..." Aya meletakan satu jarinya di bibir Yessica Untuk memotong Ucapannya. Aya bangkit berdiri dan beranjak keluar dari kamar. Yessica masih penasaran, siapa sosok Aya yang sebenarnya. Perempuan itu memiliki rasa ke-ibuan yang membuat Yessica sangat nyaman. Awalnya yessica berniat untuk pergi dengan paksa, Tapi Ucapan Aya ada benarnya. Saat ini Kondisinya sedang tidak sehat. Yessica tidak memiliki tenaga untuk berjalan. Dia juga tidak tau Dimana dia sekarang. Dia berharap Aya adalah wanita yang baik, dan tidak akan berniat jahat padanya.

Yessica kembali merebahkan dirinya, tidak lama matanya terasa berat dan akhirnya dia terjatuh ke alam mimpi.

***

"Aku sudah melakukan apa yang ayahanda perintahkan. Sekarang ayah harus menepati janji, untuk tidak mencelaki Chika dan keluarganya" sorot tajam Ara dilemparkan pada sosok pria yang duduk di singgasana di depannya. Raja Gracio melihat Putranya dengan intens.

"Ara, apa yang membuatmu jatuh cinta dengan wanita desa seperti dia. Banyak putri raja yang menunggu untuk menjadi istrimu" Ucap raja Gracio dengan nada berat.

"Ini adalah hidupku, Aku berhak memilih siapapun untuk menjadi istriku"

"Ara, jangan lupa kalau kamu adalah seorang putra mahkota. Apa yang akan rakyat katakan, jika kelak kau menikah dengan gadis dari rakyat biasa" ucap Gracio sedikit geram.

"Persetan dengan Takhta, Aku tidak berniat sedikitpun untuk menjadi raja. Jika ayah mau, ayah bisa memberikannya kepada pangeran pertama" Ara mulai terpancing Emosi. Tangannya mengepal dengan erat. Namun sebisa mungkin dia harus menahannya.

"ARA!! JANGAN LANCANG KAMU!!! perintah ayah adalah mutlak. Tidak ada yang tau Dimana pangeran pertama sekarang. Sudah lima tahun dia mengembara entah kemana. Satu satunya Calon pewaris Yang pasti adalah kamu." Tunjuk Gracio.

"Ayahmu benar Ara..." Ara berbalik, seorang wanita Cantik dengan rambut menjuntai dan mahkota kristal di kepalanya, berjalan dengan anggun.

"Ibu....." Ratu Shani, Ibu kandung Ara. Berjalan kedekat Putranya.

"Kau memiliki tanggung jawab yang besar, Ara. Sebagai putra mahkota, kau tidak bisa memutuskan berdasarkan ego-mu sendiri."

"Tapi ibunda......" Shani bergeleng.

"Ibu tau kamu mencintai gadis itu, tapi status kalian berbeda sangat jauh. Kamu harus bisa menerimanya" setelah itu Shani berjalan dan duduk di samping singgasana raja.

Ara menunduk, tangannya terkepal erat dengan kuat. 'status lagi? Lalu kenapa aku harus terlahir sebagai putra mahkota, jika aku tidak bisa mengendalikan hidupku sendiri'

***

KRIEETT

Tap

Tap

Tap

"Hum...Tidur ya..."" Gadis Cantik imut duduk berjongkok di samping ranjang yessica. Gadis itu tersenyum menggemaskan melihat sang bidadari sedang terlelap. Dengan iseng-nya gadis itu mencolek-colek pipi tembem yessica dengan jari. Di rasa tidak ada respon dari sang empunya, gadis itu kembali melakukan aktifitasnya.

"Ara...Ara...jangan pergi....Ara..."

Gadis itu sedikit terkejut, karena orang yang di jahilinya tengah mengigau dan menggumamkan nama seseorang. Akibat terlalu bergerak, kompres yang menempel di dahi yessica terjatuh, Gadis itu mengambilnya dan kembali menempelkan di dahi yessica.

"Kak Chika, cepat sembuh ya...Christy kangen."

"Yang mulia...ternyata Anda di sini" Gadis Bernama Christy itu menoleh pada asal suara. Aya berjalan mendekat.

"Yang mulia, saatnya makan siang" Ucap Aya. Christy menggeleng sambil cemberut.

"Nggak mau, pengen makan bareng kak Chika."

"Yang mulia, Putri Chika sedang sakit. Beliau butuh istirahat."

"Sampai kapan sih, Kak Chika harus di uji seperti ini..." Ucap Christy dengan jengkel.

"Yang mulia, Putri Chika memiliki tubuh Bulan suci. Tapi untuk menjadi seorang putri bulan, Putri Chika harus melewati rintangan rasa sakit dan penderitaan." Ucap Aya lembut. Berharap Gadis yang duduk di depannya ini bisa mengerti.

"Jadi tujuan kita kesini, adalah mengawasi kak Chika?" Aya mengangguk.

"Raja dan ratu meminta saya untuk mengawasi putri Chika, tapi saya di perintahkan untuk tidak ikut Campur dalam kehidupannya." Christy mengangguk.

"Kak Chika cepat sembuh ya, Biar kita Bisa pulang" Aya tersenyum dengan interaksi Christy yang menurutnya sangat lucu.

"Lalu kenapa kita nggak ngasih tau kak Chika aja, kalau....."

"Tidak bisa tuan putri, Jika kita memberitahu yang sebenarnya pada putri Chika, perjuangannya selama ini akan sia sia. Setelah segel bulan terbangun di tubuhnya, itulah saatnya putri Chika mengetahui kebenaran" Christy kembali mengangguk.

Aya mengajak Christy Untuk keluar ruangan. Setelah keduanya keluar, Cahaya silver Muncul di dahi yessica membentuk sebuah simbol Bulan sabit dengan Pola yang unik.

YESSICA : Pianis Di Tengah Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang