Chapter 24 : Misteri Lagu Pianis Di Tengah Hujan

71 7 0
                                    

Yessica tersenyum kecil. Dia kembali ke kota ini. Tempat dia menghabiskan masa kecil Yang indah. Di bawah asuhan Eli Dan Gito. Dia tidak berharap suatu saat akan kembali kesini. Christy yang melihat kakaknya senyum sendiri, merasa Heran dan bertanya-tanya.

"Kak Chika senyum kenapa?" Tanya Christy.

"Tidak, Kakak hanya mengenang masa kecil kakak di sini." Balas Yessica.

"Sekarang kan ada aku..." Christy memasang wajah Puppy eyes-nya. Membuat Yessica mengacak-ngacak rambutnya Gemas.

Pemandangan di dalam Ibu kota Felip belum banyak berubah bagi Yessica. Hanya saja dari raut orang-orang yang berlalu lalang di sini, Tidak lagi sama. Terlihat sendu tanpa semangat. Bahkan banyak yang memiliki Garis-Garis letih Di wajahnya. Padahal dulu, orang-orang di sini sangat bersemangat dalam beraktivitas. Apakah karena Penyebaran Virus Apocalypse menjadi penyebabnya.

Rombongan Yessica tidak sempat menyapa Para pejalan kaki yang lewat. Rombongan itu melaju lurus menuju Gerbang istana. Melihat Ada rombongan Yang datang, Para prajurit berniat menghentikan. Tapi ketika melihat siapa yang berada di barisan depan, Para prajurit itu membungkuk Hormat.

"Selamat Datang kembali pangeran."

"Buka pintu Gerbang." Ucap Ara.

Gerbang besar berwarna Hitam itu terbuka lebar dan rombongan Yessica masuk kedalam. Kedatangan mereka di sambut hangat Oleh Raja Gracio dan Raja Oniel Yang datang ketika mendengar putrinya terpapar Virus Apocalypse.

Melihat kedatangan putri dari tanah Kagami. Semua orang memberi Hormat dan itu membuat Yessica tidak nyaman. "Bangunlah..." Ucap Yessica.

"Yang mulia, dengan sangat Hamba Meminta tolong untuk menyembuhkan Putri hamba." Ucap Oniel.

"Aku tidak bisa berjanji, Tapi aku akan melakukan semampuku." Ucap Yessica.

"Bagaimana situasi di dua kerajaan ini?" Tanya yessica.

"Sama seperti Tanah lainnya. Saat ini kerajaan Felip dan Orbion Juga sedang melakukan isolasi. Masyarakat dilarang keluar untuk sementara." Ucap Gracio.

"Itu bagus. Tapi tidak selamanya kita Bisa melakukan Cara yang sama. Cepat atau lambat, Virus itu akan semakin kuat menyebar. Untuk itu aku harap setiap kerajaan Bisa berdamai, dan jika ada Problem diantara kalian, aku harap bisa diselesaikan ketika bencana ini berakhir."

"Baik Yang mulia." Ucap Gracio dan Oniel bersamaan.

Ara terlihat kagum dengan yang di lakukan Yessica. Dia akui sejak mereka masih menjalin hubungan, Yessica sudah menunjukan tanda-tanda kepemimpinan. Ara mungkin kalah dewasa dan bijak dari Yessica. Dia harus banyak belajar dari mantan kekasihnya itu.

"Boleh aku melihat kondisi putri Mira?" Ucap Yessica.

"Tentu putri..."

Gracio membawa Yessica keruangan khusus Yang di siapkan untuk Mira. Dari luar ruangan, Yessica sudah merasakan Aura Negatif yang begitu kuat. Dua prajurit yang berjaga, membungkuk hormat pada raja mereka.

"Buka Pintunya." Ucap Gracio. Pintu hitam Yang terbuat dari besi itu dibuka dengan pelan. Bagian Dalam ruangan terlihat biasa saja. Namun memiliki aura negatif Yang lebih tajam dari saat berada di luar. Yessica mendekati Ranjang putih di mana Mira di baringkan. Sebagian Tubuh Mira berubah menjadi kristal diantara leher dan bagian badannya. Kristal itu semakin menyebar seiring waktu berjalan. Hanya soal waktu sebelum Mira di selimuti kristal dan menjadi batu.

"Nona Aya..." Pinta Chika.

Aya mendekati Tubuh Mira. Dengan kekuatannya Aya mampu mengindentifikasi bagian tubuh manusia layaknya sinar X-ray.
Yessica memperhatikan bagian perut Mira sedikit membengkak. Berbeda Dari biasanya. Sedikit sendu ketika mengingat orang yang dia cintai sebentar lagi akan menjadi ayah dari Orang lain. Namun, Yessica tidak ingin keegoisannya menguasai dirinya.

YESSICA : Pianis Di Tengah Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang