Setelah menempuh Tekanan Yang Teramat Berat dari Puluhan Anak Tangga, Akhirnya Feni Tiba di Puncak dengan Nafas Yang terengah-engah. Energinya sudah terkuras, Bahkan Feni sampai kesulitan berdiri—Akibat Tengkuk Yang terasa lemas.
Pemandangan di sekitar Tiba-Tiba berubah menjadi Kekosongan. Dimana Dinding es Yang sebelumnya Menghiasi Gua dengan Stalaktit dan stalakmit, Tiba-tiba berubah menjadi berwarna Hitam Gelap tanpa Ada benjolan-benjolan Batu Di setiap sudutnya. Kosong dan hampa, Itulah Yang terlihat dalam Retina Mata Feni.
Dia Tidak sempat mengomentari apa Yang terjadi, Dia beristirahat sejenak, Guna mengembalikan Tenaganya. Cahaya kebiruan tiba-tiba bersinar Indah di hadapan Feni. Cahaya itu berasal dari tengah Ruangan Yang berada di puncak tangga, Dimana Feni sedang duduk Untuk memulihkan energinya. Feni tidak tau apa Yang ada di hadapannya. Sebuah Bongkahan es Yang besar dan tebal. Cahaya kebiruan itu, Bersinar dari dalam Bongkahan tersebut.
Feni ingat Kalau Sekarang adalah waktu Bulan darah Bersinar. Energi Dari pedang Pelahap dewa akan beresonansi dengan Warna Merah dari Langit. Tidak lama setelah itu, Cahaya Semerah delima Juga ikut Timbul dari atas Atap yang di naungi Es. Atap Yang Tadinya berwarna Putih bening kebiruan, Sekarang menjadi pemandangan Cahaya merah terang Yang menyinari setiap sudut lantai.
Feni tidak bereaksi tentang kejadian Yang mencengangkan tersebut. Bongkahan es besar di hadapan Feni Mencair dan membentuk sebuah Teratai es Yang menghiasi sebuah Pedang Hitam dengan warna kebiruan di tengahnya. Bongkahan besar tadi, ternyata Di Dalamnya menyimpan pedang Pelahap dewa Milik arc Vallerian. Dua warna Yang menjadi satu, menyinari Pedang tersebut. Pedang itu memiliki energi Negatif Murni Yang kental, Feni Bahkan merasa sesak hanya dengan menatap pedang itu saja. Pedang itu memiliki rantai di Ujung bilahnya. Feni Tidak tau Untuk apa Fungsi Rantai Tersebut. Feni beranggapan Rantai Tersebut merupakan sebuah segel yang sengaja di pasang Oleh Arc Vallerian.
Tidak lama kemudian, Indra pendengaran Feni—Menangkap suara Rintihan Yang Pilu dan menyayat Hati. Feni berwaspada Dengan kedatangan Suara-suara Yang kian mendekat pada dirinya. Rintihan Tersebut semakin mendekat dan Tidak lama kemudian, Puluhan Jiwa-Jiwa menyembur begitu saja, Dari bagian bawah Lantai di setiap sisinya. Lantai tersebut memang berbentuk melingkar tidak berhubungan dengan dinding. Jadi terdapat Celah di setiap sisinya Untuk bisa membuat jalan Bagi Jiwa-jiwa tersebut.
Puluhan Jiwa Itu Bukan Hanya Muncul dari dasar saja, Tapi Juga muncul dari dinding gelap Yang hampa. Rintihan mereka begitu pilu dan menggema. Feni sebisa mungkin menutup telinganya Agar Tidak mendengar rintihan itu. Feni merasakan telinganya seperti di Giling. Sangat menyakitkan dan berdarah. Feni merintih berteriak histeris.
"Berhenti!! Aku mohon. Berhenti!!"
Tentu saja, Para Jiwa Tersebut tidak bisa mendengar rintihan Feni, puluhan Jiwa tersebut, terbang kesana kemari secara Hilir mudik. Erangan yang keluar dari mereka sangat menyiksa Feni Yang merupakan satu-satunya Jiwa Hidup Yang ada di sana.
"Hentikan!!! Hentikan!! HENTIKAN!!!" Seketika suasana menjadi hening setelah Feni berteriak dengan Gelombang Kejut Yang luar Biasa. Jiwa-jiwa tersebut berhenti berkeliaran dan menatap Feni dengan nanar. Sejak tadi Feni Tidak menyadari, Bahwa terdapat sebuah Pianis Yang tepat berdiri di tengah Teratai Es, Tepat di bawah Pedang Pelahap dewa.
Dia masih ingat tentang kekuatan Harmonia Yang di ceritakan Oleh ibunya. Tidak heran selama ini, sering sekali Terdapat Campur tangan dari Sebuah lagu Yang bahkan sering di anggap lemah Oleh orang lain. Feni melangkah, mendekati Piano tersebut, Tapi Jiwa-jiwa itu kembali merintih, yang kali ini lebih keras dan Pilu. Kembali Hilir mudik, bahkan Tak jarang menabrak Feni dan menghalangi jalannya. Jiwa-jiwa tersebut Seakan tidak Ingin Feni Untuk mendekati piano tersebut.
Feni Bukan Orang yang mudah Untuk menyerah, Berapa kali pun Jiwa-jiwa itu menabrak atau menghalangi jalannya, Feni akan tetap berjalan menahan sakit Yang luar Biasa' di telinganya, akibat Rintihan Jiwa-jiwa tersebut. Feni sudah hampir sampai Di dekat Piano, Dan Tidak ada jiwa-jiwa yang berani mendekatinya lagi.
Feni dengan mantap duduk di hadapan Piano tersebut, sebelum itu—Dia mendongak menatap Ujung Bilah pedang di atasnya. Pedang itu tepat melayang di atasnya. Ukuran pedang itu sangat besar, Feni bingung bagaimana Arc Vallerian Bisa menggunakan pedang sebesar ini. Manik mata Feni menangkap sebuah Tulisan Kuno Yang sama dengan yang terukir di dinding Fosfor. Tulisan itu terukir di bilah tajam pedang, dengan Cahaya emas.
Sekali lagi, Feni Bisa membaca Tulisan Tersebut dengan jelas. Dia menduga, Tulisan tersebut adalah Lirik yang lain, Sama dengan Ukiran di Dinding Fosfor Yang sebelumnya dia Lihat. Apa yang akan terjadi, Jika dia menyanyikan lagu itu? Itulah Yang terlintas dalam Benak Feni. Dengan pelan tapi pasti, Feni membuka penutup Piano Yang berwarna Hitam tersebut. Mulai memainkan Tuts dengan jemari lentiknya. Mulai menyelaraskan nada Dengan lirik yang terdapat dalam Ukiran pedang tersebut.
Jadi, segala sesuatu yang membuatku utuh~
Aku milikmu sekarang~
Hei, apa yang membuatku tertawa terbahak-bahak~
Ini pertama kalinya dalam hidupku~
Aku yakin itu aku ah~
Aku penuh dengan kesalahan untuk hari ini~
Aku sedang berjalan di jalan~
Sendirian sepanjang waktu ah~
jauh sekali~
Kamu dan aku akan berpegangan tangan selamanya~
Saya harus bisa pergi kemana saja~
Anda mengatakan Anda tidak sendirian lagi dan tertawa lagi~
Ada sesuatu yang penting untuk dilindungi saat ini~
Tapi saat aku berdiri disana tanpa daya~
Kehilangan potensi Anda dan kegelapan menyelimuti Anda~
Saat kamu akan ditelan oleh keputusasaan~
Karena aku akan menjadi cahaya yang menyinarimu~
Bahkan raja dunia ini tidak dapat menghapusnya~
Jadi, segala sesuatu yang membuatku utuh~
Aku milikmu sekarang~
Hei, ada banyak hal di dunia ini~
Ada kebahagiaan~
Suatu hari nanti jika kita berdua~
seseorang menyebutmu pembohong~
Bahkan jika aku mencoba menyakitimu dengan kata-kata yang tidak berperasaan~
Dunia bahkan tidak mau mempercayai Anda~
Sekalipun aku mencoba memakai mahkota duri~
Aku bisa menjadi satu-satunya sekutumu~
Saya tahu kesepian dan rasa sakit itu~
Jadi, segala sesuatu yang membuatku utuh
Mari kita persembahkan untukmu sekarang wah, aku milikmu~
Jika kamu bisa mengenalku suatu hari nanti~
Karena saya pasti akan berada di sana~
Bahkan jika tidak ada sedikitpun harapan~
Walaupun aku seharusnya tidak ada~
yang tidak akan pernah kamu lupakan~
Saya tahu itu lebih baik dari siapa pun~
jadi aku melakukan segalanya untukmu~
Mari kita persembahkan sekarang~
Sebuah Segel sihir berwarna Biru muda Melingkar berputar di bawah Kaki Feni. Gadis Itu terkejut, Untuk sesaat. Sebelum sebuah Siluet Seorang Dewi Muncul di hadapannya.
"Apa yang terjadi? Siapa kau?" Tanya Feni pada sosok tersebut.
"Aku Athena, Pemimpin para Malaikat."
KAMU SEDANG MEMBACA
YESSICA : Pianis Di Tengah Hujan
FantasyKasta yang berbeda mengharuskan mereka berdua berpisah. Meski kenyataan sangat sulit di tentang. Keduanya Hidup dalam senyuman palsu. Yessica hanya anak dari seorang penjahit, sedangkan Ara adalah seorang pangeran kerajaan. Takdir memang sangat keja...