Mentari Fajar Mulai menampakan Bias Yang menyoroti Bumi. Tidak terkecuali dengan sudut luas di permukaan Bumi yang penuh dengan dominasi Dari warna Violet. Dua Insan Yang tertidur lelap Mulai mengerjap perlahan.
Ara Membuka matanya dan sepersekian detik, pangeran Tampan itu terkejut. Disampingnya, sosok gadis Cantik Bak Dewi surgawi tengah tertidur lelap, dengan bantalan Tangan Ara.
"Ye-yessica......" Gumaman Ara mungkin sedikit membuat gadis itu terganggu. Yessica membuka mata jelitanya dan tersenyum simpul pada Pria di sampingnya.
"Selamat pagi...." Ucapnya.
"Kenapa....Bisa?" Tanda tanya masih membayangi Ara. Dia sama sekali tidak Ingat apa yang terjadi semalam. Yang dia tau, samar-samar dia mendengar alunan nada yang indah tepat sebelum dia tidak sadarkan diri.
Yessica bangun Untuk membiarkan Ara melemaskan tangannya. Bukan pagi yang indah bagi Yessica. Karena Hari ini, dia akan pulang ke kerajaan Kagami sebagai Putri mahkota terhormat. "Maaf, Bukan maksudku untuk menahan mu. Aku hanya ingin merasakan tinggal bersama denganmu Untuk yang terakhir kalinya." Nada sendu dari Yessica kembali menjadi Tanda tanya Bagi Ara.
"Kamu...mau kemana?"
Yessica lebih dulu mendongak kelangit pagi yang Biru tanpa arakan Mega. "Hari ini aku akan pulang ke kerajaan Kagami. Aku harus menjalani kewajibanku sebagai Putri raja, sekaligus tugasku sebagai Pemilik tubuh Bulan suci. Sebagai putra mahkota, kau juga seharusnya mengerti kan."
Ya, Ara mengerti itu. Bukan haknya Untuk melarang Yessica pergi. Sekarang dia Bukan siapa-siapa Untuk Yessica. Bahkan status mantan kekasihnya ini sekarang jauh lebih tinggi darinya. Ara bangun dan duduk di samping Yessica. Menemaninya untuk Yang terakhir kali. "Aku mengerti. Tapi bisakah jelaskan padaku, Apa yang terjadi tadi malam?" Ucap Ara.
"Bukan apa-apa. Kau ingat tentang mimpi yang selalu menghantuimu belakangan ini?"
"Ya"
"Mimpi itu Adalah energi jahat Yang menyerangmu. Dan akulah yang sudah melakukannya."
"Aku tidak percaya jika itu kau, Aku tau kau orangnya seperti apa Yessica."
"Kau benar-benar percaya padaku?"
"Tidak ada orang yang lebih ku percaya selain dirimu. Selama setahun hubungan kita....aku sudah mengenalimu lebih dari siapapun."
"Ya, kau benar. Lebih tepatnya jiwa jahat dalam diriku yang melakukannya."
"Jiwa jahat?"
"Kau bisa menyebutnya sebagai jiwa keduaku. Dia tercipta Dari kenaifanku yang tidak bisa lepas darimu. Tapi aku sudah menetralkan nya."
"Jadi tadi malam...."
"Ya, Selama kau tidak sadarkan diri. Jiwa jahat yang kutanam dalam dirimu sudah lenyap sepenuhnya. Dan tidak ada lagi alasan untuku tinggal." Yessica bangun membersihkan pakaiannya dan beranjak pergi.
TAP
Ara menarik tangan Gadis itu Dan mendekapnya dari belakang. "Maaf jika selama ini aku sudah membuatmu terluka. Jika waktu bisa di ulang kembali, aku ingin mengembalikan semua yang sudah kuhancurkan."
"Jika waktu bisa di putar kembali, Aku lebih ingin tidak pernah bertemu denganmu." Ucap Yessica.
"Kau membenciku sedalam itu?"
"Tidak, Awalnya memang iya. Tapi aku sadari... aku tidak akan pernah bangkit jika terus ditekan oleh rasa sakit." Untuk beberapa menit keduanya hening. Membiarkan angin sepoi-sepoi menerbangkan anak rambut mereka.
"Apa Kita bisa bertemu lagi?"
"Entahlah. sekarang kita berdua memiliki tanggung jawab masing masing. Kau juga punya istri yang harus kau bahagiakan."
"Asal kau tau Yessica. Aku tidak pernah mencintai Mira sedikitpun. Semua Pernikahan ini murni dari orang tuaku. Satu satunya orang yang kucintai itu Adalah kamu."
"Jika benar begitu, kenapa kau tidak mau berjuang bersamaku. Mempertahankan Hubungan kita. Semua itu karena rasa Cintamu hanya setengah, Ara. Cinta sejati Tidak akan perduli dengan hal apapun. Ketika dua orang yang benar-benar mencintai bersatu. Rintangan apapun dapat mereka lewati. Aku pikir kau dan aku adalah pasangan yang seperti itu.." Ara terdiam. Apa yang di katakan Yessica memang benar. Dia terlalu pengecut untuk mengetahuinya.
"Maaf..ini salahku."
"Sudah terlambat. Aku juga tidak menyalahkanmu. Untuk yang terakhir kalinya. Aku ingin bilang kalau aku mencintaimu."
"Aku juga mencintaimu Yessica. Selalu dan selamanya."
"Tidak selamanya. Cobalah untuk mencintai Mira. Aku juga tau kalau kalian sudah melakukan itu...." Ara terdiam. Tidak mudah untuk menyembunyikan sesuatu Dari Yessica.
"Memang. Tapi sekali lagi, itu bukan keinginanku."
Yessica menghembuskan nafas pelan, sebelum akhirnya berucap....."sudah siang, Adikku sudah menunggu..." Yessica meminta Ara untuk melepaskan dekapannya. Tapi Ara tetap tidak bergeming di tempatnya.
"Ara......"
"Sebentar saja. Aku ingin menghirup Aroma tubuhmu." Yessica berbalik dan—
CUP
melumat bibir Ara dengan Cepat. Ara awalnya terkejut sebelum akhirnya membalas lumatan Yessica. Selang beberapa menit, keduanya melepaskan pagutan untuk mencari oksigen.
"Sampai jumpa....." Yessica berlari menjauh dari Ara yang masih diam menatap kepergiannya.
***
"Ara...darimana kamu?" Tanya Mira dengan sinis. Ara berdecak, Benar-benar menyebalkan bertemu dengan gadis sok manja ini.
"Bukan urusanmu." Ucap Ara datar.
"Apa kau Bilang? Bukan urusanku? Aku istrimu, dan aku berhak tau segalanya." Ucap Mira dengan nada sedikit meninggi.
"Istri? Kau pikir aku menganggapmu istriku? Jika bukan karena martabat kerajaan Felip, Aku sudah menceraikan mu." Ucap Ara sambil berlalu pergi.
"Ara!" Mira emosi, Dengan tingkah suaminya.
***
"Kak Chika darimana, Kok matanya sembap?" Tanya Christy saat dia sampai di rumah Aya.
"Nggak dari mana-mana kok. Kakak Cuma habis Cuci muka aja di danau. Trus mata kakak kemasukan air." Bohong Chika.
"Jauh banget, Cuci muka sampai ke danau."
"Iya, Tadi sambil jalan-jalan dulu. Kan ini hari terakhir kita disini."
Tidak lama Aya datang menghampiri kedua Gadis itu. "Putri Yessica, Putri Christy, Mari kita berangkat. Utusan Kerajaan Kagami sudah lama menunggu, di perbatasan." Ucap Aya. Kedua Gadis itu mengangguk mengerti.
Keduanya keluar Dari rumah yang selama ini mereka tinggali. Berat bagi Yessica untuk pergi, dia besar di tempat ini. Sudah menjadi rumah yang nyaman Bagi Gadis remaja itu. Tapi takdir mengharuskannya Untuk berjalan lebih jauh kedepan.
"Bagaimana dengan Ibu Eli dan Ayah Gito?" Tanya Yessica. Meski Eli dan Gito Hanyalah pelayan yang di tugaskan untuk membesarkannya, Yessica selalu menganggap mereka Adalah orang tuanya sendiri.
"Mereka sudah menunggu di perbatasan, Putri." Ucap Aya. Yessica mengangguk. Di jalan setapak tengah Hutan, Yessica berhenti sekejap dan menoleh ke belakang.
Hal yang sama terjadi di istana, Ara berdiri di balkon kamar, menatap Nun jauh ke depan. Tapi tatapannya tepat menuju suatu sudut di hutan.
"Sayonara...Ara" Batin Chika.
"Kak Chika...Ayo nanti ketinggalan!" Teriak Christy. Yessica tersenyum melihat adik kecilnya. Tidak ada pertemuan yang abadi, Jika bisa...dia tidak ingin bertemu dengan Ara dari awal. Lalu, apa dia bisa mendapatkan Sosok pengganti seperti Ara?
Yessica berlari di bawah rimbunan pepohonan. Menghampiri Adiknya dan Aya yang menunggu akibat menunggunya yang tengah melamun. "Maaf ya....Yuk lanjut lagi." Ucap Yessica.
Pandangan Ara masih tidak lepas dari sudut Hutan. Meski dia tidak bisa melihat apa yang ada di dalamnya, Tapi dia yakin kalau penglihatannya tepat.
"Sayonara.... Yessica."
KAMU SEDANG MEMBACA
YESSICA : Pianis Di Tengah Hujan
FantasyKasta yang berbeda mengharuskan mereka berdua berpisah. Meski kenyataan sangat sulit di tentang. Keduanya Hidup dalam senyuman palsu. Yessica hanya anak dari seorang penjahit, sedangkan Ara adalah seorang pangeran kerajaan. Takdir memang sangat keja...