Chapter 22 : Tekad Putri Bulan

78 9 0
                                    

"Lapor Yang mulia, Pangeran Zahran Dari kerajaan Felip, memaksa untuk bertemu dengan Putri Yessica." Laporan Dari Prajurit itu membuat Yessica tercekat dan bertanya tanya.

"Mau apa dia?" Tanya Jinan.

"Hamba Kurang tau, Yang mulia." Jinan berfikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Biarkan dia masuk." Perintah Jinan.

Setengah menit berlalu menunggu, Ara dengan Gagah masuk ke aula singgasana. Dimana sudah Banyak Orang menunggu dan menatapnya. Pandangan Ara dan Yessica bertemu untuk sekilas, Sebelum akhirnya pandangan Ara tertuju pada Jinan. Yessica Bisa membaca, Ada ekspresi berbeda Dari Ara. Sangat berbeda dengan Yang sering dia tunjukan. Ara membungkuk memberi Hormat.

"Salam Yang mulia." Ucapnya. Jinan mengangkat tangannya, mempersilahkan Ara berdiri.

"Kau masih ingat Ucapan ku terakhir kali, pangeran Ara?" Ucap Jinan dengan dingin. Yessica menunduk, dia tau ayahnya masih marah dengan apa Yang mereka lakukan saat malam itu.

"Hamba mengerti yang mulia. Tapi tujuan hamba kesini, Untuk meminta bantuan Putri Yessica." Ucap Ara dengan sendu.

"Bantuan?" Tanya Jinan Tidak mengerti.

Di bawah tatapan semua orang, Ara menceritakan bahwa istrinya terkena Virus Apocalypse. Penyebarannya semakin Ganas dan Hanya Pill Divine Aurora Yang Bisa menyembuhkannya. Mendengar Cerita Ara, Jinan Mengangguk mengerti.

"Saat Ini situasinya sedang kacau. Bukan hanya Istrimu saja yang membutuhkan Pill itu, Tapi semua Orang Yang terkena dampaknya Juga membutuhkannya. Pill Yang begitu langka sangat sulit Untuk di Buat. Aku tidak Bisa memaksakan Putriku Untuk lebih mementingkan Istrimu." Ucap Jinan.

Ara menunduk, Dia bisa mengerti situasi sekarang. Jika dia tetap memaksakan kehendaknya, Semua Orang akan berfikir Bahwa dia Adalah Orang yang Egois. Tapi Jika tidak, Ara akan sangat merasa Bersalah Pada Mira. Ditambah sekarang dia sedang hamil. Situasi Yang hening itu dipecahkan oleh sebuah suara Yang lembut.

"Bagaimana kondisinya sekarang?" Semua Orang termasuk Ara menoleh Pada Yessica. Dia Bangun dan menghampiri Ara di hadapan semua orang. "Apa kondisinya sangat Parah?" Ulang Yessica Lagi.

"Aku tidak Bisa memastikannya. Tapi putri yessica—" Ara bersujud di hadapan Yessica di bawah tanda tanya semua Orang. "Saya tidak akan memaksakan keegoisan saya kepada anda Putri. Tapi saya memohon satu Hal. Saya Ingin putri menyelamatkan Bayi Yang ada dalam kandungan istri saya." Semua Orang sangat terkejut dengan Penuturan Ara. Bagi Yessica seperti di sambar sebuah petir hebat Yang menggelegar.

Bayi? Ara akan menjadi seorang ayah?

Sakit Yang begitu Dalam, menyayat relung hati seorang Yessica Tamara. Dia tau Cepat atau lambat ini akan terjadi. Meski dia berfikir sudah siap menerima kenyataan seperti ini suatu saat nanti, Tapi tetap saja Rasanya sangat sakit. Yessica mengepalkan Tangannya dan hanya Jinan yang menyadarinya. Sebagai seorang ayah, dia Juga tidak Bisa berbuat apapun. Dia tau Putrinya masih mencintai pangeran negeri Felip itu.

Tanpa memperdulikan Ara, Yessica berbalik menghadap Ayahandanya. "Ayah, Ijinkan aku pergi ketanah Felip." Pinta Yessica dengan Hormat.

"Kamu yakin, Saat ini kamu menjadi Pusat perhatian semua orang berkat Pill yang kamu Buat. Jika kamu mementingkan hal pribadi, Akan banyak Orang yang berfikir negatif tentang dirimu. Kamu sudah siap untuk itu?" Ucap Jinan.

Yessica mengangguk mantap, "aku hanya ingin melihat kondisi nya dulu, Tidak ada urusan pribadi dalam hal ini. Jika hanya aku Yang bisa menyelematkan semua orang dari bencana ini, Meski sampai Tetes darah terakhirku, Aku akan menyelamatkan Mereka satu persatu." Sekejap mata Jinan membulat. Sosok Istrinya begitu jelas nampak dalam diri Yessica, Bukan hanya kecantikannya Yang menurun pada Putrinya, Tapi sikap Bijak dan keberanian Yang besar dalam jiwanya.

Jinan tertawa lebar, "Itu Baru putriku....." Ucap Jinan.

"Aya..." Lanjut Jinan.

"Saya yang mulia..." Ucap Aya.

"Kau ikut bersama Yessica ketanah felip. Bawa beberapa Perajurit bila perlu." Ucap Jinan.

"Baik yang mulia." Ucap Aya. Yessica senang, Ayahnya menyetujui permintaannya.

"Yessica...." Gumam Ara dan hanya bisa di dengar oleh Yessica. Gadis Cantik itu menoleh. "Terima kasih...." Ucap Ara sambil berkaca-Kaca.

"Tidak perlu...Aku hanya ingin kau berjanji Untuk menjadi ayah yang baik Untuk anakmu." Meski sakit untuk mengatakan itu. Yessica mencoba tegar dengan kenyataan.

Kilatan Mata Aya terfokus pada Gelang Hijau yang melilit pergelangan tangan Ara. Perempuan itu berdiri dan menghampiri Yessica dan Ara. "Pangeran Ara, Boleh saya tau Darimana Anda mendapatkan Gelang itu?" Tanya Aya. Ucapan Aya kembali menjadi Tanda Tanya bagi semua Orang. Sekarang Spotlight terfokus Pada Mereka Berdua.

"Aya..apa ada yang aneh dengan Gelang itu?" Tanya Jinan penasaran.

"Yang mulia, Gelang yang di pakai pangeran Ara, Terbuat Dari Batu Katalis Hijau. Dan Batu Itu hanya Ada Di kedalaman Bangsa Iblis." Ucap Aya. Bukan Hanya Jinan Tapi Ara Sebagai pemilik Gelang itu Juga terkejut.

"Bagaimana mungkin? Saya mendapatkan Batu ini Dari seorang pengemis Yang kelaparan di tengah Hutan." Ujar Ara.

"Bagaimana Ciri-Ciri pengemis Tersebut?"  Tanya Aya Lagi.

"Dia memiliki penampilan Yang compang Camping dengan Rambut Putih panjang Yang berantakan."

"Apa Ada Ciri Khusus?"

"Ya...Dia memiliki Garis Hitam di atas matanya." Jawab Aya.

"Begitu...."

"Nona Aya...Apa ada yang aneh dengan pengemis tersebut?" Tanya yessica.

"Menurut sepengetahuan saya, Dia Adalah Feni. Putri pertama Kerajaan bangsa Iblis. Bangsa Iblis umumnya memiliki Rambut Hitam dan merah Yang mendominasi. Jika dia memiliki rambut putih seperti Ucapan pangeran Ara, Itu berarti dia memiliki salah satu Dari tubuh Suci, Sama dengan Putri Yessica." Jelas Aya. Kembali Yessica tercekat.

"Benarkah?" Aya mengangguk.

"Kita kesampingkan Dulu masalah itu. Sekarang tujuan Kita adalah Virus Apocalypse Yang sudah menyebar. Menurut Info dari pengamat, Meteor Yang jatuh sudah sepenuhnya terkikis dan menghilang. Kemungkinan besar Virus ini menyebar akibat pengikisan meteor tersebut." Ucap Jinan.

"Yessica...Berhati-hatilah Dalam perjalanan." Ucap Jinan.

"Baik Ayah..."

***

"Yessica....." Ucap Ara saat mereka di tengah perjalanan.

"Hm?" Balas Yessica tanpa menoleh pada Ara. Dia sedang sibuk menatap langit Biru dari jendela Tandu.

"Sekali lagi terima kasih?" Ucapan Ara semakin sendu di telinga Yessica.

"Sudah kubilang tidak perlu. Aku ikut Gembira mendengar Mira Sedang Hamil." Ara tidak berkomentar tentang itu.

"Jika kau ingin berterima kasih padaku, jadilah Ayah yang baik. Anggap saja Kita tidak pernah menjalin Hubungan di masa lalu."

"Yessica...."

"Tapi, Jika kau mencampakannya, Aku sendiri Yang akan menghajarmu." Ucap yessica tajam.

Ara tersenyum sambil berkata, "aku akan merawatnya dengan Baik." Ucapnya. Yessica Tipis tersenyum. Senang melihat orang Yang dia Cintainya bahagia. Meski bukan dia sumber kebahagiaan itu.

BRUKK

Rombongan Itu tiba-tiba berhenti mendadak. Yessica bertanya Tanya apa Yang terjadi. Christy Sebenarnya memaksa Untuk ikut dalam perjalanan. Tapi saat ini dia sedang nyaman tertidur di pangkuan Aya. "Apa Yang terjadi?" Tanya Aya pada pengawal.

"Maaf Nona Aya, Putri Yessica. Di depan Ada seorang pengemis wanita Yang terkapar tidak sadarkan diri." Ucap pengawal.

"Apa?"

YESSICA : Pianis Di Tengah Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang