"Kenapa kau kesini?" Shanju masih saja bersikap Acuh Tak Acuh. Namun dalam Hatinya, Sudah berdenyut dengan kedatangan sang Raja Iblis. Boby sedikit terkekeh, sebelum akhirnya menghampiri sang Ratu Tanah Glory dan duduk di sampingnya.
Tidak ada pembicaraan Selama beberapa menit, sebelum akhirnya Boby berniat mencairkan suasana. "Hari Yang indah." Ucapnya mendongak ke langit.
"Ya." Balas Shanju singkat.
"Kau Tidak Mungkin kesini, Tanpa ada tujuan kan?" Tanya Shanju.
"Entahlah, Aku tidak Yakin harus mengatakannya atau Tidak." Ucap Boby sedikit kikuk.
"Aku tau apa Yang ingin kau katakan, Aku hanya Ingin tau alasannya." Ucap Shanju.
Boby menoleh pada Perempuan di sampingnya. "Seperti yang kau Tau sendiri, sejak kecil-Aku selalu Hidup dengan Tekanan. Orang tuaku meninggal ketika aku balita. Jika Nona Glory tidak merawatku, Aku Tidak tau, Bagaimana hidupku sekarang." Ucap Shanju.
"Aku mengerti kau Tidak mudah Untuk percaya dalam menjalin sebuah Hubungan. Banyak Orang yang sudah melamar mu, Namun Aku tau kau sama sekali Tidak tertarik dengan mereka. Aku juga Tidak ada bedanya dengan mereka semua. Aku menyukaimu, Tapi aku Tidak tau bagaimana membuatmu Yakin." Ucap Boby.
Shanju sedikit terkekeh, dan hal itu sontak membuat pertanyaan di benak Boby, "Apa kau Juga berbicara seperti itu, pada Mendiang istrimu dulu?" Ucap Shanju.
"Tidak, Di dunia ini, Aku hanya mencintai dua Orang saja." Ucap Boby.
"Dua Orang?" Tanya Shanju.
"Milenia, Hanya karena Aku terlalu lemah, Aku Tidak bisa melindunginya dan menyebabkan dia menjadi iblis." Ucap Boby.
"Kau masih mencintainya sampai sekarang?" Tanya Shanju.
"Ya."
Shanju mendengus pelan sambil tersenyum kecut, "Kau masih mencintainya, Tapi sekarang kau malah mendekati ku. Pria memang tidak bisa di percaya." Ucap Shanju. Dia beranjak berdiri meninggalkan Boby.
"Shanju tunggu." Dengan Cepat Boby mendekap Shanju dari belakang, membuat perempuan itu menghentikan langkahnya.
"Ada apa? Kau masih ingin mengejarku?"
"Aku tau aku memang seorang bajingan, Tapi Aku juga mencintaimu."
Shanju berdecih, "Kau tau kalau aku Tidak suka dengan Orang yang Plin plan. Jika kau masih mencintai orang di masa lalumu, Kau Tidak akan pernah tulus Untuk mencintaiku."
"Maaf," ucap Boby mengertakan pelukannya.
"Aku memang mencintai Milenia, Tapi dia adalah masa laluku, Aku mencintaimu Tulus. Jadi Tolong, beri aku kesempatan." Ucap Boby.
"Kenapa aku harus memberimu kesempatan? Kau harus meyakinkan dirimu sendiri." Ucap Shanju.
"Apa kau Benar-benar membenciku?" Tanya Boby.
"Aku Tidak punya alasan Untuk membencimu, Aku hanya Tidak suka dengan sikap Plin plan mu itu." Ucap Shanju.
"Apa Yang harus aku lakukan, Untuk membuatmu percaya?" Tanya Boby.
"Entahlah, Aku bingung."
Keduanya masih terdiam dalam hembusan angin musim semi. Pepohonan yang bergoyang, adalah saksi bisu Untuk Hubungan Yang Tidak pernah jelas di Antara mereka. Dalam hati terdalam, Shanju-Dia mencintai Boby begitu Dalam, Begitu juga sebaliknya. Namun dalam sebuah Hubungan, Sangat di butuhkan sebuah keyakinan. Dan hal itu Yang belum mereka miliki. Lalu entah kapan, Garis Cinta mereka akan menjadi sebuah Ikatan benang merah.
***
Turnamen sudah resmi di mulai, Setelah Jinan Sebagai raja Tanah Kagami menyampaikan Pidato singkat, Riuh rendah dari jutaan penonton yang hadir, mengisi seluruh Aula Turnamen.
"Aku Tidak melihat, Raja Iblis dan Ratu Glory sejak tadi." Ucap Frizly.
"Mereka ada di bukit belakang." Ucap Cindy.
"Sedang apa?" Tanya Frizly.
"Jangan berpura-pura tidak tau seperti itu." Ucap Sinka tanpa menoleh.
Tidak Lama, Dari belakang panggung yang Khusus di sediakan Untuk para penguasa tanah Utama, Boby dan Shanju berjalan menghampiri. "Urusan kalian sudah selesai?" Tanya Frizly terkekeh kecil.
"Diamlah." Ucap Shanju Cuek. Sedangkan Boby, Tidak bersuara sejak datang. Dia masih memikirkan tentang apa Yang akan terjadi Antara dirinya dengan Ratu Tanah Glory.
"Feni, Adikmu kemana?" Tanya Boby, Feni Yang sedang Mengobrol dengan Christy menoleh pada Ayahnya.
"Entahlah, Mereka Bilang akan menemui seseorang." Ucap Feni.
***
"Salam Yang mulia." Ucap Gracio memberi Hormat ketika Vino dan Yessica Menghampiri tempatnya.
"Tidak perlu sungkan. Aku kesini hanya Ingin menemui keponakan kecilku." Ucap Yessica. Dia kemudian menghampiri Mira dengan seorang Bayi di pangkuannya.
Yessica memang sudah mendapatkan kabar, kalau Mira Sudah melahirkan. Hal itu tentu menjadi kebahagiaan tersendiri baginya. Dia juga berharap bisa segera di berikan seorang buah Hati bersama dengan Vino.
"Putri." Ucap Mira memberi hormat.
"Sudah kubilang, panggil saja Yessica." Ucapnya sambil tersenyum.
Yessica kemudian mengambil Sang bayi kecil dari pangkuan Mira menjadi kedalam pangkuannya. "Sangat Cantik." Ucap Yessica.
"Kamu juga kapan akan menyusul?" Tanya Mira.
"Entahlah, Kita tunggu saja." Ucap Yessica.
Dia mungkin mengenang kembali, bagaimana dirinya kecil dulu. Mungkin sang Ibu juga memperlakukan Hal Yang sama pada dirinya.
Karena waktu sudah kunjung berlalu, Jinan sebagai tuan rumah, Tidak Ingin berlama-lama lagi, Setelah berseru Kalau turnamen akan di mulai, seluruh Peserta Mengambil Nomor Undian dari tempat Yang sudah di siapkan. Mereka Yang mendapat Nomor yang sama, Akan menjadi lawan di Turnamen ini.
"Yessica Boleh aku tanya sesuatu?" Ucap Mira.
"Tanya apa?"
"Sebenarnya apa Tujuan dari turnamen ini?"
"Selain Untuk memperingati perayaan tradisi Tanah Kagami, Tujuan dari turnamen ini juga Untuk mencari Tubuh Suci ter-akhir." Ucap Yessica.
"Begitu, Namun-Dari sekian banyak Orang, kemungkinannya Memang lumayan besar." Ucap Mira.
"Iya, Selain itu-Turnamen ini juga bisa menjadi kesempatan untuk melihat kemampuan dari generasi baru yang berbakat."
Arena sudah di tempati dengan dua Orang Yang sedang bertarung. Turnamen ini Tidak memperbolehkan Untuk saling membunuh, Siapa Yang tidak sanggup berdiri, Maka dia yang Akan kalah.
Sudah beberapa babak Yang terlewati, Sekarang adalah Babak terakhir Untuk Hari ini. Seorang pria berambut panjang berwarna Putih, dengan setelan seorang Petualang, memasuki arena pertandingan.
Pria tersebut terlihat sangat santai, berbeda dengan lawannya Yang sudah menyiapkan kuda-kuda.Namun, ketika pertandingan di mulai, lawan Pria itu hendak maju Tapi sudah rubuh tanpa sebab. Dengan ekspresi datar, Pria itu menjadi pemenangnya dan kembali turun dari arena. Semua Orang termasuk Yessica tercengang dengan apa Yang baru saja terjadi. Sebuah kemustahilan yang tidak mungkin.
"Apa Yang terjadi? Dia bahkan tidak bergerak sama sekali." Ucap Ara.
"Kamu tau?" Tanya Yessica pada Vino.
"Itu teknik ilusi." Ucap Vino.
KAMU SEDANG MEMBACA
YESSICA : Pianis Di Tengah Hujan
FantasyKasta yang berbeda mengharuskan mereka berdua berpisah. Meski kenyataan sangat sulit di tentang. Keduanya Hidup dalam senyuman palsu. Yessica hanya anak dari seorang penjahit, sedangkan Ara adalah seorang pangeran kerajaan. Takdir memang sangat keja...