Chapter 58 : Orang Yang Di Cari

70 8 0
                                    

Pada Malam Dibawah Naungan Ribuan Bintang, Seorang Pria dengan Rahang Yang tegas, berwibawa Dan berjiwa kesatria, Mendongak menatap Lingkaran sempurna Bulan Purnama. Angin sepoi-sepoi tak kuasa menggoyahkan dirinya dari Renungan Yang hanya dia sendiri Yang tau.

***

Turnamen Hari kedua Dimulai kembali. Seperti biasa, Hanya Ada beberapa Orang Yang akan bertanding Hari ini, Termasuk dengan si pengguna teknik Ilusi Yang membuat semua Orang terpesona. Hari Ini juga, Terdapat pengumuman Kalau Feni, Putri kerajaan Iblis. Akan Ikut serta menjadi Lawan terakhir Dari Sang pemenang. Hal ini di usulkan Oleh dirinya sendiri. Feni Sangat penasaran dengan Orang Yang memiliki Teknik Ilusi Yang dia Lihat kemarin.

Selain itu, dia juga ingin melihat seberapa kuat Generasi Dari Seluruh Benua Atlantis. Pertarungan sudah kembali di Mulai, Tidak ada hal Yang menarik di awal, Sebelum Akhirnya sang pengguna teknik Ilusi, Melangkah ke Arena. membuat suara riuh rendah dari semua penonton. Tak terkecuali dengan Para penguasa.

Boby sedikit terkekeh, dia kemudian menoleh pada Feni di sampingnya, "Dia Anak Yang menarik. Bagaimana kalau dia menjadi menantu Tanah Iblis?"

"Entahlah, Dia memang menarik dan Juga misterius." Ucap Feni.

"Kau menyukainya?" Goda Boby.

"Tidak." Jawab Feni Cuek.

"Ayah masih terkejut, kenapa Kau Ingin Ikut dalam Turnamen Ini." Ucap Boby.

"Aku hanya Bosan, selain itu-Aku Ingin melihat kemampuan seberapa Kuat Generasi sekarang."

"Kau Tidak lebih tua dari mereka, Jangan merasa dirimu paling tua." Ucap Boby.

"Ya, ya, ya, Aku Tau."

Sedikit senyuman Tipis terlukis di wajah Shanju, ketika Melihat percakapan Boby Dan Putrinya barusan. Rona merah Di wajahnya Mulai Timbul, Ketika dia mengingat apa Yang terjadi antara dirinya dan Boby semalam.

Flashback...

"Kenapa kau memintaku ke sini?" Tanya Shanju, menghampiri Boby Yang sedang Duduk di Bukit kecil sambil memanggang Kelinci kecil Yang entah darimana dia dapatkan

"Malam Yang indah, Sayang kalau melewatkannya." Ucap Boby, Menoleh pada Bulan Purnama.

"Kau hanya berniat menggodaku saja." Ucap Shanju Tanpa ekspresi, Lalu duduk di samping Boby.

"Jangan terlalu berfikir buruk tentangku, Ucapanmu setengah benar." Ucap Boby Nyengir.

"Menyebalkan" Shanju membuang mukanya ke arah Lain. Tapi alasan sebenarnya adalah Untuk menyembunyikan Rona merah Yang Tiba-tiba Muncul.

"Kau suka Daging kelinci?" Boby memberikan sepanggang Kelinci Bakar Yang sudah matang pada Shanju. Wanita itu menerimanya Tanpa berekspresi. Kemudian dia mendongak menatap langit malam.

"Kau benar, malam Ini sangat indah." Ucap Shanju.

"Benarkan, Tidak salah Aku mempertaruhkan kepalaku Untuk mengundangmu Kesini." Ucap Boby.

"Ucapanmu membuatku seperti Seorang Pembunuh."

Boby tertawa Ringan, "Bukankah begitu, Kau sudah mencuri Hatiku, Itu Tidak ada Bedanya dengan membunuhku." Ucap Boby menoleh.

Shanju Tidak menjawab, sebaliknya Dia menyandarkan kepala pada Pundak Boby. "Bisakah kau meyakinkanku, kalau Aku memang harus mencintaimu?" Ucap Shanju.

"Aku sudah melakukan apa Yang harus Aku lakukan. Aku Tidak akan memaksamu, Jika kau Tidak mencintaiku. Kau memiliki pilihanmu sendiri Untuk bahagia."

"Tidak ada Yang akan membuatku bahagia, selain Melihat Orang Tuaku Hidup kembali." Ucap Shanju.

"Kau masih memiliki aku." Ucap Boby menoleh sambil sedikit tersenyum simpul.

"Kau tidak berhenti menggodaku, Jika terus seperti itu aku akan Muak denganmu." Ucap Shanju.

"Baiklah aku akan berhenti." Boby sedikit terkekeh. Membuat Gadis ini kesal, Adalah Hiburan tersendiri baginya.

"Apa kau pernah mengeluh, ketika membesarkan Dua Orang anak?" Boby sedikit mengernyit. Kenapa Shanju Menanyakan Hal Yang seperti itu.

"Tidak juga, Aku bangga melihat mereka Bisa Tumbuh dewasa. Bahkan aku senang, Vino sudah menemukan Tambatan hatinya sekarang." Ucap Boby.

"Lalu bagaimana dengan Putri pertamamu?"

"Feni sudah Bisa menentukan Jalan Hidupnya sendiri. Dia tau apa yang terbaik baginya."

"Kau ayah yang hebat."

"Aku berharap kau Bisa menjadi Ibu bagi mereka." Ucap Boby.

"Bukankah kau Bilang Tidak akan menggodaku lagi?"

"Aku Tidak menggodamu, Aku serius mengatakan Itu." Ucap Boby.

"Entahlah, Aku mengantuk." Shanju beranjak Dari tempatnya dan berniat Untuk pergi. Tapi tubuhnya kembali tertarik dan duduk di pangkuan Boby.

"Apa Yang kau lakukan, Kau ingin mati." Ucap Shanju tajam.

"Mati di tangan Orang Yang ku Cintai, Tidak masalah Untuku." Ucap Boby tersenyum.

"Kau memang berengsek, lepaskan aku." Ucap Shanju meronta.

"Kau Harus menciumku dulu, Nona manis."

"Lepaskan aku, Atau Kau akan menyesal." Ancam Shanju.

"Sudah kubilang, Kau harus-"

Cup

Dengan Cepat Shanju mencium Tepat Pada Bibir Boby, lalu membuang mukanya ke sembarang Arah.

"Aku sudah melakukannya, sekarang lepaskan aku." Ucapnya.

"Lakukan dengan benar." Boby menarik wajah Shanju, Tanpa sepengetahuannya. Boby mencium Bibir shanju dengan lembut. Hal itu refleks membuat Shanju membulatkan matanya, Serta memukul-mukul Dada Boby Agar Dia melepaskan pagutannya. Tapi Boby sama sekali Tidak menurut. Lama kelamaan, Shanju menyerah dan akhirnya membalas Lumatan Boby, serta mengalungkan tangannya pada leher Boby.

***

Kembali Rona merah itu membuat Wajah shanju terbakar. Bisa-bisanya dia Terlena dengan perlakuan kurang ajar Boby semalam.

Riuh rendah, Sorakan Dari penonton menyadarkan Shanju dari lamunannya. Semua Penguasa Di benua Atlantis, Tercengang dengan kemenangan Dari Pria pengguna teknik ilusi kemarin. Dia lagi-lagi menjatuhkan Lawannya Tanpa bergerak.

"Sangat menarik." Ucap Boby.

"Dia akan menjadi lawan Yang tangguh." Balas Feni.

Sedangkan di sisi lain, di tempat Yessica berada. Dia dengan intens mengamati Peserta yang membuat semua Kerajaan Terkejut dengan kekuatannya.

"Bagaimana menurutmu?" Tanya Yessica menoleh pada Vino.

"Bagaimana apa?" Tanya Vino kembali.

"Aku Tidak merasakan apapun Darinya, Aku Pikir dia Sama seperti kita."

"Aku juga Berfikir demikian. Namun, Bisa saja dia memang Orang yang Kita Cari, Tapi kasusnya sama denganku sebelumnya." Jelas Vino.

"Tubuh sucinya, di segel?"

"Mungkin saja." Balas Vino.

Di tengah Arena, Pria yang sedang menjadi pembicaraan Hangat itu, mendongak tepat pada seseorang Gadis Yang sedang duduk di Samping Raja Iblis.

'Aku menemukanmu'

YESSICA : Pianis Di Tengah Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang