Chapter 48 : Joan Of Arc

65 8 3
                                    

"Kalian Yakin, Mau pergi ke Gua Trilogy? Tempat Itu sangat berbahaya. Bahkan Ayah sekalipun Tidak Bisa sembarangan masuk ke sana." Ucap Boby.

Pagi Itu—Yessica, Feni, Dan Vino memutuskan Untuk pergi lebih awal ke Gunung Lucifer. Mereka Tidak Bisa menunggu waktu lebih lama lagi. Ada sesuatu Yang harus mereka ketahui di Gua tersebut.

"Kami sudah memutuskan-nya. Sebagai pemilik Tubuh Suci, Setiap Hal Yang berkaitan dengan Raja Tanpa mahkota, Tentu ada hubungannya dengan kami." Ucap Vino.

"Baiklah, Kalian harus berhati-hati. Tempat itu memiliki waktu yang relatif berbeda dengan Dunia Luar. Satu tahun di Dalam Gua itu, Sama dengan Seminggu di dunia nyata. Tidak ada Yang tau persis, seperti apa Gua itu." Ucap Boby.

"Kami mengerti!" Ucap ketiganya berseru.

***

"Gunung ini sangat Cantik." Ucap Yessica.

Ketiganya sekarang, sedang menaiki Gunung dengan berkuda. Yessica Tak henti-hentinya Memuji keindahan Dari Gunung Lucifer. Tempat ini Relatif sepi, Jarang di temui binatang Liar Yang Biasanya Hidup di ekosistem seperti ini.

"Kenapa Hutan ini sangat sepi?" Tanya Yessica.

"Hutan ini berbeda dengan Hutan lainnya, di tanah Iblis. Entah kenapa, Sejak Kemunculan Pedang Pelahap dewa, Semua Binatang Di bawah Tingkat Primordial, Tidak ada yang berani tinggal di gunung ini. Dan Para Binatang buas di atas tingkat Primordial, Selalu berkumpul Di dekat Gua Trilogy." Jelas Feni.

"Pedang itu sepertinya memancarkan energi yang kuat. Sampai mampu membuat Para Binatang, Tunduk padanya." Ucap Vino.

"Apa ada yang menjaga Gua itu?" Tanya Yessica.

"Ada, Kita akan melihatnya nanti."

Karena Hari sudah Cukup menjelang siang, Ketiga Orang itu mempercepat laju kudanya. Tepat Tengah Hari, Saat matahari tepat berada di atas Ubun-ubun, Yessica dan yang lainnya telah Tiba dan di sambut dengan hangat, Oleh beberapa Orang yang Di tugaskan menjaga Gua Trilogy.

"Salam Putri Feni, Pangeran Vino, Putri Yessica."

Ketiga Orang itu, Turun dari kudanya dan menghampiri Sosok Pria tegap Yang menyambut mereka. "Yessica, Ini Arkan. Salah satu prajurit terbaik di tanah iblis." Ucap Feni memperkenalkan Orang yang bernama Arkan tersebut.

"Salam Putri Yessica." Yessica membalas sapaan Arkan dengan Sopan. Layaknya Seorang Putri Raja.

"Bagaimana situasi di sini?" Tanya Vino.

"Tidak ada Hal yang mencurigakan, Pangeran. Tapi setiap malam, Akan terdengar Rintihan Pilu dan menyakitkan dari dalam Gua. Kami Yang sudah terbiasa dengan hal Itu—Tidak terlalu terganggu." Jelas Arkan.

"Itu pasti Jiwa-jiwa Yang Ada dalam Pedang. Bagaimana dengan Para Binatang?" Tanya Feni.

"Para Binatang sering mendekat ke sini. Tapi hanya Untuk beristirahat saja. Mereka Tidak pernah membuat kegaduhan apapun."

"Aneh sekali, Biasanya mereka sangat susah di jinakan." Pikir Vino.

"Mungkin karena aura pedang itu. Para Binatang liar biasanya lebih peka, Terhadap Rangsangan seperti itu." Ucap Yessica.

"Mungkin kau benar." Balas Feni.

"Yang Mulia, Nanti malam adalah Malam Purnama Darah. Anda Yakin mau masuk ke dalam?" Tanya Arkan.

"Ya, Tujuan kami kesini, Adalah Untuk mencari kebenaran yang ada di dalam Gua." Ucap Vino.

"Apa perlu saya siapkan, beberapa prajurit Untuk melindungi anda?"

YESSICA : Pianis Di Tengah Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang