Chapter 37 : Kejutan Di Malam Pernikahan

89 14 3
                                    

"Putri Yessica..Boleh saya Bertanya sesuatu?" Ucap Aya.

"Silahkan.." jawab Yessica.

"Apa Yang terjadi selama putri tidak sadarkan diri? Kenapa putri bisa menyanyikan lagu Kutukan itu tanpa resiko?" Tanya Aya.

Yessica termenung sejenak. Mungkin tidak ada salahnya memberitahu Aya semuanya. Aya sudah banyak membantu dirinya selama ini. Dia juga sudah Yessica anggap sebagai orang tua sendiri.

"Saat aku tidak sadarkan diri, Aku tidak sengaja bertemu dengan Ratu Pandora. Aku terkejut ketika dia Bilang bahwa dirinya adalah Ibu kandung dari Vino."

Aya tercekat, "bagaimana mungkin? Bukankah Pangeran Vino adalah Anak kedua Dari Ratu Ochi?"

Yessica menggeleng, "Ratu Ochi adalah Ibu tiri Vino. Orang tua kandungnya adalah Milenia. Dia menjadi Ratu Pandora Ketika di telan oleh kegelapan karena rasa sakit. Kisahnya Hampir mirip denganku. Nona Aya bisa mengerti kan?"

Aya mengangguk, "Jadi begitu. namun, Jika jalan Ceritanya seperti itu, Bukankah Pangeran Vino lebih tua Dari putri Feni. Lantas, Kenapa Pangeran Vino menyebut Putri Feni sebagai kakak?"

Yessica menggeleng, "aku tidak tau soal itu.."

Tidak lama, Jabieb Prajurit terbaik kerajaan Kagami, Muncul bersama beberapa Orang prajurit membawa sebuah piano Yang di minta Oleh Yessica sebelumnya.

"Putri..Ini Piano yang anda Minta." Hormat Jabieb.

"Terimakasih, dan Tolong rahasia-kan ini Dari Ayah atau dari siapapun." Pinta Yessica.

"Sesuai kehendak anda, putri." Jabieb Pamit Undur diri setelah itu.

Setelah kepergian Jabieb, Yessica duduk di hadapan piano tersebut dan menatap Ibunya sendu. "Aku harap Ini berhasil." Ucap Yessica. Aya tidak berkata apapun. Dia setia berdiri di samping Yessica menemaninya. Jari jemari Yessica Mulai menari dengan indah. Aya memasang penghalang Agar Tidak ada seorangpun Yang merasakan Atau mendengar aliran energi dari lagu Yang di mainkan Yessica.

Sekarang sang pianis hujan~

Sedang melantunkan asmara~

Di tengah kota pun Dia mainkan melodi yang sedih~

Jemari tetesan air~

Menekan window di keyboard-nya~

Concerto yang hanya untukku~

Dengan kata-kata lembut, Diputuskan Sayonara~

Terlalu tiba-tiba~

Di pinggiran sofa, aku Hanya duduk dan terdiam, Menggigit kuku jemariku~

Ku yakin akan ada yang lebih baik untukmu Tatapanmu s'perti melihat anak kecil Terulang kembali takdir masa depanku Yang selalu membuatku takut~

Sekarang sang pianis hujan Mulai bermain dengan pelan Pernah aku dengar Lagu perpisahan dari Shofan~

Air mata deras mengalir Sambil mengusap pipi ini Di dalam dadaku BGM~

Saat kau memunggungiku Dan mulai bersikap dingin Itu tanda menyerah~

Dirimu yang t'lah dewasa Selalu dengan senyuman Hanya meyakinkanku saja~

Walaupun kau bilang bahwa dirimu lah yang salah Cinta seharusnya antara kita berdua Harus bagaimana di saat s'perti ini? Pada pengalaman yang pertama~

Sekarang sang pianis hujan Sedang melantunkan asmara Di tengah kota pun Dia mainkan melodi yang sedih~

Jemari tetesan Air~

YESSICA : Pianis Di Tengah Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang