Chapter 51 : Dua Jalan Yang Bercabang

66 10 1
                                    

Feni menjadi lebih pendiam setelah bertemu dengan Ibu kandungnya. Meski hanya secercah Jiwa, Tapi Feni sudah Cukup senang sekaligus sendu. Banyak Hal Yang menjadi pertanyaan di benak Feni. Terutama bagaimana Ibunya Bisa sampai Di benua Atlantis. Raja Tanpa mahkota, Menciptakan pelindung antar dimensi, Yang bertujuan mencegah invasi satu sama lain, demi menjaga keseimbangan alam semesta.

Feni ingat ibunya mengakui, kalau dia belum pernah bertemu dengan Raja Tanpa Mahkota, meski mereka berasal dari dimensi Yang sama. Apa misteri yang Tidak di ketahui Feni. Bagaimana Latar belakang keluarga ibunya. Dimensi bintang Biru Yang di ceritakan Oleh Veranda, Adalah dimensi modern dengan peradaban yang sangat maju. Namun, Hanya Orang-orang tertentu Yang menyadari tentang Esensi sejati di setiap Dimensi. Keluarga ibunya adalah salah satunya. Lalu bagaimana dengan keluarga ayahnya? Hanya dengan menjadi lebih Kuat lah, Feni Bisa menemukan jawaban tersebut.

"Kak Feni!"

"Eh?" Feni tersentak Ketika Yessica memanggil namanya. Sejak tadi Feni hanya melamun, memikirkan kemungkinan Tentang Orang tua kandungnya.

"Iya, kenapa?" Tanya Feni.

"Dari tadi aku dan Vino memanggil—Kakak tidak merespon." Ucap Yessica.

"Ouh, maaf. Aku tidak sadar." Ucap Feni kikuk.

"Apa ada masalah, Kakak menjadi lebih banyak diam sejak bangun." Ucap Vino.

"Tidak papah, Kakak Hanya sedikit letih." Ucapnya berbohong. Bukan berarti Feni Tidak berniat Untuk memberitahu semuanya kepada mereka, Tapi Feni Rasa waktunya Belum tepat.

Ketiganya berjalan dalam Hening lagi. Semakin masuk kedalam, Semakin dingin aura Yang terpancar. Semakin Hening Pula suasana Yang ada di dalam Gua. Biasanya makhluk-makhluk seperti kelelawar akan mendiami Gua seperti ini. Tapi Tidak ada satupun Mahluk selain Mereka bertiga.

"Aku penasaran, Apa hari di luar sudah gelap atau belum." Ucap Yessica.

"Kemungkinan sudah, Waktu Kita masuk kesini, Sudah lewat tengah hari." Ucap Vino.

"Bukankah Arkan Bilang, kalau malam ini adalah malam Bulan darah?" Tanya Yessica.

"Iya, Mungkin itu sebabnya aura dingin di dalam sini Juga terasa mencekam." Ucap Feni.

"Apa Hubungannya?" Tanya Yessica.

"Menurut Catatan Kuno, Pedang Pelahap dewa memiliki esensi Es yang selaras dengan Elemen yang di miliki Arc Vallerian. Kamu juga merasakannya kan, sejak Kita masuk lebih Dalam, Aura Yang keluar semakin dingin." Ucap Feni. Yessica mengangguk.

Sebuah Cahaya kebiru-biruan Bersinar terang di hadapan mereka. Ketika Vino, Yessica, dan Feni Sudah sampai di area Cahaya tersebut, ketiganya Menatap takjub dengan pemandangan Gua es Yang berkilauan. Dinding yang biasanya terdapat stalaktit dan stalakmit, Sekarang berubah menjadi dinding kristal es Yang menawan. Lantai Gua juga terlihat Licin dan berkilau. Sangat Kontras dengan Pemandangan dinding Gua Yang baru saja mereka lewati.

"Sangat Cantik." Ucap Yessica.

"Sangat berbeda dengan sebelumnya." Ucap Feni.

Sekarang mereka Bingung, Terdapat Dua Cabang jalan Yang mengarahkan mereka. Ketiganya tidak tau, kemana jalan-jalan itu akan mengarahkan mereka.

"Ada dua jalan Yang bercabang. Sekarang kita harus bagaimana?" Tanya yessica.

"Kita terpaksa harus berpencar." Ucap Feni.

"Kita tidak tau apa Yang ada di dalam Gua ini, Terlalu berbahaya untuk melakukan itu." Tolak Vino.

"Kita Tidak memiliki pilihan lain, Jika kita menelusuri jalan ini satu persatu, Akan memakan waktu Yang sangat lama. Kita Juga Tidak tau, seberapa panjang kedua jalan ini." Ucap Feni.

Vino terlihat berfikir, sebagai satu-satunya laki-laki di sini, dia harus bisa memutuskan pilihan yang benar. Agar tidak membahayakan mereka bertiga.
"Baiklah, Tapi kita harus segera berkumpul jika ada bahaya, apapun yang terjadi." Ucap Vino.

"Kalau begitu aku akan mengambil Jalan sebelah kanan, Kau dan Yessica akan pergi ke lorong sebelah Kiri." Ucap Feni.

"Kak Feni tidak masalah pergi sendiri?" Tanya Yessica.

"Jangan khawatir, Tempat Ini Tidak akan bisa melukaiku." Ucap Feni berjalan pergi.

"Ayo." Ucap Vino menggandeng tangan Yessica menuju lorong kiri yang sudah di sepakati.

"Apakah Tidak papah, Jika kita membiarkan kak Feni sendirian seperti ini?" Ucap Yessica terlihat khawatir.

"Jangan khawatir, Kak Feni sangat kuat. Tidak akan Ada Sesuatu Yang Bisa melukainya." Ucap Vino menenangkan.

"Tapi, Aku merasa ada yang aneh sejak Kak Feni bangun dari pingsannya." Ucap Yessica menerka.

"Aneh?"

"Iya, Seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan dari kita." Ucap Yessica.

"Aku juga Berfikir begitu, Tapi kita Tidak bisa memaksanya Untuk memberitahu kita." Ucap Vino.

"Sebenarnya apa Yang kak Feni alami di dalam kesadaran dirinya." Gumam Yessica.

"Entahlah." Balas Vino.

***

Sementara itu, Semakin Feni berjalan lebih dalam, Hatinya terasa sedikit sakit. Dia Tidak tau apa Yang terjadi. Feni sebisa mungkin menahannya. Tidak lama, feni menemukan sebuah Pintu besar Yang terbuat Dari kristal merah. Pintu besar Itu menghalangi jalan Feni, Tapi ukiran di Pintu tersebut membuat Feni tertarik. Di tengah Pintu tersebut, Di ukir sebuah Gambar mirip pohon besar dengan Tiga akar utama Yang merambat. Di sekelilingnya, Terukir Juga Gambar Unik Yang mewakili simbol Zodiak.

Feni pernah membaca Mitologi Norse tentang Pohon Yggdrasil.

Dalam mitologi Norse Kuno, Yggdrasil disebut Mimameidr, yakni pohon raksasa yang menyangga Alam Semesta. Yggdrasil digambarkan seperti pohon yang menopang alam semesta. Maka, sebelum disebut Yggdrasil, pohon ini juga dinamai Mimameidr oleh masyarakat Nordik Kuno yang berarti penyangga alam semesta.

Pohon ini juga terikat erat dengan Dewi para malaikat, Athena. Feni memiliki Tubuh suci Bintang Yang mewakili semua Elemen Zodiak. Dengan kata lain, Bukankah Gambar Yang di ukir di pintu ini berhubungan dengannya.

Ketika Feni menyentuh Pintu tersebut, Sebuah Cahaya yang merayap mengukir Semua Gambar di pintu tersebut, membuat Feni terkejut. Dinding Gua bergetar layaknya Gempa Bumi. Tidak lama, Pintu besar tersebut, berderit dan terbuka sepenuhnya. Feni segera menenangkan dirinya. Langkahnya terhenti di hadapan sebuah Tangga es Yang menjulang memutar ke atas. Pintu besar yang tadi terbuka, menutup kembali dengan sendirinya.

Meski sedikit merasa takut, Feni memantapkan Hatinya Untuk menapaki satu persatu anak tangga Yang terbuat dari es tersebut. Namun, Feni tidak pernah menduga—Setiap anak tangga yang dia injak, memiliki tekanan Gravitasi Yang berbeda. Semakin naik ke atas, tekanan Gravitasi juga semakin besar. Feni Tidak memiliki pilihan Untuk mundur, Jadi dia terus menguatkan dirinya Untuk melangkah naik. Dia sangat penasaran dengan apa Yang ada di ujung tangga.

YESSICA : Pianis Di Tengah Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang