Chapter 63 : Ekor Pertama

73 12 1
                                    

Kyra Mulai mengerjap dan terbangun dari ketidaksadarannya. Pria itu bangun Dari Tidurnya dan melirik ke kiri dan kanan. Tidak lama pintu berderit, menampilkan sosok Feni Yang masuk membawakan Makanan. Ketika pandangan keduanya bertemu, Rona merah di wajah Feni Tiba-Tiba Timbul.

"Ka-kau sudah bangun." Ucapnya dengan sedikit malu.

"Ya, Apa Yang terjadi selama aku Tidak sadar?" Tanya Kyra.

"Tidak ada apapun, Tapi Kaulah pemenang dari Turnamen. Sekarang kau menjadi perbincangan Panas karena kekuatan Ilusimu." Ucap Feni. Dia menghampiri Kyra Sambil menyerahkan Makanan Yang di bawanya.

"Makanlah, Kau Butuh tenaga setelah Tidak sadarkan diri." Ucap Feni.

"Terimakasih." Ucap Kyra.

"Tidak perlu sungkan." Balas Feni.

"Bukan soal itu, Aku berterima kasih Karena aku masih Bisa menemukanmu." Ucap Kyra.

"Apa itu tujuanmu datang ke dimensi ini?" Tanya Feni.

"Ya, tapi Bukan hanya Itu. Sejujurnya aku Tidak tau apapun tentangmu. Tapi ketika Umurku menginjak remaja, tetua di keluargaku memberitahu semua tentang Rahasia ini. Saat itu aku lumayan terkejut, Karena aku sudah di jodohkan denganmu sejak dalam kandungan." Ucap Kyra.

"Itu hanya perjodohan konyol, Kita berdua memiliki pilihan Untuk menolaknya." Balas Feni.

"Memang benar, Tapi aku memilih Untuk menerimanya." Feni sontak menoleh Pada Kyra.

"Kenapa?" Tanya Feni.

"Entahlah, Aku juga Tidak tau. Aku sudah mencoba Untuk mengabaikan Perjodohan kita, Tapi setiap malam aku selalu resah dan tidak nyaman. Aku selalu bermimpi tentang seorang gadis Yang menangis sambil menutup wajahnya di depanku. Gadis itu menangis sambil memakiku. Dia bertanya dengan nada marah, kenapa aku mengabaikan Perjodohan ini. Ketika aku memikirkannya lagi, Aku pikir Tidak ada salahnya Untuk mencarimu dan menemukan Kebenarannya." Ucap Kyra.

"Jadi maksudmu—Kau menyukaiku sekarang?" Ucap Feni memalingkan wajahnya. Dia Tidak ingin Kyra melihat Rona merah di wajahnya.

"Aku Tidak akan memaksamu kalau kau Tidak mau menerimanya. Setidaknya Aku tau, Kalau orang yang kucintai sangat Hebat." Ucap Kyra Sambil tersenyum.

"Ja-jangan menatapku seperti itu?" Ucap Feni salting.

"Kenapa?"

"Ti-Tidak papah."

"Kau terlihat Cantik Ketika sedang Malu seperti itu." Ucap Kyra.

"Hei, sud—"

Cup

Mata Feni membulat sempurna. Ketika dirinya memalingkan wajah Untuk memarahi Kyra. Dengan Gerakan Yang Cepat, Kyra menarik wajah Feni dan mencium Bibirnya. Waktu seakan berhenti Untuk beberapa detik, Sampai akhirnya Keduanya melepaskan pagutan sambil terengah-engah.

"Bibirmu manis." Ucap Kyra.

"Menyebalkan, Setidaknya Bilang terlebih dahulu. Jangan Tiba-tiba seperti itu." Ucapnya memukul Bahu Kyra Pelan. Yang bersangkutan hanya Terkekeh.

"Sudah, Aku mau istirahat." Ucapnya Beranjak.

"Selamat malam." Ucap Kyra.

"Selamat malam." Balas Feni.

***

Christy berjalan di tengah Hutan sendirian. Gadis manis tersebut Tidak tau dirinya ada di mana. Suasana kala Itu adalah senja Jingga Yang menyala dari Ufuk Timur. Christy menoleh ke kiri dan kanan. Karena tempat Yang dia pijaki sekarang, Terbilang asing dalam Ingatannya.

"Kak Chika!"

"Bunda!"

"Ayah!!"

"Mamih Aya!!"

Berapa kali pun gadis itu mencoba berteriak menyerukan nama Orang Yang di kenalnya, Namun yang dia dapatkan Hanya Gema dari pantulan suaranya sendiri. Gadis itu beberapa kali merengek, Namun dia Tidak Kunjung menyerah. Hutan itu sangat lebat dengan pepohonan yang rimbun dan akar Yang menggelantung. Hampir beberapa kali Christy terkejut dengan kehadiran Binatang Yang mirip dengan Monyet dan sebangsanya.

Hingga akhirnya Gadis tersebut Tiba di sebuah tempat Yang Luas. Dia pikir sudah bisa bernafas dengan lega, karena berhasil keluar dari Hutan, namun perkiraannya salah. Di hadapan Christy, terpampang kembali Hutan Yang Tidak kalah rimbun di bawahnya. Dari tebing Yang dia tapaki, Christy melihat sebuah Bangunan Kuno Yang mirip Piramid, Disinari dengan Cahaya Jingga Yang membias. Bangunan tersebut seakan Berbicara kepada Christy Untuk masuk kedalamnya. Entah dorongan dari mana, Christy tanpa sadar Melangkah kembali menelusuri Hutan, Hingga dirinya Tiba di depan Pintu bangunan tersebut.

Disekitar pintu tersebut, Terukir Lima Binatang Primordial Yang Unik dan Cantik. Tepat pada Pintu di hadapan Christy, Terukir sebuah altar Api yang berjumlah sembilan. Altar tersebut lebih mirip ekor Yang melingkar.

Setelah Christy masuk kedalam bangunan Dengan langkah Gontai, Tidak ada apapun Yang terjadi atau Yang dia Lihat. Hingga Ketika Christy tiba pada Ujung bangunan, Gadis tersebut melihat sebuah Papan Batu tinggi yang di ukir layaknya Tangga. Dan di puncak Papan tersebut, Seekor Rubah ber-ekor sembilan dengan Corak Putih Yang mendominasi tengah tertidur menggeram.

Tidak ada Rasa takut sedikitpun dari Gadis itu. Christy menghampiri rubah Yang tengah tertidur dan mengelus Bulunya. Sadar ada Orang yang mengganggu Tidurnya, Rubah tersebut membuka mata, Dan bangun dengan postur Tubuh Yang luar Biasa Besar. Namun masih muat berada di dalam bangunan.

Rubah tersebut menggeram, Menatap nyalang pada Christy. Tidak ada pergerakan dari Christy entah apa yang terjadi, Tapi penglihatan Christy seperti kosong. Rubah tersebut kembali menggeram sebelum akhirnya Dengan Cepat menerkam Christy.

"Kyaaa!!!"

Christy Terbangun dari Tidurnya dengan nafas yang tersengal-sengal Dan keringat Yang membanjiri seluruh tubuhnya. Dia menoleh ke kiri dan kanan. Ini adalah kamarnya, Yang berarti Pemandangan barusan adalah Mimpi. Namun kenapa terasa Nyata. Hutan itu, Bangunan Misterius, Dan Rubah Putih berekor sembilan. Kenapa Semuanya terasa sangat nyata, Seolah-olah Jiwanya Ditarik ke dimensi yang belum pernah dirinya Datangi.

Christy Tidak mau mengambil pusing, Dia sadar Karena Hari masih Gelap di luar. Meski masih menyisakan Rasa takut, Gadis itu berusaha kembali tertidur, dan berharap itu hanya Bunga Tidur Yang akan lewat seiring waktu. Namun yang Tidak di sadari olehnya, Sebuah Api berwarna Putih Muncul dari Belakangnya. Api tersebut menyala terang membentuk sebuah ekor Yang mirip dengan salah satu Ekor Yang dimiliki rubah yang ada dalam Mimpinya. Ekor api tersebut Tidak tersambung pada Tubuhnya, Menyala menyisakan jarak Yang Cukup dekat.

Sementara itu, Seekor Serigala Bermata Tiga dan Berwarna Hitam gelap, Dengan Corak Unik di sekitar Tubuhnya, melolong Dengan keras di sebuah Bukit Yang Tidak jauh dari tanah Kagami.

"Ekor pertama Sudah Muncul."

YESSICA : Pianis Di Tengah Hujan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang