BAB - 7 - Kaluna

131 12 0
                                    

Hari itu aku diundang Mami makan malam di rumahnya saat akhirnya aku sudah mulai bekerja di kantor baru sebagai manager marketing.

Selamat datang hari-hari yang akan lebih sibuk dan melelahkan.

Mengevaluasi pekerjaan divisi tidak lah mudah apalagi di  saat aku belum dibantu oleh seorang asisten. Tapi tak apa, nyatanya aku sangat menikmati hari-hari baruku.

Datang dengan mengendarai mobil yang Glo tinggalkan beberapa hari lalu, aku memasuki rumah luas itu dan di sambut oleh Ganesh.

"Bule..." Pelukan kami sangat erat mengingat sudah lama sekali tidak bertemu.

"Lo makin cantik aja!" Ganesh menoleh saat kami akhirnya menuju ruang makan. Mami dan Papi tengah pergi ke rumah kerabat dan kini sedang ada di perjalanan pulang.

"Lo yang makin cantik. Muka lo makin mirip sama Glo."

Dia terbahak karena kenyataan itu. Dulu, Ganesh benci sekali saat di bilang mirip dengan Glo. Cewek itu bahkan merasa jika itu adalah ledekan untuknya.

Seorang gadis kecil kemudian berlari ke arah Ganesh yang aku tebak adalah anaknya.

"Summer, tante." Gadis cantik itu menyalami tanganku dengan sopan.

Ganesh mengatakan jika dia hanya datang  bersama sang anak karena suaminya yang seorang animator tengah sibuk bekerja dan berjanji untuk lain kali mengenalkannya langsung padaku.

Belum benar-benar sampai di ruang makan, mataku lebih dulu tertuju  pada foto Glo di dinding ruang keluarga saat dia masih remaja. Tempatnya sejak dulu masih di sana, sama sekali tidak berubah sejak terkahir aku melihatnya. Di sebelahnya juga  ada foto di saat kami masih berusia lima tahun saat naik odong-odong dengan kondisi aku yang tengah menangis hingga mengeluarkan balon di hidung. Alasannya karena saat itu Glo mengambil permen di tanganku. Foto yang sangat lucu dan memorable.

Dan  sumpah, aku mengakui jika wajahku sangat jelek saat menangis.

"Foto fenomenal pada masanya." Komentar Ganesh mengikuti arah pandangku sambil terkekeh.

Selanjutnya Ganesh mengajakku mengobrol di taman belakang yang luas saat hari sudah mulai gelap. Pemandangan  itu selalu menyejukkan mata seperti dulu. Mataku kemudian teralih pada beberapa kandang warna-warni tak jauh dari sana. Cukup banyak hingga aku begitu saja bertanya.

"Itu semua peliharaan Glo?"

"Iya. Sejak SMA dia makin serius sama hobinya itu."

"Oreo masih ada nggak sih, Le?" Aku begitu saja teringat anjing jalanan yang dulu  dirawat Glo hingga berbadan subur. Bulunya berwarna hitam dan putih layaknya snack  terkenal itu. Bahkan dulu aku suka mengajaknya keliling komplek saat mencari tukang bakso.

"Oreo udah meninggal, kayaknya dua atau tiga tahun setelah lo pindah deh." Ganesh datang setelah mengambil minuman dingin untukku.

"Gue udah feeling pasti keluarga lo beli tanah belakang itu."  Kebun Mami jelas lebih besar saat sebelum aku pindah dulu. Dan itu tampak sangat menyenangkan.

Kepala Ganesh mengangguk.  "Gue seneng orang tua gue sibuk berkebun di hari tuanya. Bonyok lo, gimana kabarnya?"

"Baik. Bokap gue masih kerja dengan semangat di dua tahun lagi masa pensiunnya. Dan nyokap sibuk sama yayasan keluarganya sekarang."

"Gue kangen mereka banget deh. Apalagi bolu tape buatan Nyokap lo."

Kami berlanjut mengobrol tentang apa saja saat Summer sibuk bermain hula hoop tak jauh dari kami. Anak lima tahun itu tampak sudah berkeringat namun masih tidak mau berhenti meski sudah diingatkan sang Ibu. Dan aku menyadari jika belum melihat Glo sejak tadi.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang