Gue tiba di rumah dengan seekor tupai di tangan. Tadi tanpa sengaja gue menemukannya sebelum menaiki taksi menuju rumah. Dan gue langsung melepaskannya di kebun belakang dengan bebas.
Baru saja gue pulang dari Pulau Rinca Setelah sebelumnya dari Surabaya dan Bali. Di Pulau Rinca yang berada nggak jauh dari Pulau Komodo dan di sana terdapat lebih banyak Komodo daripada di Pulau Komodonya sendiri. Jika Pulau Komodo memiliki kawasan hutan yang lebih luas, maka Pulau Rinca memiliki area padang rumput. Tak jauh dari sana juga ada Pulau Padar dimana ketiganya masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Komodo.
Hal pertama yang gue lakukan setibanya di rumah adalah makan, lalu tidur dan makan lagi. Sebelum kemudian gue pergi menjemput mobil ke tempat Kaluna yang baru pulang bekerja. Tak lupa dengan sekantong pai susu yang dia minta. Yang entah kenapa juga, gue benar-benar membelikannya.
"Kusut banget muka lo." Katanya masih dengan pakaian kantornya itu begitu membuka pintu.
Gue mendahuluinya untuk masuk lebih dulu. "I didn't wash before coming here." Balas gue lalu meletakkan sekantong pie susu di kitchen island.
Matanya sudah langsung berbinar tanpa permisi saat melihat isi dari kantong itu. "Gue becanda kali..." Kaluna langsung memakannya tanpa aba-aba.
"Ya kalo lo becanda seharusnya nggak lo makan ya." Sindir gue begitu saja. Tapi dia tidak peduli, karena selanjutnya dia sudah membuka bungkus kedua.
"Serius lo ke Bali cuma buat makan ikan goreng?"
Gue mengabaikan pertanyaannya itu dengan bertanya balik. "Lo punya cola, nggak? Gue haus." Gue bangkit dan bisa melihat banyak kardus berada di dalam kamarnya yang belum memiliki ranjang. Kasur yang cukup besar itu hanya terletak di lantai.
"Kenapa belum beres juga sih? Males banget lo jadi orang." Gue kemudian menuju kulkas dan mengambil minuman kaleng rasa jeruk.
"Lo pikir nggak capek pulang kerja mesti ngurus ginian juga? Ya perlahan kali." Belanya masih sibuk dengan pie susu itu.
"Bilang aja lo males." Kata gue sambil memperhatikan kulkasnya yang sepi. "Cewek mana yang nggak punya apa-apa di kulkasnya?"
Dia menatap gue sambil terus mengunyah. "Gue."
Gue menghela nafas dan kembali duduk di sofa. Meneguk habis minuman rasa jeruk itu.
"Ya lagian lo kenapa lo pusingin kulkas orang. Kalo mau makan tinggal pesan aja, gampang." Entengnya.
"Ya udah sana pesen. Gue laper."
"Pesen aja sendiri. Ngapa nyusahin gue sih?" Dia melangkah memasuki kamarnya lalu menutup pintu.
"Lo yang nggak nyusahin." Sarkas gue. "Segala pake mobil gue hampir seminggu." Teriak gue ke arah kamarnya.
"Lagian gue belum punya alat-alat masak makanya belum beli bahan makanan." Alihnya saat sudah kembali keluar dengan piyama di tubuhnya itu. Kaluna jelas sudah terlihat seperti remaja sekarang.
"Kenapa? Lo ngarep gue keluar pake lingerie?" Selorohnya yang membuat gue tersenyum tipis.
"Gue pikir lo nggak bakal seseksi itu juga meski udah make lingerie." Balas gue santai.
Matanya sudah menatap gue lurus-lurus begitu saja. "Gue nggak akan kepancing kata-kata lo dan begitu aja make lingerie ya!"
Dan gue sudah tersenyum lagi.
"Pulang lo sana." Usirnya saat gue bangkit dan langsung masuk ke toilet.
"Gue boker dulu."
Dia melirik gue hingga hilang setelah menutup pintu toilet. "Gue pikir lo laper pake minta dipesenin makan segala."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alive or Alone (On Going)
ChickLit(UPDATE SETIAP HARI) Kaluna sepenuhnya tidak lagi memikirkan pernikahan. Dengan terang-terangan dia mengatakan jika tidak ada laki-laki yang bisa dia percaya. Apa yang salah dengan wanita yang tidak menikah? Hidupnya jelas sudah sangat bahagia meski...