BAB - 46 - Gloryo

99 9 2
                                    

Nggak ada salah tingkah salah tingkahnya lo gue bahas titit."

"Apa yang Lo harapin? Lo kata gue anak SD?"

Kini gue terkekeh. "Iya sih. Gue juga udah lihat perut lo yang bergelambir."

Di detik berikutnya gue mendapati dia melempar sebuah bantal melewati pintu kamarnya.

"Itu bagian tubuh lo yang paling memorable buat gue sih."

"Anjing!"

Gue ketawa lagi mendengar kekesalannya itu.

"Tuh si Jenar yang perutnya paling kenceng!"

"Lha emang. Kemaren gue ketemu dia yang pake crop top, perutnya datar banget kek nggak pernah makan. Even Ganesh nih ya, dia udah ngelahirin tapi perutnya rata gue liat-liat."

"YA TERUS KENAPA KALAU PERUT GUE BERGELAMBIR?!"

"Ya nggak apa-apa. Perut juga perut lo."

"Emang setan lo ya!"

Gue ketawa lagi lebih keras selama beberapa detik sebelum akhirnya kami sama-sama diam.

"Kal?"

"APA?!"

"Lo tahu nggak kalau si Jenar pernah cemburu sama lo?" Gue juga nggak ngerti kenapa gue ngebahas ini.

"Karena dulu kita sama-sama terus?"

Gue bergumam mengiyakan.

"Ya lo bilang lah sama dia kalau lo dekat-dekat gue karena suka minjem duit gue."

Gue terkekeh pelan.

"Dia bahkan nggak kaget karena kita masih temenan sampe sekarang."

"Terus apa? Dia pasti nanya apa kita pacaran kan?" Tebak Kaluna tepat akurat.

"Iya lagi."

"Gue mah udah nebak. Lo nggak lihat dari tatapan dia pas ketemu lo lagi kemaren itu? Kek emak-emak yang kembali nemuin tutup Tupperware yang udah lama hilang, tahu nggak."

"Seneng banget pasti tuh." Gue menimpali yang membuat kami terkekeh bersamaan

"Gue inget banget lo pernah ngilangin tutup panci Tupperware Mami sampe kena marah terus lo ganti sama punya yang di rumah gue yang lo colong!"

"Gue nggak nyolong. Gue kan minta sama lo." Ingat aja dia yang begitu-begitu.

"Ya kali gue kasih tutup Tupperware nyokap gue, giliran gue yang kena marah kalau gitu."

Kaluna bener-bener cewek paling absurd yang pernah gue kenal. Segala ngebahas tutup Tupperware.

"Terus gimana? Dia ngajak lo ketemuan lagi nggak?"

"Siapa?"

"Ya si Jenar, goblok! Lo pikir dari tadi kita ngomongin siapa? Si Jenong?"

"Ya kenapa lo harus ngurusin urusan gue sih?"

"Ya gue kepo aja, tuh anak masih agresif apa kagak. Kek dulu, kan dia yang nembak lo duluan."

"Iya ya. Gue baru inget." Mana gue di kasih bucket bunga lagi. "Udahlah jangan bahas dia lagi."

"Kenapa? Emang lo nggak mau balikan?"

"Nggak."

"Segala bilang nggak nggak nggak. Ntar juga kepincut lagi lo! Cowok kan begitu, gayanya sok nggak tertarik eh di embat juga!"

Lha jadi emosi sendiri dia. "Nggak semua cowok begitu."

"Iya, nggak semua, tapi 99,9 %"

Hening.

"Lo kapan sih terakhir pacaran?"

Gue masih diam.

"Glo?"

"Apa?"

"Kapan lo terakhir lo pacaran?" Ulangnya dengan tidak sabaran.

"Dua tahun lalu?" Atau tahun lalu?

"Putus karena apa?"

"Karena dia cemburu sama kura-kura gue."

Dia terkekeh di dalam kamarnya. "Itu pasti cuma alasannya karena sebenernya dia baru sadar kalo lo itu nyebelin dan cuek banget."

"Gue nggak cuek." Maksudnya nggak secuek yang dia pikirin.

"Lo cuek Glo. Nggak peka juga lagi."

"Nggak."

"Iya." Dia kekeuh. "Liat tuh si Encha."

"Kenapa dia?" Kenapa tiba-tiba jadi Encha?

"Tuh kan! Hah! Lo tuh saking cueknya nggak sadar kalo dia suka sama Lo!"

"Sok tahu banget sih lo!"

"Ya elah! Gue cewek, gue ngerti gerak-gerik pas cewek lagi suka sama cowok tuh gimana."

"Cewek jadi-jadian maksud Lo?" Sanggah gue karena nggak terima dia ngerasa kalo dirinya cewek tanpa embel-embel.

"Terserah! Intinya si Encha selalu natap lo bego. Bahkan dia kasih sate duluan ke piring lo sebelum piring dia sendiri."

"Emang iya?"

"Yiyiyiyiyiyi..." Ledeknya yang membuat gue terkekeh.

"Lo pernah liat gue kasih makanan duluan ke Lo, nggak? Nggak kan? Ya itu karena gue nggak ada perasaan apa-apa sama lo."

"Apa hubungannya sih, babi?"

"Ya Lo nggak ngerti karena Lo bukan cewek."

Kata-kata yang sangat familiar tuh.

"Tapi gue pernah kasih lo bakso capcay." Kata gue kemudian.

"Kapan?" Dia sok lupa.

"Terakhir lo makan di rumah gue."

"Emang iya?"

"Iya!"

"Masa sih?"

Misi sih?

"Gue kasih lo bakso capcay walaupun juga nggak ada perasaan apa-apa sama lo. Gue yakin si Encha juga begitu."

"Masa sih?" Dia memberi jeda. "Dia kelihatan suka banget lho sama lo."

"Semua orang aja bilang semua cewek yang suka sama gue!"

"Emang iya kok, kecuali gue ya. Lo aja yang nggak peka."

Kenapa Lo nggak suka sama gue?

Hah?

Gue ngomong apa?

"Katanya lo mau nikah, kalau gue jelas ya, nggak mau. Gue tahu Lo nggak mau nikah dalam waktu dekat, tapi kapan Lo mau nikah?"

"Dua bulan lagi." Asal gue.

"Nikah?"

"Bukan, bulan Mei."

Dia tertawa palsu. "Kocak Lo! Jadi kapan Lo mau nikah?"

"Kenapa sih?"

"Ya kenapa kalau gue mau tahu? Jawab aja biar obrolan ini nggak jadi lama!"

Gue tersenyum tipis untuk kekesalannya yang selalu berhasil gue pancing.

"Kapan?" Tanyanya lagi.

"Umur 50 tahun? Dan ntar bini gue umur 25 tahun." Jawab gue.

"Leonardo Dicaprio Lo yang mesti punya cewek umur 25 tahun?"

Gue terkekeh.

"Lagian, apaan coba nikah umur lima puluh? Anak lo umur 10 tahun lo udah 60, babi! Dia nggak pantes lagi tuh manggil Papa, yang ada mah manggil eyang!"

"Segala begituan Lo pusingin." Komentar gue.

Hening.

"Glo?"

"Hm."

"Semoga nanti lo ketemu orang tepat dan semoga bahagia selalu ya. Itu doa gue buat Lo sebagai teman yang baik. Jangan lupa undang gue kalau ntar lo nikah. Gue bakal bawain Lo kambing guling." Dan dia terkekeh.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang