BAB - 43 - Kaluna

112 11 1
                                    

Setelah tidur bersama, kemudian kami berciuman seolah memiliki hubungan yang lebih dari teman.

Apa setelah ini judul hidupku akan berganti menjadi friends with benefit?

Bukankah itu terdengar lucu?

Atau tidak?

Kedua tanganku bergerak menutup wajah sambil menghilangkan ingatan-ingatan itu. Aku menarik dan menghembuskan nafas kemudian dan mengangguk untuk bisa melewati ini. Lagi. Aku tidak akan berpura-pura di depan Glo karena dia pastilah akan menggodaku jika itu terjadi lagi.

Baiklah, semuanya akan baik-baik saja. Dan akan seperti semula. Karena apa? Karena apa yang sudah terjadi tidak ada artinya untuk kami berdua. Itu terdengar masuk akal.

Dan saat baru saja aku pulang dari kantor, Glo datang ke apartemenku tanpa alasan. Menatapku datar seperti sebelumnya.

Ya, itu bagus.

"Gue cuma mau mampir." Katanya saat aku bertanya apa alasan kedatangannya.

Oh tentu saja. Kenapa tidak? Kami berteman dan hal seperti mengunjungi teman tanpa alasan adalah hal yang biasa.

Melewati Ku begitu saja, Glo meletakkan kantong plastik di atas meja. Dan aku bisa melihat jika isinya beberapa Coca-Cola bersama sebungkus kripik berukuran jumbo. Dia duduk di sofa dan menyalakan TV dengan santai. Seolah ini adalah rumahnya. Dan aku tidak peduli karena selanjutnya aku masuk ke kamar untuk berganti pakaian. Setelah itu aku berdiri di depan pintu kamar dan memperhatikannya yang sudah tiduran dengan nyaman di sofa. Benar-benar seolah tidak terjadi apa-apa. Dan itu membuatku begitu saja tidak, senang?

Apalagi ini?

"Glo?"

"Hm."

"Glo?"

"HM?!" Dia menoleh dengan kesal. "Apaan sih?!

Aku mendekat dan mendorong punggungnya agar terduduk lurus. Dan sebelum membuka mulut, aku terlebih dahulu menelan ludah.

"Kita udah tidur bareng dan kemarin kita baru aja ciuman."

Aku bisa melihat tatapannya masih datar, kepalanya kembali menoleh ke arah TV.

"Nggak ada ciuman atau tidur bareng lagi setelah ini kare-"

Glo mendadak menoleh dan membuat kata-kataku terhenti."

"Karena?" Tanyanya yang membuat mataku berkedip.

Aku tidak mengerti dengan jalan pikirannya itu. Kenapa harus ada alasan untuk semuanya? "Ya karena, kenapa harus?"

"Oke."

Hanya itu?

Baiklah.

Persetujuan simple jelas membuat semuanya terdengar lebih baik.

Kafi tiba-tiba meneleponku yang kemudian aku terima panggilannya sambil bangkit menuju dapur untuk menyalakan kompor. Aku ingin membuat teh hangat karena kebetulan ada Glo yang akan mengingatkan jika sekiranya aku lupa mematikan kompor lagi.

"Besok lo nggak lupa kan? Mau gue jemput jam berapa?"

"Mmm..." Aku menatap jam dinding. Besok adalah acara pembukaan cabang ke 5 studio foto milik kohar. Dan ya, sebagai teman yang baik dan berhubung besok juga adalah weekend, aku jelas harus pergi.

Aku menuang air ke cup yang sudah berisi teh celup. "Acaranya jam satu, kan? Ya jemput gue jam sebelasan aja."

"Oke."

"Hm."

"Lo udah makan?"

"Belum."

"Ini udah jam berapa? Apa perlu gue gojekin?"

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang