"Watch out, watch out, you were gonna trip on this!" Kami bertiga sedang berjalan beriringan begitu keluar dari mobil menuju restoran di saat gue menyadari Kaluna berjalan sambil menoleh menatap si Dave yang lagi ngebahas kerjaan.
Kaluna beralih menoleh menatap gue. "Lo pikir gue buta?"
"Lo nggak buta, but you know you always do this."
Hatcim!
Dan dia bersin dengan sengaja ke arah muka gue.
Goblok!
Si Dave udah ketawa begitu aja. Seolah gue dan Kaluna adalah Srimulat.
"Tapi kamu emang sering hampir jatuh sih Kal." Komentar si Dave di detik berikutnya.
"Nggak cuma hampir jatuh, bahkan lebih dari itu." Gue melirik Kaluna yang hanya diam tidak bisa mengelak.
Kami sampai di restoran yang cukup rame karena nyatanya sedang jam makan siang.
"Rekomendasi minuman yang enak panas-panas begini, apa ya mbak?" Kaluna sibuk dengan buku menu di tangannya sesaat pramusaji datang ke meja kami.
"Kami punya signature ice coffee dengan saus karamel."
"Selain kopi ada nggak mbak? soalnya teman saya nggak bisa minum kopi." Si Dave balas senyum waktu Kaluna senyum duluan.
"Mas Dave ingat aku nggak suka kopi?"
Mis Div ingit iki nggik siki kipi?
Gue nggak peduli lagi sama obrolan mereka saat ikut sibuk milih menu. Tapi gue selalu ingin memilih semuanya karena keliatan enak. Ujung-ujungnya gue memesan menu yang sama dengan si Dave dan Kaluna yaitu Pho. Makanan Vietnam berikut dengan side dish lainnya. Dan tentu nggak lupa gue memesan soda karena nggak ada Coca-Cola di sana.
"Sausnya rada asin, hati-hati ya." Si Dave ngingetin.
Kaluna terdiam beberapa detik. "Seasin itu Mas?"
Kepala si Dave ngangguk.
"No way... I putting that so much in my bowl!" Tapi sedetik kemudian Kaluna malah bilang, "but, why not?"
"Kamu mau aku mintain ganti kuahnya, nggak?"
"Nggak apa-apa Mas. Aku butuh asin biar nggak lemot." Katanya setelah waktu itu buang masakannya sendiri karena asin.
Si Dave udah terkekeh untuk itu.
"Foto dulu ya?"
Nadanya bertanya, tapi itu jelas bukan pertanyaan karena Kaluna udah langsung mengambil gambar makanan itu tanpa persetujuan siapapun. Dan jelas Kaluna nggak peduli dengan muka jengah gue karena dia terus sibuk moto dari berbagai angle sebelum gue merebut HP itu dan meletakkan jauh darinya
"Gue udah selesai juga motonya, weee." Dia meletin gue dan kemudian sibuk sama makanannya.
Di acara makan siang itu gue nggak banyak ngomong karena sibuk mengisi perut. Hanya memperhatikan Kaluna dan Dave yang membahas segala hal. Keduanya jelas teman yang cocok untuk mengobrol karena nggak pernah kehabisan bahan.
"Mas, mau pesen spring rollnya lagi, nggak?"
"Boleh."
Kaluna beralih ke arah gue yang lagi ngebalas beberapa email di HP. "Lo mau nggak?"
"Kenyang." Jawab gue tanpa menatapnya.
"Gimana nggak kenyang, Lo yang habisin semuanya." Gumamnya lalu memanggil pramusaji dan memesan semua yang dia mau. Gue nggak khawatir makanan itu bakal mubazir karena yakin perut Kaluna sebesar itu untuk bisa menghabiskan semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alive or Alone (On Going)
ChickLit(UPDATE SETIAP HARI) Kaluna sepenuhnya tidak lagi memikirkan pernikahan. Dengan terang-terangan dia mengatakan jika tidak ada laki-laki yang bisa dia percaya. Apa yang salah dengan wanita yang tidak menikah? Hidupnya jelas sudah sangat bahagia meski...