BAB - 22 - Gloryo

95 7 1
                                    

Setelah kembali mengambil bibit alpukat dan nyampe rumah hampir jam sembilan malam, gue mendapati Papi sedang bermain slime bersama Summer dengan bahagianya.  Dalam seminggu sekali Summer memang akan tidur di rumah bersama Mami dan Papi.

Tak lupa gue mengecup pucuk kepala ponakan gue itu sebelum menghampiri Mami di dapur. Meletakkan bibit alpukat pesanannya di atas meja.

"Makasih Ujang..." Mami mencium pipi gue begitu saja. "Gudegnya nggak lupa dikasih ke Kaluna kan?"

Gue membuka kulkas khusus Coca-Cola di bawah tangga sambil bergumam kecil membalas Mami.

Dan saat itulah HP Mami berbunyi. Dan dia langsung menerima panggilan video call itu di saat gue masih berdiri membelakanginya sambil mendongak minum Coca-Cola.

"Mami...  makasih ya gudegnya, enak banget."

Tanpa menoleh pun gue jelaslah gue tahu suara siapa itu. Suara yang sebelas dua belas bunyinya sama kentut.

"Alhamdulillah atuh kalau Kaluna suka. Kapan-kapan kalau Mami bikin lagi bakal Mami anterin lagi ya..."

"Makasih ya Mi..."

"Sama-sama sayang..."

Gue tidak lagi mendengar obrolan mereka saat detik berikutnya naik tangga menuju kamar. Menganti baju karena sebentar lagi Nudo akan menjemput gue. Katanya dia mau belajar nyelam. Dan kebetulan gue punya sertifikasi menyelam di semua level berbeda. Dari diving untuk wisata hingga  sertifikasi rescue diving. Jadi ya, daripada dia bayar pelatih, mending sama gue aja. Secara gue pengangguran ini.

Kami kemudian selesai latihan hampir jam 12 malam. Dan Nudo membawa gue ke rumahnya karena bininya, khusus bikinin cake kesukaan gue. Lamington. Katanya sebagai bayaran karena gue udah ngelatih lakinya dengan gratis.

Namanya Parasayu. Dan seperti namanya, gue akui dia sangat cantik dan ayu. Sangat cocok bersanding dengan Nudo si perfect itu. Walaupun cukup manja, tapi Paras adalah tipe wanita idaman banyak pria termasuk gue. Dia suka di rumah, bertutur kata lembut dan selalu berpakaian sopan. Pokoknya nggak ada alasan deh cowok nggak suka sama dia. Bahkan gue nggak berani bayangin dia pake bikini saking mukanya cewek baik-baik pake banget.

Membuat kue adalah keahlian Paras karena dia juga sekolah di bidang itu. Tiap hari dia bikinin Nudo kue atau roti karena itu adalah kesukaan suaminya. Dan tiap gue ke rumah mereka, gue selalu laper karena bau bakery. Gimana nggak ngebet pulang mulu Nudo kalau punya bini model Paras begitu.

Nudo sudah pergi berganti pakaian saat Paras sibuk di dapur menyiapkan Lamington untuk gue. Dan ya, Nudo adalah orang yang tidak malu memperlihatkan kemesraannya. Seperti sekarang, saat dia baru saja keluar dari kamar dan langsung datangin bininya terus di peluk dari belakang. Berasa pengantin baru mulu tiap hari.

"Iya, emang nggak ada orang lain kok di sini." Gue menyahut dari ruang makan saat mereka ikut bergabung sambil ketawa.

"Khusus buat pelatih selam." Kata Paras menyajikan cake Lamington itu bersama secangkir teh.

Kami membicarakan banyak hal malam itu. Mulai dari bagaimana penasarannya Paras dengan pengalaman pertama Nudo menyelam dan bagaimana Nudo menjawabnya dengan senang hati. Sesekali Nudo akan menyelipkan rambut Paras saat istrinya itu sibuk mencicipi kue buatannya. Atau saat Paras membersihkan sisa coklat di ujung bibir Nudo dengan ibu jarinya. Dan tak lupa, mereka selalu memanggil 'sayang' satu sama lain. Sama sekali tidak terdengar berlebihan karena mereka Nudo dan Paras. Coba kalau Sangga, gue muak banget denger kata 'sayang' dari mulutnya itu.

Sejenak gue berpikir jika saling mencintai adalah hal yang bahkan hanya dengan melihatnya membuat hati gue menghangat. Selayaknya gue melihat Papi dan Mami selama ini. Berbeda lagi dengan pernikahan Ganesh dan Ludy. Mereka jelas bersenang-senang meski sering bertengkar.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang