BAB - 27 - Kaluna

83 7 0
                                    

Baru saja Mami menelpon menanyakan bagaimana keadaanku setelah mengatakan jika sekujur tubuhku terasa pegal karena pertama kali nge-gym. Aku menambahkan jika sup buatannya kemarin sangat membantu untuk membuatku merasa lebih baik.

"Mami punya kenalan tukang urut, nggak?" Tanyaku dari balik telfon.

Mami mengatakan jika dia punya kenalan tukang urut dan memintaku untuk datang ke rumahnya sepulang kerja nanti.

"Atau kalau capek harus ke rumah dulu, Kaluna langsung pulang aja. Nanti Mami minta si Ujang anter tukang urutnya ke apartemen Kaluna."

"Nggak usah Mi, biar aku aja yang ke rumah Mami. Makasih ya Mi..."

Glo pasti akan mengomel jika tahu Mami merepotkannya untuk membantu ku lagi. Aku hanya sedang tidak mood melihat wajah jengah nya itu.

"Sama-sama sayang... Mami tunggu ya?"

"Iya."

Sambungan telfon itu terputus bersamaan dengan datangnya Mas Dave ke ruangan ku untuk menyerahkan beberapa berkas yang harus aku tanda tangani.

"Repot-repot banget Mas nganter langsung sendiri." Aku menerima berkas itu dari tangannya.

Dia duduk di seberang meja dengan nyaman sambil terus menatapku. "Aku cuma mau lihat keadaan kamu aja. Kamu baik-baik aja?"

Aku menggeleng. "Nggak baik-baik aja, Mas."

Dia terkekeh. "Cuma kamu tuh cewek yang bilang nggak baik-baik aja pas di tanya 'apa kamu baik-baik aja."

Aku ikut terkekeh. "Ya boleh dong..."

"Boleh..."

"Badanku masih sakit-sakit aja gara-gara nge-gym itu Mas. Padahal cuma sekali itu doang lho. Keknya aku nggak bakat jadi atletis deh." Ucapku sambil melakukan peregangan ringan.

"Ya emang gitu kalo awal-awal nge-gym sebagai bentuk pengenalan tubuh kita. Coba deh kalau kamu buat rutin ngelakuin itu, pegel-pegelnya bakal hilang sendiri."

Aku menggeleng lagi, "Keknya nggak untuk sekarang deh Mas. Satu-satunya yang aku mau sekarang adalah urut sebadan-badan."

"Aku punya kenalan tukang urut kalau kamu mau."

"Boleh tuh, tapi lain kali, soalnya Maminya Glo nanti mau panggil tukang urut kenalannya juga. Habis pulang kantor nanti aku langsung ke rumahnya."

Mas Dave tersenyum. "Bagus buat kamu punya keluarga baru di saat kamu jauh dari orang tua."

Aku setuju.

"Walaupun Glo itu nyebelin, tapi dia dan keluarganya selalu bantuin aku dalam hal apapun."

"Bagaimana kabar Glo sekarang? Setelah waktu itu, saya mau nanya banyak sama dia."

Aku terkekeh, "Maksudnya Mas mau resign dan ikutin apa kata dia?"

Mas Dave mengangkat angkat kedua bahunya. "Siapa tahu?"

"Keknya Glo bakat bisnis MLM kalau orang sekelas Mas aja berhasil dia pengaruhi." Kataku yang berhasil membuat Mas Dave tertawa.

Berakhirnya jam kerjaku hari itu membuatku segera bergegas ke rumah Mami yang sudah menyambut ku dengan wedang jahe hangat buatannya. Papi mengatakan jika dia sudah nambah dua kali sejak tadi.

"Untung kamu datangnya cepat, kalau tidak udah Papi habisin semua." Papi dengan logat khasnya bersuara saat aku sudah ikut menikmati wedang jahe itu.

Ngomong-ngomong soal jahe, aku sebenarnya menjadi tidak percaya akan khasiatnya karena ibu-ibu di komplek perumahan ku di Bandung. Dia mengatakan jika jahe membuat tubuhnya menjadi singset seperti saat dia muda dulu. Tapi saat aku melihat tubuhnya yang bergelambir di mana-mana berakhir membuatku tidak percaya pada air jahe. Tapi boleh lah kalau hanya untuk merilekskan badan.

Alive or Alone (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang